Mengeksploitasi ustadz, agar sebanding dengan amplopnya. Keterlaluan.

Saudaraku, betapa sering saya marah kepada panitia pengundang karena ia bernafsu mengajukan usulan jadwal yang kuli bangunan saja mungkin tidak kuasa menjalankannya.

Namun sayang banyak yang tidak menyadari kalau ditegur atau dimarahi. Sehingga terpaksa saya menuliskannya di sini, agar menjadi pelajaran terbuka bagi semua.

Betapa tidak,

1. perjalanan jauh agar sampai di tempat kajian.

2. Kajian ba'da subuh dengan kedok kultum.

3. Kajian siang dari pukul 09 s/d zuhur.

4. Kajian ba'da asar s/d magrib.

5. Kajian ba'da maghrib s/d isya', kalaupun tidak sepadat di atas, tapi ustadz dipindah dari satu tempat ke tempat lain yang cukup melelahkan, sesampai di tempat lain langsung tancap gas, berceramah dan,...dan...., semuanya berdalih, mumpung atau kapan lagi?

5. Obrolan panitia, jamaah yang konsultasi, sepanjang jalan penjemputan, nemani santap pagi, nemani santap siang, nemani santap malam.

6. Perut ustadz masih juga diperlakukan bagaikan kulkas, tempat penyimpanan berbagai menu makanan, dengan dalih menghormati tamu, mengganti energi yang terkuras, padahal mobil yang terbuat dari besi saja, tidak bisa dipaksa memuat bahan bakar yang melebihi kapasitasnya.

7. Perjalanan pulang, yang bisa jadi berjam jam, dan kadang kala harus berganti satu moda transportasi ke moda lainnya.
tepi pantai indah

Saudaraku, sudah berapa orang ustadz dan juru dakwah yang kelelahan, ada yang jatuh sakit, ada pula yang harus dirawat di rumah sakit dan ada pula yang.....

Kalau anda berkata: bukankah ustadz wajib menyampaikan ilmu?

Ingat sobat, ustadz tuh hadir di tempat anda, sering kali setelah anda desak desak atau bujuk rayu agar datang. Mengapa bukannya anda yang berusaha sekuat tenaga untuk datang ke tempat ustadz untuk menimba ilmu?

Kalau anda berkata: kesempatan kami belajar hanya akhir pekan, maka apakah anda lupa bahwa banyak ustadz yang kehabisan waktu? Di akhir pekan menghadiri undangan anda, di hari kerja mereka mengajar di lembaga pendidikannya?

Walau demikian, mereka menyempatkan diri untuk menyampaikan ilmu ke tempat anda? Mengapa anda merasa tidak sempat untuk menimba ilmu ke tempat ustadz walau hanya di akhir pekan?

Sudah begitu masih teganya sebagian orang mengeksploitasi ustadz dengan jadwal yang super padat, dengan dalih "mumpung".

Yang lebih tragis ada pula yang berkata: kan kami sudah siapkan amplop yang super tebal!

Saudaraku! Hentikan budaya buruk ini, jangan engkau jebak ust dan jangan pula biarkan ust terjerembab pada lembah "menjual ilmu" . Sebaliknya jangan pula anda terus berada pada lembah nista membeli ilmu. Ilmu itu dituntut karena Allah dan disampaikan juga harus karena Allah.

Ustadz dituntut ikhlas, panitia juga demikian, karena ikhlas adalah pondasi setiap amalan kita, ustadz tidak ikhlas lebih baik diam, panitia tidak ikhlas juga sia sia.

Semoga di kemudian hari, setiap akhir pekan lembaga pendidikan dan kediaman ustadz dibanjiri oleh para penuntut ilmu, bukan malah sebaliknya.

Dr Muhammad Arifin Badri

Tidak ada komentar: