PARA PEMBERI KESAMARAN dan KERAGUAN

Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan -hafizhahullaah- berkata:

“Dalam masalah-masalah Fiqih dan Istinbah (pengambilan hukum dari dalil-pent); maka masing-masing berijtihad dan beristinbath, (yakni) bagi ahli ilmu yang mampu untuk berijtihad, Terkadang mereka (ahli ilmu) berselisih dalam pandapatnya, akan tetapi mereka tidak (menyengaja) untuk tetap berada dalam perselisihan, bahkan mereka kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, sehingga ketika ada (ulama) yang memiliki dalil; maka mereka (para ulama lainnya) akan mengikutinya dan mengambil pendapatnya, serta meninggalkan pendapat mereka. Inilah madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, dan inilah yang diarahkan oleh Rasul -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- kepada kita.
tepi pantai

Adapun kalau dikatakan: “Biarkanlah manusia masing-masing memegang pendapatnya, karena perselisihan umat adalah rahmat.” Inilah yang mereka katakan. Maka kita katakan: Ini adalah bathil, Allah -Jalla Wa ‘Alaa- berfirman:

وَلَا يَزَالُوْنَ مُـخْـتَـلِـفِـيْـنَ * إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ
“…mereka senantiasa berselisih, kecuali orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu…” (QS. Hud: 118-119)

Maka firman Allah: “kecuali orang yang diberi rahmat oleh Rabb-mu”; menunjukkan bahwa: orang-orang yang dirahmati oleh Allah adalah tidak berelisih, dan menunjukkan bahwa perselisihan adalah adzab dan bukan rahmat, rahmat adalah bagi orang-orang yang tidak berselisih.

Jika terjadi perselisihan; maka mereka kembali kepada Al-Kitab dan As-Sunnah, mereka mengambil pendapat yang benar dan meninggalkan yang salah, inilah jalan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.

Adapun masing-masing orang tetap berada di atas pendapatnya dan mengikuti apa yang dikatakan oleh si fulan dan si fulan; maka ini bukanlah jalannya kaum muslimin, justru ini adalah jalannya para pengikut hawa nafsu dan pengikut syahwat, yang mereka hanya mencari pendapat-pendapat yang sesuai dengan keinginan (hawa nafsu) mereka, adapun yang tidak sesuai dengan keinginan mereka; maka mereka tinggalkan…

yakni: mereka hanya mengambil pendapat para imam dan para ulama yang sesuai dengan keinginan mereka, adapun yang tidak sesuai dengan keinginan mereka; maka mereka tinggalkan. Maka ini menunjukkan bahwa mereka adalah para pengikut hawa nafsu….Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaah.

Inilah yang sekarang diangkat di koran, majalah, pertemuan, muktamar -secara umum-, dan di internet (Medsos), mereka melariskan perselisihan dan mengatakan:

“Kita memberikan keluasan kepada manusia!”

DENGAN APA KITA MEMBERI KELUASAN KEPADA MANUSIA? (APAKAH) DENGAN MENINGGALKAN AL-KITAB DAN AS-SUNNAH, DAN MENGAMBIL PENDAPAT-PENDAPAT DARI ORANG-ORANG (PARA ULAMA) YANG TIDAK MAKSUM (TIDAK TERJAGA DARI KESALAHAN), MEREKA BISA BENAR DAN BISA SALAH?! Padahal mereka (para ulama tersebut) melarang kita dari mengambil pendapat mereka kecuali yang sesuai dengan dalil, dan mereka melarang kita dari mengmbil pendapat mereka yang bertentangan dengan dalil.

MAKA INI ADALAH PERKARA YANG WAJIB DIKETAHUI, KARENA MANUSIA PADA ZAMAN SEKARANG: SEDANG DIUJI DENGAN MUNCULNYA MEREKA INI, (YAKNI): ORANG-ORANG YANG MEMBERIKAN KESAMARAN KEPADA MANUSIA.”

[“It-haaful Qaarii Bit Ta’liiqaat ‘Alaa Syarhis Sunnah Lil Imaam Al-Barbahaariyy” (I/342-343)]

-Ahmad Hendrix-

Tidak ada komentar: