tolonglah agama allah, agar allah berkenan menurunkan ‘Burung Ababil’nya

Menunggu Allah Menurunkan ‘Burung Ababil”

KISAH Abrahah adalah kisah sejuta umat, kisah yang sering menjadi menu sebelum tidur  anak-anak di era 90-an. Sebuah pasukan  datang dengan kekuatan besar dari  Yaman, kemudian Allah Subhanahu Wata’ala hancurkan mereka dengan izin Nya.

Diperjalanan ke Makkah pasukannya menjarah harta penduduk Makkah, termasuk 200 unta kakek Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, Abdul Muthalib.

Sementara penduduk Makkah mencari tempat paling aman bagi mereka ke gunung-gunung, bukit-bukit untuk menyaksikan bagaimana Ka’bah dihancurkan.

Hanya seorang Abdul Muthalib seorang  yang punya nyali menemui Abrahah dan pasukannya. Untuk melawan? Bukan! Hanya untuk mengambil 200 unta miliknya yang dijarah Abrahah dan antek-anteknya.

Perasaan kagum Abrahah berubah menjadi murka ketika mengetahui kedatangan Abdul Muthalib hanya untuk meminta untanya kembali,
kabah dari dekat

“Apakah harta yang sepele ini yang engkau bicarakan, sedangkan Ka’bah agamamu dan agama nenek moyangmu engkau tidak mempeduliaknnya?” hardik Abrahah.

Lalu abdul Muthalib mengucapkan perkataan legendarisnya : : “إني أنا رب الإبل، وإن للبيت رباً سيمنعه” “Aku pemilik unta-unta itu, sedangkan Ka’bah ada pemilik yang akan menjaganya.”

Sejenak kita berhenti di sini. Ya di sini. Berhenti dipersimpangan jalan menuju Makkah, ketika seluruh masyarakat Makkah menyingkir, menyelamatkan harta dan jiwanya, membiarkan nasib Ka’bah kepada dzat yang menjaga dan memilikinya?

Apakah orang yang hidupnya hanya mencari kebutuhan dunianya, anaknya, keluarganya, hartanya kemudian  Allah akan menjaganya? Menjaga agamanya?  Seperti halnya Allah menjaga Ka’bah yang ditinggalkan pemiliknya?

Kalau ada yang berfikir demikian maka ini adalah cacat moral di abad yang modern seperti sekarang ini.

Jawabannya adalah; “Ini hanya berlaku bagi umat terdahulu, Sunnah ilahiyah bagi mereka.”

Meskipun penduduk Makkah memperlihatkan sifat pengecutnya dengan berlindung di gunung-gunung, mengosongkan Makkah dengan Ka’bahnya sendirian, Allah mengutus burung-burung Ababil, mukjizat yang besar, mereka dihinakan dengan batu-batu kerikil yang kecil, menghancurkan kepongahan pasukan gajah yang dianggap wah oleh penduduk Makkah.

Kenapa pertolongan itu datang kepada penduduk pengecut? Kenapa Burung Ababil justru yang diutus membela penduduk yang tidak memperdulikan agamanya?

Inilah sunnatullah untuk umat-umat terdahulu. Allah menghancurkan orang-orang dzalim tanpa melalui tangan-tangan jihad orang yang beriman.

Lihatlah, bagaimana Allah menghancurkan umat Nabi Nuh AS dengan air bahnya, umat Nabi Luth dengan batu, umat Nabi Hud dengan suara keras yang mencabut nyawa umatnya, kaum Nabi Sholeh dengan angin topan, dan nabi-nabi yang lain.

Begitulah sunnah ilahiyah yang berlaku bagi orang-orang dzalim terdahulu sampai masa kedzaliman Abrahah.

Apakah Allah tidak membinasakan orang-orang dzalim setelahnya? Sama, hanya berbeda  caranya. Kalau umat terdahulu dibinasakan dengan Khawariq yang Allah turunkan mesti tanpa peperangan, tapi Sunnatullah di zaman Nabi Muhammad adalah:

“إن تنصروا الله ينصركم، ويثبت أقدامكم”..
“Kalau kalian menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kalian, dan meneguhkan kaki-kaki kalian.”

Jika kita kaum Muslimin bekerja, berjihad, amar ma’ruf nahi munkar, Jihad dengan segenap kemampuan kita, maka Burung Ababil itu turun dalam bentuknya yang lain. Itu pasti!

Adalah fakta, ketika 1000 tentara pasukan Qurais dalam Perang Badar Allah menurunkan ‘Burung Ababil’ untuk menghancurkan mereka sebelum kaum Muslimin menghadangnya, itulah sunatullah untuk umat Nabi Muhammad.

Harus ada strategi

Harus ada I’dad dan tandzim sufuf. Harus  menggelorakan semangat berjuang dan berjihad. Harus ada panglima yang cerdas nan ahli.

Baru setelah itu Allah menurunkan “Burung Ababil” nya, itulah sunnatullah untuk kita.

“إن تنصروا الله ينصركم، ويثبت أقدامكم”..
Masalahnya, apa yang telah saya, Anda dan kita semua perbuat untuk menolong agama Allah Subhanahu Wata’ala ini hingga Allah berkenan menurunkan ‘Burung Ababil’nya?*

Penulis adalah anggota MIUMI Batam. Bahan diambil dari لسنا في زمن ابرهه , Dr. Ragib As sarjani

repost from group dakwah whatsapp

Tidak ada komentar: