Beberapa Hukum Yang Berkaitan Dengan saling melaknat (Li’an)

Apabila suami isteri saling melaknat (li’an), maka ditetapkan hukum-hukum berikut disebabkan hal tersebut:

1. Perceraian

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhua, ia berkata, “Sepasang suami isteri dari kalangan Anshar saling melaknat (li’an) di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau menceraikan keduanya.”

2. Pengharaman selamanya


Berdasarkan perkataan Sahl bin Sa’d, “Telah ditetapkan oleh as-Sunnah untuk dua orang yang saling melaknat (li’an) agar keduanya dipisahkan dan keduanya tidak boleh bersatu kembali selamanya.”
suami isteri saling melaknat

3. Isteri yang dituduh berzina berhak atas mahar dan nafkah yang telah diberikan.

Hal ini berdasarkan hadits dari Ayyub, dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu ‘Umar, ‘Bagaimana hukum-nya seorang suami yang menuduh isterinya berzina?’ 

Ia menjawab, ‘Dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceraikan sepasang suami isteri dari bani ‘Ajlan, beliau bersabda, ‘Allah mengetahui bahwa salah satu dari kalian berdusta, apakah di antara kalian ada yang bertaubat?’’ 

Keduanya menolak. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allah menge-tahui bahwa salah seorang dari kalian berdusta, apakah di antara kalian ada yang bertaubat?’ Keduanya tetap menolak, kemudian beliau menceraikan keduanya.”

Ayyub berkata, “‘Amr bin Dinar berkata kepadaku, ‘Sesung-guhnya di dalam hadits ada sesuatu yang belum engkau sampai-kan (yaitu): “Suami itu berkata, ‘Bagaimana dengan harta pemberi-anku?’ 

Beliau bersabda (atau ada yang mengatakan), ‘Engkau tidak lagi mempunyai hak atas harta itu, apabila engkau benar (dengan tuduhan itu), sesungguhnya engkau telah menggaulinya, namun apabila engkau dusta, maka harta itu lebih jauh lagi darimu.’

4. Anak yang dinisbatkan kepada isteri yang dilaknat (li’an)

Berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meminta sepasang suami isteri untuk sumpah li’an, lalu beliau meniadakan hubungan (nasab) suami dengan anak isterinya. Kemudian beliau menceraikan keduanya dan menisbatkan anak kepada isteri yang dili’an.

5. Saling mewarisi hanya ditetapkan antara isteri dan anaknya saja

Berdasarkan perkataan Ibnu Syihab dalam hadits Sahl bin Sa’d: “…Menjadi ketetapan hukum (Sunnah) setelah kejadian mereka berdua, untuk menceraikan suami isteri yang saling melaknat ke-tika isteri sedang hamil, maka anaknya dinisbatkan kepada ibu-nya.” Ia melanjutkan, “Kemudian berlaku hukum (Sunnah) dalam pewarisan isteri bahwasanya ia mewarisi anaknya dan anaknya me-warisi darinya, sebagaimana yang Allah tetapkan baginya.”

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi]

republish from whatsapp group

Tidak ada komentar: