HUJJAH DILAWAN DENGAN HUJJAH! BUKAN DENGAN TUDUHAN SEMATA!!

Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- berfirman tentang perkataan Fir’aun dan kaumnya kepada Nabi Musa dan Nabi Harun -‘alaihimas salaam-:


قَالُوا أَجِئْتَنَا لِتَلْفِتَنَا عَمَّا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا وَتَكُونَ لَكُمَا الْكِبْرِيَاءُ فِي الأرْضِ وَمَا نَحْنُ لَكُمَا بِمُؤْمِنِينَ
“Mereka berkata: “Apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa (kepercayaan) yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya (menyembah berhala), dan agar kamu berdua mempunyai kekuasaan di bumi (negeri Mesir)? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua.”” (QS. Yunus: 78)

Dalam ayat ini ada tiga pembahasan:

PEMBAHASAN PERTAMA: MAKNA AYAT INI

“Mereka membantah perkataan Nabi Musa dengan bantahan yang sangat lemah:

- Mereka berkata: “Apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa (kepercayaan) yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya (menyembah berhala), yakni: (Mereka berkata): “Apakah engkau datang untuk menghalangi kami dari ajaran nenek moyang kami; berupa kesyirikan dan peribadahan kepada selain Allah, kemudian engkau memerintahkan kami agar beribadah kepada Allah semata dengan tidak mempersekutukan-Nya?”. (Disini) mereka menjadikan perkataan/ajaran nenek moyang mereka sebagai dalil (untuk pembenaran terhadap perbuatan mereka-pent), yang dengannya mereka menolak kebenaran yang di bawa oleh Nabi Musa -‘alaihis salaam-.

- Dan mereka berkata: “dan agar kamu berdua mempunyai kekuasaan di bumi (negeri Mesir)?”, Yakni: “Kalian (berdua) datang kepada kami agar bisa menjadi pemimpin kemudian kalian (berdua) akan mengusir kami dari negeri kami?”. Ini pemutarbalikkan fakta dari mereka agar orang-orang bodoh bisa menerima (perkataan mereka) dan agar orang-orang awam bisa terprovokasi untuk memusuhi Nabi Musa dan tidak mau beriman kepada beliau.”

[Taisiirul Kariimir Rahmaan (hlm. 371-cet. Muassasah ar-Risaalah)]

PEMBAHASAN KEDUA: FAEDAH AYAT INI

Dari sini kita mengetahui bahwa: “Tuduhan-tuduhan dusta merupakan kebiasaan ahli kebatilan, kezhaliman dan kerusakan.” [Aisarut Tafaasiir (hlm. 618)]

PEMBAHASAN KETIGA: HARUSNYA SEORANG ITU MEMBANTAH DALIL/KETERANGAN/BUKTI; DENGAN DALIL/KETERANGAN/BUKTI PULA

Orang yang membawakan dalil, keterangan, dan bukti atas kebenaran perkataannya; maka ketika ada orang yang ingin membantahnya; dia harus membawakan dalil pula. Adapun bantahan semisal perkataan Fir’aun dan kaumnya ini; maka ini menunjukkan kelemahan mereka. Karena; kalaulah mereka mempunyai hujjah (bukti dan keterangan); tentunya mereka akan membawakannya dan tidak mencukupkan diri dengan menuduh niat lawan: “Kamu cuma ingin ini, kamu hanya mau jadi ini”.

[Lihat: Taisiirul Kariimir Rahmaan (hlm. 371-cet. Muassasah ar-Risaalah)]
slogan penolakan ustadz firanda di samarinda
pengikut perasaan dan logika menolak nash shohih, jangan ditiru

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rahimahullaah- berkata:

“Bantahan dengan sekedar mencela dan membesar-besarkan masalah; mampu dilakukan semua orang. Seorang (muslim) yang ingin mendebat orang-orang musyrik dan ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani); maka dia harus menyebutkan hujjah (keterangan dan bukti) yang bisa menjelaskan kebenaran (Islam) yang ada padanya dan (bisa menjelaskan) kebatilan yang ada pada mereka. Allah -‘Azza Wa Jalla- berfirman kepada Nabi-Nya -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ...
“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik…” (QS. An-Nahl: 125)
وَلا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ...
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik…” (QS. Al-‘Ankabuut: 46)”

[Majmuu’ul Fataawa (IV/186-187)]

Diambil dari buku: “Al-Istinbaath (1)”, Faedah Kelima Belas: Tuduhan Ingin Jadi Pemimpin (?) Kepada Orang Yang Berdakwah -dengan sedikit perubahan-, karya: Ahmad Hendrix.

Tidak ada komentar: