Syaikh ‘Ali bin Hasan Al-Halabi -hafizhahullaah- berkata:
“Al-Ustadz Al-‘Allamah Al-Adib Mahmud Muhammad Syakir -rahimahullaah- memiliki sebuah perkataan indah yang sangat dalam (maknanya); yang menyingkap sedikit(!) dari keadaan sebagian Doktor akhir zaman. Yaitu dalam kitab beliau: “Abaathiil Wa Asmaar” (hlm. 95-96 [77-78- cet. Kairo]); dimana beliau berkata:
“Setelah semua ini; saya ingin menanyakan satu pertanyaan:
Apakah ini kelakuan seorang Ustadz Jami’ah (universitas) yang menyandang sebuah gelar yang dengannya dia menipu anak-anak kecil (muda) dan orang-orang tua. Dia memanfaatkan kelalaian mereka terhadap aib-nya; dikarenakan mereka terlalu percaya dengan kemuliaan gelar ini dan kemuliaan penyandangnya?!
Maka jawabannya -bagi orang yang berakal atau memiliki sedikit akal- adalah: Bukan! Dan tidak ada kemuliaan!!
Dan jika ini bukanlah kelakuan Ustadz Jam’iah, bukan pula anak SD, dan bukan pula siswa SMP(!), bahkan bukan seorangpun dari manusia -yang menempuh jenjang pendidikan di mana pun, dengan bahasa apa pun-; maka bagaimana mungkin aku bolehkan diriku untuk menyematkan gelar “Doktor” pada namanya?!
Tidak, sekali-kali tidak, tidak akan aku perbolehkan: demi untuk menjaga gelar ini(!) dari kerendahan, untuk menjaga generasi muda dari tipuan, dan agar pena-ku terjaga dari kedustaan yang jelas; yang menambah kelalaian para pembaca!
Sudah sejak dulu saya menganggap bahwa: wajib atas Jami’ah (Universitas) kita untuk meneliti kembali ijazah-ijazah ini; yang diberikan oleh sebagian Jami’ah besar -pada zaman sekarang-: kepada sebagian orang yang setelah diteliti ternyata mereka bukan ahlinya (tidak pantas mendapatkannya):
Apa sebenarnya ijazah-ijazah ini?
Bagaimana (teknis) pemberiannya?
Kepada siapa (berhak) diberikan?
Dan (diberikan) atas dasar apa?”.”
[“Ar-Radd Al-Burhaaniy” (hlm. 21-22)]
Syaikh Al-Albani -rahimahullaah- berkata:
“Semua ini telah menyingkap bahwa: ijazah yang diberikan -dan yang mereka namakan dengan gelar “Doktor”!!-: tidaklah memberikan kepada penyandangnya: ilmu, tahqiiq (penelitian), dan tidak juga adab.”
[“Difaa’ ‘Anil Hadiits An-Nabawiy Was Siirah” (hlm. ب)]
ditulis oleh: Ahmad Hendrix
“Al-Ustadz Al-‘Allamah Al-Adib Mahmud Muhammad Syakir -rahimahullaah- memiliki sebuah perkataan indah yang sangat dalam (maknanya); yang menyingkap sedikit(!) dari keadaan sebagian Doktor akhir zaman. Yaitu dalam kitab beliau: “Abaathiil Wa Asmaar” (hlm. 95-96 [77-78- cet. Kairo]); dimana beliau berkata:
“Setelah semua ini; saya ingin menanyakan satu pertanyaan:
Apakah ini kelakuan seorang Ustadz Jami’ah (universitas) yang menyandang sebuah gelar yang dengannya dia menipu anak-anak kecil (muda) dan orang-orang tua. Dia memanfaatkan kelalaian mereka terhadap aib-nya; dikarenakan mereka terlalu percaya dengan kemuliaan gelar ini dan kemuliaan penyandangnya?!
Maka jawabannya -bagi orang yang berakal atau memiliki sedikit akal- adalah: Bukan! Dan tidak ada kemuliaan!!
Dan jika ini bukanlah kelakuan Ustadz Jam’iah, bukan pula anak SD, dan bukan pula siswa SMP(!), bahkan bukan seorangpun dari manusia -yang menempuh jenjang pendidikan di mana pun, dengan bahasa apa pun-; maka bagaimana mungkin aku bolehkan diriku untuk menyematkan gelar “Doktor” pada namanya?!
Tidak, sekali-kali tidak, tidak akan aku perbolehkan: demi untuk menjaga gelar ini(!) dari kerendahan, untuk menjaga generasi muda dari tipuan, dan agar pena-ku terjaga dari kedustaan yang jelas; yang menambah kelalaian para pembaca!
Sudah sejak dulu saya menganggap bahwa: wajib atas Jami’ah (Universitas) kita untuk meneliti kembali ijazah-ijazah ini; yang diberikan oleh sebagian Jami’ah besar -pada zaman sekarang-: kepada sebagian orang yang setelah diteliti ternyata mereka bukan ahlinya (tidak pantas mendapatkannya):
Apa sebenarnya ijazah-ijazah ini?
Bagaimana (teknis) pemberiannya?
Kepada siapa (berhak) diberikan?
Dan (diberikan) atas dasar apa?”.”
[“Ar-Radd Al-Burhaaniy” (hlm. 21-22)]
Syaikh Al-Albani -rahimahullaah- berkata:
“Semua ini telah menyingkap bahwa: ijazah yang diberikan -dan yang mereka namakan dengan gelar “Doktor”!!-: tidaklah memberikan kepada penyandangnya: ilmu, tahqiiq (penelitian), dan tidak juga adab.”
[“Difaa’ ‘Anil Hadiits An-Nabawiy Was Siirah” (hlm. ب)]
ditulis oleh: Ahmad Hendrix
Tidak ada komentar: