cemas harga melambung, namun tak cemas kematian semakin dekat

(لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا)
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. [Surat At-Talaq 7]
pedagang sayuran

Rezeki dan Beban Kehidupan Itu Berbanding Lurus, Semakin Banyak Rezeki maka beban pun semakin berat.

Semakin Mahal Harga Barang, Maka Upah dan Gaji pun Semakin Naik.

Allah Tidak memberikan kita Beban melainkan sesuai dengan Kemampuan Kita.

Tidak Usah Cemas dengan Rezeki. Cemas lah dengan Kematian yang semakin Mendekat sedangkan Amalan kita masih Kurang.

Abu Athira

Tidak ada komentar: