ustadz Fikri Abul Hasan: Meluruskan Pandangan Sosok Wali dan Karomah

Wali Allah adalah orang yang membela dan menolong agama Allah. Kata "wali" bentuk jamaknya "awliya'" yang berarti orang-orang yang menolong. Sedangkan awliya'ullah artinya para penolong agama Allah, sebab itu Allah ridha dan senantiasa menolong mereka. (Tafsir Ath-Thabari 15/119)

Allah ta'ala berfirman:

يا أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم
"Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolong kalian dan mengokohkan kedudukan kalian." (Muhammad: 7)

Para wali Allah yang paling tinggi derajatnya adalah para Nabi dan para Rasul 'alaihimussalam, karena mereka berada di front terdepan dalam mengenalkan agama Allah dan menolong syari'at-Nya. Kemudian derajat berikutnya adalah para Shahabat, lalu para Tabi'in, para Ulama setelahnya dan selanjutnya orang-orang yang mengikuti sunnah (cara beragama) Nabi dan para Shahabatnya sampai hari kiamat.
Meluruskan Pandangan Sosok Wali dan Karomah

Praktis derajat kewalian sangat ditentukan oleh sejauh mana keimanan dan ketaqwaan seorang hamba kepada Allah. Semakin kuat ketaatannya dalam mengikuti cara beragama Nabi dan para Shahabat, maka akan semakin tinggi derajat kewaliannya di sisi Allah. Jadi derajat kewalian itu bukan ditentukan oleh seorang kyai atau guru spiritual yang mengaku dirinya sebagai wali. Karena pihak yang paling mengetahui tingkat keimanan dan ketaqwaan di antara manusia hanya Allah semata.


Sifat dan Ciri Wali Allah

Wali Allah memiliki sifat yang telah Allah sebutkan sendiri dalam firman-Nya:

ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون الذين آمنوا وكانوا يتقون
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (Yunus: 62-63)

Ayat yang agung ini menegaskan sifat wali Allah adalah beriman dan senantiasa bertaqwa. Yakni beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir, taqdir yang baik dan buruk dengan keimanan yang pasti di atas ilmu dan pemahaman yang benar. Sedangkan bertaqwa sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu:

أن يطاع فلا يعصى، وأن يذكر فلا ينسى، وأن يشكر فلا يكفر
"Allah ditaati dan tidak didurhakai, Allah diingat dan tidak dilupakan, Allah disyukuri nikmat-Nya dan tidak dikufuri." (Riwayat Ibnu Abi Hatim - Tafsir Ibnu Katsir surat Al-‘Imran ayat 102)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

لا يكون وليا لله إلا من آمن بالرسول وبما جاء به واتبعه باطنا وظاهرا ومن ادعى محبة الله وولايته وهو لم يتبعه فليس من أولياء الله؛ بل من خالفه كان من أعداء الله وأولياء الشيطان قال تعالى: قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله
“Tidaklah seseorang menjadi wali Allah kecuali dia beriman kepada Rasul dan beriman dengan apa yang dibawa olehnya dan mengikuti beliau secara lahir batin. Siapa saja yang mengaku cinta Allah dan wali-Nya, tetapi dia tidak mengikuti beliau maka dia bukan wali Allah. Bahkan siapa saja yang menyelisihi beliau maka dia termasuk musuh Allah dan wali syaithan. Allah ta’ala berfirman, “Katakanlah (hai Muhammad), "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian".” (Al-Furqan baina Awliya’irrahman wa Awliya’issyaithan hal. 121)
Jangan Terpedaya oleh "Keanehan"

Keanehan yang dimaksud adalah perbuatan yang tidak bisa dinalar seperti berjalan di atas air, terbang di udara, mengobati jarak jauh, menggandakan uang, shalat jum'at di Makkah padahal tidur di kamar, fotonya bercahaya, bisa menghilang, dan sekelumit keanehan yang lain. Karena syarat menjadi wali Allah adalah beriman dan senantiasa bertaqwa kepada Allah bukan memiliki keanehan atau yang sering disebut karomah.

Al-Imam Asy-Syafi'i berkata:

إذا رأيتم الرجل يمشي على الماء ويطير في الهواء فلا تغتروا به حتى تعرضوا أمره على الكتاب والسنة
"Jika kalian melihat seseorang dapat berjalan di atas air dan terbang di udara, maka janganlah kalian terpedaya olehnya sampai kalian memeriksa amalan dia apakah sesuai dengan Al-Qur'an was Sunnah?" (Tafsir Ibnu Katsir 1/233)

Yakni bila engkau melihat keanehan-keanehan terjadi pada diri seseorang, maka janganlah terpedaya atau menganggapnya sebagai wali Allah, sampai engkau periksa amalannya, manhajnya, aqidahnya, ibadahnya apakah sesuai dengan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para Shahabat beliau ataukah malah sebaliknya??!

Ibnu Abil ‘Izz berkata, “Barangsiapa menganggap sebagian orang-orang dungu (yang meninggalkan syari'at dan kewajiban agama) diyakini sebagai wali-wali Allah dan kedudukan mereka dianggap lebih utama daripada orang-orang yang mengikuti jalannya Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, maka dia orang yang sesat, ahlul bid'ah dan menyimpang dalam beraqidah." (Syarh Al-'Aqidah Ath-Thahawiyyah 2/769)

Memang "keanehan" dengan segala macam bentuknya bisa terjadi pada diri seorang wali, namun hal itu bukan atas dasar kemauan pribadi, diusahakan sendiri apalagi direkayasa. Akan tetapi betul-betul datang dari Allah untuk menolong hamba-Nya di atas al-haq dan menolong agama-Nya. 

Sebagaimana keanehan yang terjadi pada diri 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, beliau mampu mengangkat pintu benteng khaibar Yahudi yang besar dan kokoh lalu melemparnya dengan mudah, namun setelah itu beliau tidak sanggup lagi mengangkatnya. Ini adalah karomah yang Allah anugerahkan kepada 'Ali untuk menolong agama Allah. Bukan keanehan yang dibuat-buat oleh syaithan kepada walinya dengan cara menghambakan diri kepadanya, meninggalkan syari'at dan kewajiban, serta melakukan yang haram.

Adapun karomah yang paling tinggi adalah karomah istiqamah yaitu konsisten di atas ketaatan dalam berpegang teguh dengan sunnah. Sebagaimana yang disampaikan oleh para Ulama:

فأعظم الكرامة لزوم الاستقامة
"Maka seagung-agungnya karomah para wali adalah istiqamah." (Madarijussalikin 2/106)

Keistiqamahan seorang wali di atas al-haq menjadikan dirinya tawadhu' (rendah hati) karena takutnya ia dari ancaman Allah, berupaya meninggalkan perkara yang haram, sehingga tidak tercetus dalam hatinya anggapan diri paling bertaqwa dan mengaku sebagai wali Allah. Hanya wali syaithan yang mengaku-ngaku sebagai wali Allah, dekat dengan Allah dan telah menyatu dengan-Nya.

repost from WhatsApp Group "Al-Madrasah As-Salafiyyah"

Tidak ada komentar: