Ya, Allah. "sangat Ingin Merasakan Nikmatnya Shalat" !!!

Ya Allah, Alhamdulillah hamba-Mu ini Engkau anugrahkan sedikit kecerdasan. Kecerdasan untuk mempelajari ilmu agama-Mu

Ilmu untuk memperjuangkan agama-Mu. Karena hamba peduli terhadap agama-Mu Yang kelak semoga Engkau peduli terhadap hamba-Mu. Di mana kelak saat itu,

يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ
hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya. Di mana saat itu kekasih-Mu saja meminta perlindungan,

يَتَعَوَّذُ بِاللهِ مِنْ ضِيقِ الْمَقَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كان رسول الله
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa meminta perlindungan kepada Allah dari kesempitan-kesempitan [di mahsyar] pada hari kiamat.” [HR. Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani]

Ya Allah, Hamba sudah merasakan nikmatnya ilmu. Nikmatnya ketenangan ketika menghadiri majelis ilmu

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
“Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah yang mereka membaca Kitabullah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya.”[HR. Muslim dalam Shahih-nya]

Ya Allah, Hamba sudah merasakan nikmatnya ilmu. Nikmat terangkatnya derajat dan mendapat kedudukan ilmu. Karena janji-Mu yang pasti,

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَتٍۗ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”[Al-Mujadilah: 11]

Ya Allah, Hamba sudah merasakan nikmatnya ilmu. Nikmat menelaah dan membahas ilmu kemudian hamba paham. Karena kabar gembira dari-Mu

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya niscaya Allah akan menjadikannya paham dalam agama.”

[Bukhari (no. 71, 3116, 7312), Muslim (no. 1037), Ahmad (IV/92, 95, 96), Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi (I/122-123, no. 84), dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu]

Akan tetapi, ya Allah, Hamba belum merasakan nikmatnya ibadah. Nikmatnya ibadah shalat sebagai tiang agama Padahal ilmu fikih shalat cukup terpahami

Ya Allah, Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat.  Nikmatnya shalat sebagai waktu beristirahat dari segala penat dunia

Sebagaimana teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

قُمْ يَا بِلَالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ
“Berdirilah wahai Bilal (lantunkanlah adzan), istirahatkanlah kami dengan shalat.”[H.R. Abu Dawud (V/165 no. 4986) dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani.]

Akan tetapi ketika shalat,  Hamba malah sibuk memikirkan dunia

Ya Allah, Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat.  Nikmat ketenangan dan dekat dengan-Mu ketika shalat. Sebagaimana Sabda Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam

وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
Shalat pun dijadikan penyejuk mata bagiku [ketenangan].”

[HR. An Nasai no. 3939, dari Anas bin Malik. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Lihat Al Misykah no. 5261 dan Shahih Al Jaami’ Ash Shogir no. 3124.]

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُواالدُّعَاءَ
“Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.”[HR. Muslim no. 482, dari Abu Hurairah]

Akan tetapi ketika shalat, Hamba merasa tidak tenang dan dikejar-kejar urusan dunia, Merasa jauh dari-Mu
Nikmatnya Shalat

Ya Allah, Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat. Nikmatnya mendapat solusi berbagai permasalahan dengan shalat Karena petunjuk-Mu yang pasti benar,

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”[ Al Baqarah: 45]

dan teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

كان النبي صلى الله عليه و سلم إذا حزبه أمر صلى
“jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertimpa suatu perkara yang berat maka beliau melakukan shalat“ [HR. Abu Dawud nomor 1319, dihasankan oleh Al-Albani]

Akan tetapi ketika menghadapi permasalahan,  Hamba langsung mengadu kepada manusia yang tidak bisa membantu

Ya Allah, Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat. Nikmatnya segera menyambut shalat dan kemenangan. Segera menggapai shaf terdepan, Sebagaimana Sabda Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ
“Jikalau orang-orang mengetahui apa yang ada di dalam mengumandangkan adzan dan shaf pertama (berupa pahala), kemudian mereka tidak mendapatkan (orang yang berhak atas itu) kecuali mereka berundi atasnya, maka niscaya mereka berundi, dan jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid (berupa pahala), maka mereka niscaya akan berlomba-lomba kepadanya”[HR. Bukhari dan Muslim.]

Akan tetapi ketika adzan berkumandang, Hamba sering menunda-nunda berangkat ke masjid. Sering terlambat dan menjadi makmum masbuk

Ya Allah, Hamba hanya bisa tercengang bisu Membaca kisah nyata, “ketika ada seorang sahabat Anshar yang shalat pada malam hari lantas kakinya terkena tiga anak panah musuh sehingga mengalir darah dan dia tetap ruku dan sujud melanjutkan shalatnya”[Lihat shahih Abu Dawud no 193 dan tamamul minnah hal 51]

Sangat khusyu’ dan menikmati shalatnya, Sampai tidak terasa sakit tertusuk panah

Ya Allah, Apakah mengapa ilmu hamba tidak membuat nikmat beribadah kepada-Mu?

Apakah ilmu hamba sekedar wawasan?

Apakah ilmu hamba tidak berpondasikan ikhlas?

Hamba hanya tertegun diam membaca perkataan Ibnul Qayyimrahimahullah

كُلُّ عِلْمٍ وَعَمَلٍ لاَ يَزِيْدُ الإِيمَانَ واليَقِيْنَ قُوَّةً فَمَدْخُوْلٌ، وَكُلُّ إِيمَانٍ لاَ يَبْعَثُ عَلَى الْعَمَلِ فَمَدْخُوْلٌ
Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan dalam keimanan dan keyakinan maka telah termasuki (terkontaminasi), dan setiap iman yang tidak mendorong untuk beramal maka telah termasuki (tercoreng) [Al-Fawaid Ibnul Qayyim hal. 98, Maktabah Ats-Tsiqafi, Koiro]

Apakah ilmu hamba sudah terkontaminasi dengan dunia?
Apakah amal hamba sudah tercoreng?

Ya Allah, Semoga ilmu hamaba selalu menjadi hujjah yang membela. Bukan hujjah yang menyerang kembali

القُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
Al-Quran akan menjadi hujjah (yang akan membela) engkau atau akan menjadi bumerang yang akan menyerangmu.[HR Muslim no 223]

Ya Allah, Hamba ingin merasakan nikmat dan lezatnya. Beribadah dan menjadi hamba-Mu

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu).”[HR. Abu Dawud, disahihkan Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud no. 1522]

Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
Penyusun: Raehanul Bahraen
artikel muslimafiyah.com

Tidak ada komentar: