UNTUKMU YANG LELAH DIJALAN DA'WAH

Lelah itu membahagiakan bila kita berada di jalan kebajikan
Lelah itu membahagiakan bila kita berada di jalan kebenaran
Dan lelah itu membahagiakan bila kita melangkah bersama orang-orang yang beriman

Lelah itu indah bila kita berlelah di jalan dakwah
Lelah itu berkah bila kita berlelah tuk raih syahidah
Dan lelah itu ibadah bila kita berlelah tuk raih jannah.

Janganlah meminta Allah untuk meringankan beban, tapi mintalah Allah untuk menguatkan pundakmu. Dalam kesakitan teruji kesabaran, dalam perjuangan teruji keikhlasan."

Janganlah meminta pada Allah untuk meratakan jalan yang akan kita lalui, tapi mintalah pada Allah untuk memberi kita sepatu yang kuat dan kaki yang sehat untuk menapaki terjalnya jalan yang ada di hadapan kita.

Janganlah selalu meminta redanya hujan namun pakailah payung untuk menembus derasnya hujan, hingga sampailah kita pada tujuan.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:"Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala telah membeli dari orang-orang yang beriman jiwa dan harta mereka dengan harga yang sangat mahal yakni surga".

Tidakkah kita lihat utsman bin Affan membekali seluruh pasukan perang Tabuk sendirian? Coba bayangkan, seorang diri membekali seluruh pasukan perang dengan senjata, perlengkapan, bekal, kuda, dan kebutuhan logistiknya. Padahal jumlah pasukan saat itu lebih dari 10.000 personil.
Seperti itulah kesungguhan para sahabat dalam mengusung amanah dakwah tidak dengan setengah-setengah.

Kita juga bisa belajar dari Mus'ab bin Umair seorang pemuda tampan yang ketika Islam sudah merasuk dalam jiwanya ia persembahkan hal yang terbaik untuk Dinullah mulia ini. Sampai-sampai memakai baju tambalan saat hidup dan saat kematiaannya.

UNTUKMU YANG LELAH DIJALAN DA'WAH
ryan-isra.net
Sepanjang hidupnya Mus'ab selalu menghadirkan sumbangsih untuk Islam di bidang dakwah dan jihad. Ia adalah da'I Islam pertama di Madinah. Ia juga yang menyebabkan kebanyakan penduduk Madinah mendapatkan hidayah. Ia yang meletakkan batu pertama bangungan daulah Islamiyah di Madinah.

Selain itu Mus'ab merupakan pejuang yang agung dengan kesungguhannya ia membawa panji di perang Uhud hingga berjumpa dengan kesyahidan.

Thalhah bin Ubaidillah siapa yang tak mengenalnya. Di perang Uhud, ketika tubuhnya memerisai Rasulullah dan tujuh puluh luka berlomba menguras darahnya, Thalhah ibn ‘Ubaidillah berdoa sambil menggigit bibir. “Rabbii”, begitu lirihnya, “Khudz bidaamii hadzal yauum, hattaa tardhaa. Ya Allah, ambil darahku hari ini sekehendakMu hingga Engkau ridha.” Tombak, pedang, dan panah yang menyerpih tubuh dibiarkannya, dipeluknya badan sang Nabi seolah tak rela seujung bulu pun terpapas.

“Kalau ingin melihat syahid yang masih berjalan di muka bumi”, begitu Sang Nabi bersabda, “Lihatlah pada Thalhah”. Dan Thalhah, yang jalannya terpincang, yang jarinya tak utuh, yang tubuhnya berlumur luka tersenyum malu dan menitikkan air mata. Terlihatlah di pipinya bening luh itu, mengalir di atas darah yang mengering merah.

Selayaknya setiap muslim bertanya kepada dirinya setiap waktu. Sudah seberapa besar waktu, tenaga, harta, pikiran kita untuk memikirkan dinullah ini.

Hari ini Islam menghendaki setiap muslim berujar pada dirinya,"Apakah pantas aku beristirahat, sementara saudaraku berpayah-payah di jalan Allah? Apakah pantas aku tidur nyenyak sementara ada di belahan bumi lain ada suadara kita yang disiksa?

Apakah kita dengan mudah mengabaikan amanah sementara banyak saudara kita yang sedang berlomba-lomba memburu syahid?

Al Imam Hasan Al Basri, Qatadah Ibnu Diamah As-Sanusi (2 ulama dari kalangan tabi'in yang terkenal) berkata: Demi Allah, Sungguh Allah subhanahu wa ta'ala telah berjual beli dengan mereka kemudian Allah memberikan harga yang sangat mahal dan sangat tinggi untuk mereka yaitu diberikan surga Nya".

Mari kita senantiasa membangun semangat agar tak ada kelesuan dalam diri kita, apalagi keengganan memikul amanah yang memang tidak ringan namun semua itu dijalani dengan penuh keistiqamahan.
Wallahu musta'an

reshare from ayub samahami via whatsapp

Tidak ada komentar: