faedah hadits tentang awal turunnya wahyu rasulullah

Dalam hadits riwayat Aisyah radhiyallahu 'anha yang panjang tentang awal turunnya wahyu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan:

ثُمَّ انْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ إِلَى ابْنِ عَمِّهَا وَرَقَةَ بْنِ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى، وَكَانَ امْرَأً تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ يَكْتُبُ الْخَطَّ الْعَرَبِيَّ، فَكَتَبَ بِالْعَرَبِيَّةِ مِنَ الإِنْجِيلِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ، وَكَانَ شَيْخًا قَدْ عَمِيَ، فَقَالَتِ : اسْمَعْ مِنَ ابْنِ أَخِيكَ، فَقَالَ : يَا ابْنَ أَخِي مَا تَرَى ؟ فَأَخْبَرَهُ، فَقَالَ وَرَقَةُ: هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَى مُوسَى، يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا حِينَ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ، قَالَ: أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ؟ ، قَالَ: نَعَمْ, لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِمَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ وَأُوذِيَ، وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ .
"Kemudian Khadijah membawa beliau ke anak pamannya, Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul ‘Uzza, seorang yang masuk Kristen pada masa Jahiliyyah, bisa menulis Arab dan menulis Injil dengan Bahasa Arab sebanyak yang Allah kehendaki. Waraqah juga sudah tua dan buta. Khadijah berkata, “Dengarkanlah keponakanmu.” Waraqahpun bertanya, “Wahai keponakanku, apa yang engkau lihat?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita (tentang Jibril yang mendatangi beliau di Gua Hira`). Waraqah berkata, “Dia adalah malaikat penjaga rahasia yang dikirim Allah kepada Musa. Andai saja saya masih muda saat engkau berdakwah dan kaummu mengusirmu.” Nabi bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Tidak ada seorangpun yang datang mengemban dakwah seperti yang engkau bawa ini, kecuali dia akan dimusuhi dan disakiti. Jika saya masih hidup pada saat itu, saya akan membantumu dengan sebaik-baiknya.” Dan tidak lama kemudian, Waraqah meninggal dunia." (HR. al-Bukhari dan Muslim)
faedah hadits tentang awal turunnya wahyu rasulullah

Beberapa faedah seputar hadits ini:

1. Agama yang umum dipraktekkan penduduk Makkah pada saat itu adalah watsaniyyah (penyembahan berhala). Waraqah yang membenci agama ini pergi ke Syam dan jatuh hati kepada agama para pendeta di sana yang mengikuti ajaran Nabi Isa alaihissalam yang belum dirubah.

2. Agama-agama samawi kembali kepada sumber yang sama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpamakannya seperti anak-anak satu ayah lain ibu; sama-sama mengajarkan tauhid, namun berbeda dalam sebagian syariat. Namun dengan datangnya Islam, semua agama telah dihapuskan dan Islam menjadi satu-satunya agama yang diridhoi Allah Jalla wa ‘Ala.

3. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dihadapkan pada ujian yang berat dari kaum beliau, para juru dakwah yang meniti jalan beliau juga harus menyiapkan diri menghadapi ujian semacam ini, karena dimusuhi adalah ‘sunnah’ bagi pembawa kebenaran.

Penulis: Ust. Anas Burhanuddin, M.A.

Tidak ada komentar: