Kisah Mualaf Sierra dari Amerika: Islam Itu Berat dan Membebani!

Kisah Mualaf Sierra dari Amerik
Sejak awal, aku selalu tertarik pada keberagaman budaya, bahasa dan bahkan agama lain. Keinginan yang kuat untuk mempelajari sesuatu yang berbeda memberiku banyak manfaat, Alhamdulillah.

Ketika masih duduk di bangku SMA, aku bekerja paruh waktu saat musim panas di pusat komunitas kota tempatku tinggal. Banyak dari teman kerjaku berasal dari Somalia yang beragama Islam. Aku sering ngobrol dan bertanya pada mereka tentang budaya dan keyakinannya tersebut. Itu karena aku sebelumnya sama sekali tidak tahu-menahu tentang hal tersebut.

Hal yang sangat membuatku penasaran adalah ketika mereka harus berpuasa di bulan Ramadan, memakai hijab dan salat 5 kali sehari. Sayangnya, jawaban dari rasa ingin tahuku tidak diberikan dengan jelas oleh mereka. Aku pun berusaha mencari jawaban sendiri dengan browsing di internet semata-mata karena aku ingin tahu dan mempelajarinya.
...Pertama mengenal Islam, aku merasa ajaran agama ini begitu berat dan membebani...
Pertama mengenal Islam, aku merasa ajaran agama ini begitu berat dan membebani. Meskipun aku tidak tertarik menjadi Muslim, namun anehnya aku malah memulai pola hidupku sebagaimana seharusnya seorang Muslim melakukannya. Aku pun mulai berhijab meskipun hanya di dalam rumah. Aku mulai mengucapkan Alhamdulillah dan Insya Allah kepada teman-temanku yang Muslim, dan sebagainya. Aku bahkan ikut berpuasa Ramadan dan salat Eid. Tak peduli seberapa jauh aku terlibat dalam pola hidup seorang Muslim, aku masih belum tertarik untuk masuk Islam.

Hingga hadirlah titik penting perubahan dalam hidupku. Setelah beberapa bulan aku mengenal Islam meskipun belum menjadi Muslim, ibuku meninggal dunia. Saat itulah aku benar-benar merasa terpuruk dan sangat kehilangan. Aku pun mencari ketenangan untuk menyembuhkan rasa sedihku dengan mendengarkan Al Quran setiap hari. Tidak itu saja, aku juga membaca banyak hadits dan kutipan-kutipan dari ulama Muslim.

Aku sendiri merasa takjub dengan ketenangan yang kudapatkan setelah banyak mendengar Al Quran, membaca hadist dan kutipan para ulama. Ini semua membantuku melewati hari-hari berat sepeninggal ibuku. Meskipun aku telah mengetahui betapa sempurnanya Islam, tapi baru pada titik inilah aku merasakan dorongan yang kuat untuk masuk Islam. Sekitar satu bulan setelah meninggalnya ibu, aku pun bersyahadat. Alhamdulillah.

Adakalanya Allah SWT memberi kita ujian. Tapi sesungguhnya Allah tak pernah menguji kita di luar kesanggupan kita menanggungnya. Dan betapa sering ternyata pada ujian tersebut kita menemukan hikmah yang akan menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Wallahu alam. (riafariana/thenewmuslim/voa-islam.com)

Tidak ada komentar: