[Kisah nyata] Derita RIBA tak pernah berakhir. "jangan coba coba mendekat"

Bismillah. Saya ingin menceritakan pengalaman orang tua kami. Mungkin cerita seperti ini sudah banyak, tetapi semoga bisa menjadi hikmah, khususnya buat kami sendiri.

Orang tua kami mulai hutang bank segera setelah menikah. Awalnya pinjam uang di bank untuk membeli angkot yang dipakai untuk mencari nafkah. Awalnya lancar-lancar saja. Bahkan bank-pun semakin merayu bapak kami untuk meminjam uang lebih banyak lagi. Waktu itu sekitar awal 90-an. Sepeda motor adalah hal yang mewah, jadi angkot adalah alat transportasi umum yang menjadi favorit saat itu.

Derita RIBA tak pernah berakhir

Dengan alasan untuk mengembangkan bisnis, orang tua kami pun menambah pinjaman utang ke bank. Bisnis yang awalnya terlihat cemerlang, suatu ketika habis tanpa bekas. Seperti kata pepatah Uang jin dimakan setan. Bisnis yang dimulai dengan cara yang haram, berarkhirnya pun "tragis". Semua barang yang dia punya ludes, tetapi alhamdulillah rumah tetap bisa dipertahankan. Bapak pun kehilangan mata pencahariannya. Akhirnya ibu lah yang menjadi tulang punggung keluarga.

Bapak kami memulai lagi bisnis dari bawah, yaitu antar jemput karyawan pabrik dengan mobil sewaan. Alhamdulillah bisnis itu lancar. Sampai suatu ketika ada tetangga yang menjual sawahnya. Alhamdulillah waktu itu bisa beli tanpa riba, walaupun harus menjual semua yang ada, perhiasan ibu, sepeda motor satu-satunya, tapi tak mengapa. Subhanallah, setan pun mulai membisikkan lagi. Bapak tergoda lagi untuk pinjam ke bank, dan wallahu `alam, pihak bank tau saja kalau ada orang yang sedang membutuhkan. 

Karena waktu itu pihak bank sendiri yang datang "merayu" orang tua kami dengan segala "bussiness plan"-nya. Akhirnya mulai lagi orang tua kami pinjam uang ke bank, dan jumlahnya semakin banyak, dengan alasan properti yang dia punya nilainya lebih besar dari jumlah pinjaman. Qadarullah, bisnis tanah tidak lancar. Orang tua kami dikejar-kejar bank. Bahkan ada rentenir yang berkedok KBPR menawarkan "bantuan" kepada orang tua kami, yang setelah dihitung2 bunganya yang mereka berikan lebih dari 100%.

Mungkin banyak orang yang berpikiran, "*Kalau tidak hutang, bisa dapat modal dari mana?*". Apakah meraka lupa tentang firman ALLAH ta`ala yang berbunyi :

“*Semua yang ada di langit di bumi selalu meminta kepada-Nya, setiap hari Dia (memenuhi) semua kebutuhan (makhluk-Nya)*” (QS ar-Rahmaan:29).

Ada juga yang berpikir, "*Kalau tidak hutang, tidak bisa menabung*." Padahal tabungan yang paling kekal adalah tabungan di akhirat yang tentu saja harta yang ditabungkan untuk diakhirat haruslah harta yang bersih.

“Sesungguhnya Allah itu Maha baik dan tidak menerima, kecuali sesuatu yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kaum Mukminin dengan perintah yang Allah gunakan untuk memerintahkan para rasul. Maka Allah berfirman,”Wahai para rasul, makanlah segala sesuatu yang baik dan beramal shalihlah (Al Mukminun : 41).”

Sampai saat ini kami sekeluarga bergotong royong untuk membebaskan orang tua kami dari jeratan riba. Qadarullah wa masyaa a fa`ala, ibu kami sakit-sakitan. Wallahu `alam, mungkin waktu mudanya tenaganya diforsir untuk melunasi hutang-hutang mereka sejak 30 tahun yang lalu, jadi sekarang beliau terlihat capek sekali.

Semoga kita semua terhindar dari jeratan riba. Karena tidak ada sedikitpun kebaikan di dalamnya. Wallahul musta`an.

(sumber : RIBA crisis centre)

Tidak ada komentar: