Kesalahan Hijamah Oleh dr. Abu Hana El-Firdan

Kesalahan dalam hijamah bisa disebabkan karena minimnya pengetahuan tentang anatomi fisiologis tubuh, keterbatasan ilmu tentang penyakit serta cara kerja dan mekanisme hijamah. Hijamah sendiri merupakan salahsatu tindakan medis (bedah minor) oleh karenanya maka proses hijamah haruslah mengedepankan standarisasi medis.
Kesalahan Hijamah

Contoh kesalahan hijamah antara lain :

1⃣ Persiapan pasien yang kurang. 
Sebelum dilakukan hijamah seorang penghijamah harus memeriksa kondisi umum dan penyakit yang diderita pasien. Pemeriksaan tekanan darah (tensi) merupakan pemeriksaan minimal yang wajib dilakukan. Kesalahan pada poin ini bisa membahayakan pasien terutama jika kondisinya sedang drop.

Mengabaikan masalah riwayat penyakit yang diderita pasien seperti pada penderita diabetes, hepatitis, AIDS, dll bisa menyebabkan risiko tertularnya penyakit pada pasien dan penghijamah.

2⃣ Melakukan hijamah di area terbuka diluar ruangan atau terlalu dingin. 
Dikhawatirkan luka sayatan hijamah dapat terkena debu/kotoran yang berterbangan. Selain itu juga tidak disarankan melakukan hijamah di tempat dengan sirkulasi udara yang kurang/pengap. Jangan menyalakan kipas angin/blower tepat diatas pasien yang sedang dihijamah.

3⃣ Mengabaikan sterilitas.
Banyak penghijamah hanya mengandalkan proses sterilisasi kop dan alat hijamah pada detergen, pemutih, rebusan air atau alkohol. Tidak dimilikinya alat sterilisator standar menyebabkan resiko tinggi terkena infeksi kuman selama hijamah.

4⃣ Peralatan ala kadarnya.
Dalam praktek hijamah, banyak di antara para ahli hijamah hanya menggunakan alat-alat sekedarnya tanpa memperhatikan faktor kebersihan alat dan lingkungan, sterilisasi dan higenisnya, seperti penggunaan tisu untuk membersihkan darah, apalagi tisu gulung untuk toilet. Akibatnya muncul tanggapan negatif terhadap terapan hijamah secara umum. Setiap pasien dengan riwayat sakit hepatitis, narkoba, dan HIV-AIDS (ODA) harus memiliki peralatan bekam sendiri yang dipisahkan dengan pasien yang lain.

5⃣ Menggunakan silet atau jarum.
Kedua alat tersebut samasekali bukan merupakan peralatan medis standar yang dirancang untuk melakukan tindakan medis hijamah. Luka yang dihasilkan sangat berpotensi infeksi dan terkontaminasi bahan-bahan yang terkandung pada permukaan logam silet dan jarum.

6⃣ Kesalahan dalam menentukan titik hijamah.
Selain tidak efektif, keterbatasan pengetahuan mengenai lokasi titik hijamah yang tepat akan mempengaruhi hasil hijamah secara signifikan. Beberapa penghijamah pemula sering hanya melakukan hijamah terbatas pada titik hijamah itu-itu saja, padahal titik hijamah telah banyak berkembang.

7⃣ Mitos “semakin banyak titik hijamah maka semakin cepat sembuh”.
Terlalu banyak titik pada saat hijamah tidaklah berarti menjadikan hijamah semakin efektif namun yang benar adalah pemilihan titik yang tepat adalah kunci tercapainya tujuan hijamah.

8⃣ Terlalu lama menghijamah pada satu titik.
Penyedotan kop yang melebihi 20 menit bisa menimbulkan efek samping keluarnya bulla (kantong cairan bening seperti cacar). Hal ini bisa menyebabkan keluhan perih dan beresiko infeksi.

9⃣ Melakukan penyayatan luka yang terlalu dalam.
Hal ini selain memperlambat penyembuhan luka juga menimbulkan resiko mengenai pembuluh darah besar sehingga bisa timbul perdarahan.

1⃣0⃣ Harus puasa dulu sebelum hijamah.
Pada pasien tertentu dimana kondisi tubuhnya sedang drop maka puasa bisa membahayakan pasien. Sebaiknya makanlah 2 jam sebelum hijamah, dalam tempo waktu tersebut diharapkan proses pencernaan makanan sebagian besar telah selesai dan bisa memperkecil resiko “pingsan” akibat hijamah.

Demikian pembahasan materi hijamah untuk edisi kali ini semoga bermanfaat, InsyaAllah akan berlanjut pada edisi berikutnya. Jika ada masalah yang belum jelas dan akan ditanyakan maka anda dapat menghubungi redaksi.

Baarokallaahu fiikum.

Sumber: Diterbitkan Majalah Asy-Syifa edisi 2.

Tidak ada komentar: