TAFSIR QS. AL-A'ROF, AYAT 55 : ADAB BERDO'A

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘alaa Rosulillah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam.

Seperti yang tertera pada judul di atas, pada kesempatan kali ini kita akan sedikit menukil tafsir Surat Al A’rof ayat 55 yang utamanya dari Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir Rohimahullah.
TAFSIR QS. AL-A'ROF, AYAT 55 : ADAB BERDO'A

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Robbmu dengan Tadhorru’ dan Khufyah. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al A’rof [7] : 55)

Ibnu Katsir Rohimahullah mengatakan[1],

‘Allah Subhanahu wa Ta’ala membimbing hamba-hamba Nya agar berdo’a hanya kepada Nya baik untuk urusan dunia dan akhirat mereka. Allah Ta’ala berfirman,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً
“Berdoalah kepada Robbmu dengan Tadhorru’ dan Khufyah. (QS. Al A’rof [7] : 55)

Maknanya adalah dengan penuh ketundukan dan tenang serta rasa takut. Sebagaimana dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
“Dan berdo’alah kepada Robbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”. (QS. Al A’rof [7] : 205)

Terdapat dalam Shohihain (Shohih Bukhori dan Muslim -pen) dari Abu Musa Al Asy’ari Rodhiyallahu ‘anhu. Beliau Rodhiyallahu ‘anhu mengatakan, ‘Manusia ketika itu mengeraskan suara mereka ketika berdo’a. Maka Rosulullah Shollalahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَيْسَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا
“Wahai sekalian manusia, kasihanilah diri kalian. Seseungguhnya kalian tidaklah berdo’a kepada Dzat yang tuli dan jauh/tidak ada. Sesungguhnya kalian sedang berdo’a kepada Dzat Yang Maha Mendengar Lagi Maha Dekat”[2].

Al Imam An Nawawiy Rohimahullah mengatakan ketika menjelaskan hadits Abu Musa Al Asy’ariy Rodhiyallahu ‘anhu di atas,


اربعوا بهمزة وصل وبفتح الباء الموحدة معناه ارفقوا بأنفسكم. واخفضوا أصواتكم فإن رفع الصوت إنما يفعله الإنسان لبُعد من يخاطبه ليسمعه. وأنتم تدعون الله تعالى وليس هو بأصم ولاغائب بل هو سميع قريب, وهو معكم بالعلم والاحاطه. ففيه الندب إلى خفض الصوت بالذكر إذا لم تدع حاجةٌ إلى رفعه فإنه إذا خفضه كان أبلغ فى توقيره وتعظيمه فإنْ دعتْ حاجةالى الرفع رفع.
“Sabda Nabi Shollalahu ‘alaihi wa Sallam (ارْبَعُوا) dengan hamzah washol dan membaca fathah huruf ba’ maknanya adalah lembutlah pada diri kalian sendiri. Rendahkanlah suara kalian (ketika berdo’a –pen). Karena suara yang tinggi hanya dilakukan seseorang apabila orang yang diajaknya bicara dalam keadaan jauh agar dapat mendengarkan apa yang diucapkannya. Sedangkan kalian sedang berdo’a kepada Allah Ta’ala. Dia bukanlah Dzat yang tuli dan tidak juga jauh/tidak ada. Bahkan Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar Lagi Dekat. Dia bersama kalian dalam hal mengetahui dan pengwasan.

Pada hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa dianjurkan hukumnya merendahkan suara dalam berdo’a dan berdzikir ketika tidak ada keperluan (yang benar-benar kebutuhan –pen.) untuk itu. Karena suara yang rendah ketika berdo’a lebih menunjukkan pemuliaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Namun jika ada kebutuhan (yang benar-benar kebutuhan –pen.) maka boleh mengeraskan suara ketika itu”[3].

Ibnu Katsir Rohimallah menukil pendapat Ahli Tafsir,

‘Ibnu Juraij mengatakan, ‘Dari Atho’ Al Khurosaniy dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma tentang makna Firman Allah Ta’ala (تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً) beliau mengatakan maknanya adalah suara yang sirr/lirih.

Ibnu Jarir Rohimallah mengatakan, (تَضَرُّعًا) yaitu penuh perendahan diri dan ketenangan untuk menta’atinya. Makna (وَخُفْيَةً) beliau mengatakan, ‘Khusyuknya hati dan keyakinan/aqidah yang benar tentang keesaan Allah dalam peribadatan dan Rububiyah/penciptaan antara diri kalian dan Allah, tidak dengan menjaharkan/mengeraskan suara dan tidak juga dengan suara yang sangat keras’[4].

Ibnu Juraij Rohimallah mengatakan, ‘Merupakan sebuah hal yang dibenci meninggikan suara ketika menyeru dan meminta ketika berdo’a. Yang diperintahkan adalah dengan penuh perendahan diri dan tenang’. Kemudian beliau meriwayatkan dari ‘Atho’ Al Khurosaniy dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma tentang firman Allah Ta’ala,

إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al A’rof [7] : 55)

Yaitu ketika berdo’a dan ibadah lainnya”[5].

Syaikh ‘Abdur Rohman As Sa’diy Rohimallah mengatakan,

وحاصل ما ذكر اللّه من آداب الدعاء: الإخلاص فيه للّه وحده، لأن ذلك يتضمنه الخفية، وإخفاؤه وإسراره، وأن يكون القلب خائفا طامعا لا غافلا ولا آمنا ولا غير مبال بالإجابة، وهذا من إحسان الدعاء، فإن الإحسان في كل عبادة بذل الجهد فيها، وأداؤها كاملة لا نقص فيها بوجه من الوجوه،
“Kesimpulannya dari apa yang Allah Subhana wa Ta’ala sebutkan yang merupakan sebagian adab berdo’a yaitu : Ikhlas ketika berdo’a hanya kepada Allah. Keikhlasan padanya terkandung khufyah/hati yang tenang dan khusyuk, merendahkan suara dan berasal dari hati yang takut dan mengharap kepada Allah serta tidak lalai, tidak merasa aman dari adzab Allah dan merasa butuh dikabulkan. Inilah diantara tata cara yang baik ketika berdo’a. Sesungguhnya cara yang baik dalam setiap ibadah adalah mengerahkan seluruh kemampuan pada ibadah dan menunaikan dengan sempurna tanpa ada kekurangan sedikitpun dari semua aspeknya”[6].

Mudah-mudahan kita senantiasa istiqomah dan diberi hidayah oleh Allah ‘Azza wa Jalla.

Bersama Syifa dan Hudzaifah Setelah Subuh 20 Shofar 1436 H/ 13 Desember 2014 M.

Aditya Budiman bin Usman

[1] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim oleh Ibnu Katsir hal. 427-428/III terbitan Dar Thoyyibah, Riyadh, KSA.
[2] HR. Bukhori no. 4205 dan Muslim no. 2704.
[3] Lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim oleh An Nawawiy Rohimallah hal. 27-28/IX terbitan Darul Minhaaj, Beirut, Lebanon.
[4] Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim hal. 428/III.
[5] Idem.
[6] Lihat Taisir Karimir Rohman oleh Syaikh ‘Abdur Rohman As Sa’diy Rohimallah hal. 291 terbitan Mu’asasah Risalah, Beirut, Lebanon.
Sumber : https://alhijroh.com/tafsir/tafsir-surat-al-arof-ayat-55/

Tidak ada komentar: