❤"Cinta Bunda Sepanjang Masa"❤

Kisah nyata penggugah jiwa.

Sore itu senin menjelang Ashar seorang nenek menjumpai saya selepas ta'lim mingguan.

"Assalamu'alaikum Nak Ustadz!!" Sapa nenek.
"Wa'alaikum salam Nek, ada apa ya Nek?"tanyaku kepada nenek sepuh yang tetep mengenakan jilbab besar dan selalu hadir dalam ta'lim mingguan ini.

"Begini Nak Ustadz, Apa Nak Ustadz bisa meruqyah Salimah putri saya?" Tanyanya.
"InsyaAllah Nek, emang kenapa putri nenek?" Tanyaku penasaran.
❤"Cinta Bunda Sepanjang Masa"❤


Sejurus kemudian nenek bersahaja ini bercerita.
"Dulu, 40 tahun yang lalu saat Salimah masih berumur 5 tahun perutnya sakit terus menerus, merengek setiap saat, saya sudah membawanya kepuskesmas dan kedokter di kampung, hampir setahun lebih minum obat dari dokter tapi sama sekali tidak ada perubahan, putri saya terus mengerang kesakitan sambil memegang perutnya. Akhirnya dokter menyarankan untuk di bawa ke Rumah sakit di Medan, tanpa membuang waktu saya bawa putri saya ke Medan. sesampainya di rumah sakit selang 2 hari dokter memutuskan Salimah putri saya ini harus di operasi."

"Operasi pun di lakukan dengan cepat, pulang dari operasi di medan sakit putri saya bukan tambah sembuh, justru makin parah, Maaf ya ustadz putri saya sudah lebih dari 40 tahun buang air besarnya tidak lewat dubur tapi lewat perut, ada lubang kecil di atas perut dari situlah kotoranya keluar dan saya yang membersihkan dan mengelapnya sejak Salimah masih kecil."

Mendengar cerita nenek yang sabar ini tak terasa air mata saya terus mengalir.
"Baiklah Nek, habis sholat ashar saya ke rumah Nenek." Jawabku.
"Terima kasih ya nak ustadz, saya tunggu di rumah." Ujar Nenek itu.

Selesai sholat ashar saya bergegas meluncur ke tempat yang di maksud, tidak jauh memang, hanya 15 menit saja saya sudah sampai di pintu rumahya.

"Assalamu'alikum Nek...." sapaku ketika tiba didepan rumah Nenek.
"Wa' alaikum salam, silakan masuk nak!" jawab nenek pemilik rumah yang asri itu.
Rumahya sederhana, halamanya di penuhi oleh rimbunnya dedaunan.

Di ruang tamu saya melihat se orang Ibu paruh baya tergolek di atas kasur dengan jilbab yang rapih di balut selimut merah agak tebal.

Ibu itu cerita tentang sejarah kondisi sakitnya persis seperti yang di ceritakan nenek tadi.
Saya lihat tidak ada kesedihan pada wajah dan ucapan ibu paruh baya yang sedang sakit ini, hanya dia mengatakan

"Ustaz saya sudah 40 tahun lebih sakit seperti ini, saya ingin ust meruqyah saya" ujar Salimah.
"Baiklah bu, Memohon dan berdoalah terus kepada Allah, saya akan mencoba membacakan ayat-ayat ruqyah, nanti ibu dengarkan." Jawabku menimpali permintaannya.

Saya mencoba terus membca ayat-ayat ruqyah dengan terus berharap kepada Allah untuk kesembuhan Ibu yang sabar ini.

Terapi rukyah pun terus di lakukan 2 hari sekali selama seminggu.
Banyak perubahan yang saya dengar dari nenek setelah sepekan di ruqyah.

"Putri saya itu luar biasa nak Ustadz, 40 tahun lebih dia sakit, tapi saya belum pernah melihat dia mengeluh dan putus asa, sholat dan puasa senin kamisnya gak pernah dia tinggal." Cerita Nenek kepadaku.

Dalam diam sy berkata:

"Nenek juga luar biasa, 40 tahun lebih begitu telaten dan sabar membersihkan dan mengelap kotoran putrinya yang keluar dari perutnya tanpa mengeluh"

Saya baru sadar bahwa saya sedang berhadapan dengan wanita-wanita perkasa, wanita wanita yang telah memberikan makna sabar dalam hidup.

Subhanallahu tabarokalhu... Begitulah cinta dan sayangnya bunda pada putrinya, cintanya tulus sepanjang masa.
Saya jadi teringat dengan lagu yang di nyanyikan Muna putri saya:

"Kasih ibu kepada beta,
Tak terhingga sepanjang masa,
Hanya memberi tak harap kembali,
Bagai sang surya menyinari dunia"

Bersukurlah anda yang masih memiliki ibu, di hari yang fitri saat gema takbir bersahutan, datanglah kerumah Ibunda, cium tanganya, dekap tubuh lemahya bisikan di telinganya

"Bunda maafkan aku! Engkau adalah Surgaku, tak akan ku sia-siakan masa tuamu kecuali aku akan selalu berbakti pada mu"

Selamat hari raya Iedul Fitri 1437 H.

Ahirnya dengan izin Allah, Bu Salimah sembuh dari sakitnya dan mengundang jamaah untuk tasakuran di rumahnya.

Di tulis oleh: "Dede nurjannata" [Penulis JPKC "Jangan Pelit Katakan Cinta".
Kisah nyata ini pernah di muat di bulettin FKAM Aceh edisi 5.
Barokalhu fiekum.

Tidak ada komentar: