Terulang Kembali; Budha Myanmar Hancurkan Masjid, Pemakaman dan Sekolah Muslim

Pihak berwenang di Myanmar selatan menyerukan untuk Jumat tenang, sehari setelah ratusan penduduk desa yang marah menghancurkan properti Muslim dan menyerang seorang pria Muslim menyusul adu argumen atas pembangunan sebuah sekolah agama.

Sampai larut malam, polisi telah disiagakan di sebuah desa di Bago Region, mengingat bahwa insiden serupa antara Muslim dan Buddha di masa lalu di negara ini telah menyebabkan kematian dan ratusan orang mengungsi.

Budha Myanmar Hancurkan Masjid

Kepala polisi Waw Township, Ohn Lwin, mengatakan kepada Anadolu Agency pada hari Jumat bahwa pasukan keamanan telah dikerahkan di desa Tha Yel Tha Mein – sekitar 150 kilometer (93 mil) barat laut dari ibukota komersial Yangon – setelah massa menghancurkan sebuah masjid, sebuah sekolah agama dan pemakaman Muslim pada Kamis malam.

“Situasi sekarang telah bisa dikendalikan,” katanya, dari daerah di mana hanya 50 dari 1.029 keluarga adalah Muslim.

Ohn Lwin menambahkan bahwa sekitar 70 warga desa Muslim, sebagian besar anak-anak dan perempuan, terpaksa berlindung semalam di pos polisi di desa karena khawatir akan keselamatan mereka.

Kekerasan dimulai setelah adu argumen antara warga Muslim Abdul Sharif dan dua tetangga perempuan yang beragama Buddha. Sebelum polisi bisa mengamankan Sharif, dia telah diserang oleh warga desa, menurut polisi setempat.

Ohn Lwin mengatakan bahwa tetua desa dan para bhikkhu tidak dapat mengendalikan insiden kekerasan yang terjadi.

Sebelum personil keamanan tambahan tiba, massa mengamuk menghancurkan sebuah masjid, sebuah sekolah agama di kompleks masjid dan konstruksi bangunan yang menurut umat Buddha lokal adalah sebuah sekolah Islam yang tidak sah.

Pihak berwenang mengatakan bahwa tidak ada penangkapan yang telah dilakukan berkaitan insiden tersebut.

“Kami mengambil perhatian besar dalam menangani kasus ini,” kata Ohn Lwin.

Pada bulan Juni 2012, ketegangan komunal antara umat Buddha dan Muslim meletus menjadi kekerasan di Negara bagian Rakhine barat

Kekerasan itu menewaskan 200 ribuan orang dan lainnya mengungsi, dan akhirnya menyebar ke area lain seperti di Mandalay.

Jumat, warga Muslim setempat Khin Oo – anggota komite pengurus masjid – mengatakan serangan itu belum menjadi ketegangan komunal, melainkan dipicu sengketa pribadi yang meningkat secara dramatis.

“Anda belum bisa mengatakan itu karena agama. Masalahnya adalah tentang antara dia [Sharif] dan tetangganya,” katanya kepada Anadolu Agency.

Ayah Abdul Sharif, sementara itu, mengatakan bahwa masalah sebenarnya dimulai dari urusan bisnis.

“Anak saya mendapatkan lebih banyak pendapatan dan lebih banyak pelanggan yang membeli ke tokonya, sehingga saingannya semakin cemburu pada dia,” kata Myo Swe.

“Saya percaya ini menyebabkan serangan itu.”

(Daily Sabah/middleeastupdate)

Tidak ada komentar: