Lori Ferry: meneliti dan mendengar indahnya bacaan alquran, aku ingin jadi muslimah

“Bagaimana perasaan Ibu jika seandainya aku pindah ke agama lain?” Pertanyaan itu pernah diungkapkan Lori Ferry Zouiten kepada ibunya bertahun-tahun yang silam. Ketika itu, sang ibu hanya menjawab bahwa selama agama yang dijalankannya masih sejalan dengan iman kristiani, tidak ada yang perlu dipersoalkan.

Sejak kecil, Lori selalu dididik untuk mencintai gereja. Hingga menginjak usia dewasa, tidak pernah ada niat dalam hatinya untuk berpindah keyakinan. Namun, entah mengapa, pertanyaan semacam itu tiba-tiba saja melintas di dalam benaknya yang saat itu masih berumur 16 tahun.

“Di kemudian hari, saya baru menyadari bahwa pertanyaan itu merupakan sebuah firasat terhadap peristiwa penting yang saya alami pada tahun-tahun sesudahnya,” ujar perempuan asal Amerika itu membuka kisahnya, seperti dikutip I Found Islam.
Lori Ferry Zouiten

Taat Beribadah

Lori dibaptis dan dibesarkan sebagai seorang Nasrani. Meski demikian, keluarganya tidak beribadah di gereja yang sama setiap pekannya. Lori dan saudara perempuannya memilih bergabung dengan jemaat gereja Methodist. Sedangkan, ayah, ibu, dan saudara laki-lakinya pergi ke gereja Katolik.

Sewaktu masih muda, Lori sangat aktif dalam program-program di gereja, seperti paduan suara, kelompok remaja, sekolah Minggu, dan membaca Bibel selama kebaktian. “Kami semua mengikuti kebaktian setiap Ahad,” ujarnya.

Saat berusia 18 tahun, Lori meninggalkan kampung halamannya yang berada di Negara Bagian Wisconsin. Ia pindah ke Longmeadow, Massachusetts, untuk bekerja sebagai perawat pribadi kepada Keluarga Nuger yang beragama Yahudi.

Tugas Lori yakni merawat anak mereka yang mengidap cerebral palsysejak lahir. Yakni, semacam gangguan yang memengaruhi sejumlah fungsi otak dan sistem saraf, seperti kemampuan untuk bergerak, belajar, mendengar, melihat, dan berpikir.

Selama bergaul dengan keluarga Nuger, Lori kerap mengamati aktivitas keagamaan mereka. Menurut dia, keluarga itu tidak terlalu religius dalam kesehariannya. Walaupun demikian, mereka tetap pergi ke sinagoge setiap kali merayakan Paskah dan Yom Kippur (hari-hari besar dalam agama Yahudi).

Belakangan, Lori juga mengetahui bahwa salah satu menantu Nuger ternyata seorang Kristen yang berpindah agama menjadi Yahudi. “Ketika itu saya masih tidak habis pikir, bagaimana seseorang bisa menyangkal keimanan yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sebelumnya?”

Menikah

Pada 1993, hubungan kerja Lori dengan keluarga Nuger berakhir. Ia pun kemudian berkenalan dengan Zouhair, lelaki Muslim yang kemudian menjadi suaminya. Selain kecerdasannya, yang membuat Lori jatuh hati kepada Zouhair ketika itu penampilannya yang menarik. “Kami menikah setelah saling mengenal selama enam bulan,” ujar Lori.

Sebelumnya, Lori tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang Islam, kecuali penolakan agama ini terhadap Yesus Kristus (Isa AS). Setelah bertemu Zouhair, ia akhirnya mengetahui bahwa kaum Muslimin ternyata tetap mengimani Yesus.

Namun, bukan sebagai anak Tuhan, melainkan seorang nabi yang harus dihormati, seperti halnya Ibrahim, Musa, dan Muhammad SAW. Setelah menikah, Lori pun berhenti makan daging babi dan menjauhi minuman beralkohol. “Sikap itu untuk menghormati suami saya,” kata Lori.

Memilih Islam
Keingintahuan Lori terhadap Islam semakin besar sejak hidup bersama Zouhair. Karenanya, ia mulai meneliti secara online ajaran agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW tersebut. Perempuan itu juga mencoba berdialog dengan sejumlah mualaf untuk membantunya menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan yang masih mengganjal di dalam kepalanya.

Dari penelitian yang dilakukannya tersebut, Lori akhirnya menemukan bahwa ajaran Islam ternyata sangat dekat dengan Kristen. Kaum Muslimin juga mengimani Taurat, Zabur, dan Injil sebagai kitab suci yang diturunkan Tuhan kepada para nabi. Namun, di dalam Islam tidak dikenal konsep trinitas, karena sifat-sifat Tuhan tidak sama seperti makhluk yang bisa berkembang biak.

Selain itu, kaum Muslimin juga mengimani Nabi Muhammad SAW sebagai utusan terakhir yang dipilih Allah untuk membawa peringatan dan kabar gembira kepada umat manusia. Setelah mempelajari Islam secara sungguh-sungguh, Lori akhirnya berkesimpulan bahwa semua yang diajarkan agama itu memang masuk akal baginya.
Lori kemudian mencoba mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Alquran lewat internet.
Bagaimana kesannya? Wow! Betapa indah dan merdu lantunan Alquran itu. Ini membuat air matanya menetes ketika mendengarnya meski ia tidak tahu maknanya karena diucapkan dalam bahasa Arab. “Saya merasakan kedamaian yang belum pernah saya rasakan sebelumnya,” kata ibu dua anak tersebut.

Perjalanan Lori mencari hidayah Islam akhirnya mencapai puncaknya. Hari itu, sekitar pukul dua dini hari, Zouhair baru saja pulang kerja. Lori memberitahu sang suami bahwa ia telah mempelajari Islam tanpa sepengetahuan laki-laki itu. “Saya katakan kepada Zouhair, saya ingin menjadi seorang Muslimah,” ujarnya.

Air mata sang suami pun keluar karena merasa terharu mendengar pengakuan istrinya tersebut waktu itu. Zouhair tersenyum dan kemudian memandu Lori mengucapkan dua kalimat syahadat.

source republika.co.id

Tidak ada komentar: