SUAMIKU MENAWAN, ISTRIKU MEMPESONA

Oleh karena berhias merupakan faktor penggugah cinta dan penguat kasih sayang, maka Allah Azza wa Jalla menjadikannya sebagai kewajiban yang harus ditunaikan oleh pasutri bersama-sama.

Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat 228 dari surat al-Baqarah, beliau mengatakan, “Adapun tentang firman Allah (yang tersebut diatas), maknanya para istri memiliki hak atas suami mereka sama seperti para suami memiliki hak atas istri mereka, sehingga hendaknya masing-masing menunaikan hak pasangannya dengan cara yang baik.”
SUAMIKU MENAWAN, ISTRIKU MEMPESONA

Imam ath-Thabari rahimahullah di dalam tafsirnya menyebutkan hal yang senada, bahkan beliau memperjelas makna sebagian hak yang dimaksud dalam ayat tersebut ialah berhias. Ath-Thabari mengatakan, “Sebagian ahli tafsir yang lain mengatakan, maknanya ialah mereka (para istri) memiliki hak atas berhiasnya suami, sebagaimana para suami memiliki hak atas berhiasnya istri-istri mereka menurut selera pasangan masing-masing.”

Dengan demikian, berarti hak menikmati keindahan berhiasnya pasangan antara pasutri adalah sama dan seimbang, dan bahwa tuntutan berdandan tidak hanya tertuju bagi kaum wanita saja, namun termasuk kaum laki-laki juga dituntut melakukannya. Bila istri dituntut berdandan oleh suaminya agar ia bisa menikmati keelokannya maka suami hendaknya mengimbangi tuntutannya dengan memperhatikan penampilannya di hadapan istri mereka.

BERHIAS DAN GELORA CINTA PASUTRI

Mungkin masih banyak suami istri yang kurang memperhatikan apa yang harus dilakukan untuk memperelok dan mempergagah penampilan di hadapan pasangan dengan sunnah-sunnah Nabi . Mungkin juga masih banyak pasutri yang belum peduli terhadap bagaimana berbusana untuk kesenangan pasangannya. “Kenapa repot-repot? Toh, tampil polos-polosan apa adanya tidak menyalahi kodrat kita?!” “Busana apa lagi? Ribet ah, harus menyesuaikan ini dan itu. Yang penting nyaman di badan. Selesai!” Begitu mungkin pikiran mereka.

......Barangkali banyak istri yang belum memahami bahwa suaminya adalah seorang laki-laki yang makhluk visual. Artinya, para suami adalah makhluk yang telah Allah ciptakan mudah tergugah kesenangannya oleh hal-hal yang menarik pandangan matanya. Oleh karenanya keelokan tubuh istri yang tampil lebih sopan dengan busana yang menggairahkan pandangan mata suami tentu akan menguatkan kecintaannya. Dan salah satu ciri istri idaman adalah istri yang senantiasa pandai menggairahkan cinta suami saat dipandang [HR. Ahmad 2/251, dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’: 3298.].

Adapun bagi para suami, ia harus tahu bahwa seorang istri tentu akan lebih senang kepadanya bila ia tampil gagah dan menawan dengan busana yang disukai istrinya. Apabila mereka berdua bisa saling membangkitkan kesenangan pasangannya dengan berhias ini, maka kesenangannya tersebut akan mendorong pasangan untuk menyenangkan hati pasangannya. Sementara kesenangan akan membuahkan gairah cinta. Akhirnya takkala cinta suami bergairah, cinta istripun tak kalah bergairah. Jika ini keadaannya maka salah satu tujuan memadu kesenangan hidup berumah tangga dalam rangka beribadah dan berekreasi bersama tentu lebih mungkin didapatkan.

Wallahul muwaffiq.

 Ustadz Abu Ammar al-Ghoyami حفظه الله تعالى

Tidak ada komentar: