Berdakwah berdasarkan kebodohan lebih banyak merugi dari manfaatnya

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin hafidzahullah berkata ketika beliau menjelaskan tentang bekal-bekal juru da'wah, di antaranya adalah :

"Hendaklah seorang da'i memiliki bekal ilmu dalam berda'wah. Ilmu yang benar bersumber dari Al-Qur'an dan As Sunnah karena setiap ilmu harus digali dari keduanya. Adapun ilmu yang datang kepada kita harus diperiksa terlebih dahulu apakah sesuai dengan Al-Qur'an dan As Sunnah atau tidak. Apabila sesuai maka harus diterima, dan apabila bertentangan wajib ditolak siapa pun yang menyatakannya. Ibnu Abas radliyallahu'anhuma telah berkata,

"Hampir saja batu terjatuh dari langit menimpa kalian, aku mengatakan Rasulullah bersabda dan kalian mengatakan, "Abu Bakar dan Umar berkata"

Apabila ucapan Abu Bakr dan Umar sebagai seorang khalifah dan shahabat yang menyalahi sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam harus ditolak, maka bagaimana kiranya dengan pendapat seorang yang jauh di bawah mereka berdua dalam hal ilmu dan taqwa ? tentu lebih utama untuk ditolak ucapannya. Sungguh Allah Subhana wa Ta'ala telah berfirman :

"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih." [An-Nur : 63]
Berdakwah berdasarkan kebodohan

Imam Ahmad rahimahullah berkata, "Tahukah engkau apakah fitnah itu ? Fitnah itu adalah kesyirikan, barangkali apabila ia menolak sebagian sabda Nabi shalallahu 'alaihi wasallam maka akan menimpa dia sesuatu, berupa kecondongan kepada kesesatan yang menyebabkan ia binasa."

Sesungguhnya bekal yang pertama yang harus dimilki seorang da'i yang menyeru manusia kepada agama Allah, haruslah ia memiliki ilmu yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits yang shahih, adapun da'wah tanpa ilmu maka sesungguhnya ia adalah da'wah berdasarkan kebodohan dan da'wah berdasarkan kebodohan lebih banyak merugikan dari pada manfaatnya.

dikarenakan si da'i ini telah menobatkan dirinya sebagai orang yang sesat dan menyesatkan, kami memohon pelindungan kepada Allah dari yang demikian itu, dan orangnya disebut dengan jahil murakkab (bertumpuk-tumpuk), kebodohan yang bertumpuk-tumpuk ini lebih berbahaya dari pada kebodohan yang ringan.

orang yang bodoh ringan (yaitu merasa dirinya bodoh, pent) dia tidak akan berbicara dan dengan belajar ia dapat menghilangkan kebodohannya, tetapi problem yang sangat besar itu pada diri orang bodoh bertumpuk-tumpuk karena dia tidak akan diam bahkan terus berbicara meskipun dengan kebodohan. Maka ia lebih banyak menjadi perusak dan penghancur dari pada menjadi pemberi cahaya.

Wahai saudara-saudara, sesungguhnya da'wah menyeru kepada agama Allah tanpa didasari ilmu menyalahi praktek Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dan para pengikutnya. Dengarkanlah firman Allah Ta'ala ketika memerintahkan NabiNya, Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, dalam firmanNya :

"Katakanlah : "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan hujjah (ilmu) yang nyata." [Yusuf : 108]

Pada kalimat "Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) dengan hujjah (ilmu) yang nyata", maka haruslah seorang da'i untuk menyeru kepada agama Allah berdasarkan ilmu bukan berdasarkan kebodohan.

republish from: abuayaz

Tidak ada komentar: