Erdogan Menangis tersedu mendengar kisah pembakaran masjid rohingya

Seorang saksi mata menceritakan kronologi pembakaran mesjid di Rohingya yang langsung menjadi headline di media. Kisah tersebut tak hanya mengejutkan dunia, tapi juga memicu airmata para pemimpin negara muslim. Salah satunya Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

Abdullah (20), warga Rohingya yang menjadi saksi mata kesadisan tentara Myanmar mengisahkan. Di suatu subuh yang sunyi senyap. Warga yang berlindung di sebuah masjid di Rakhine bergegas melaksanakan shalat Subuh berjamaah.
erdogan menangis

Setelah adzan berkumandang, tiba-tiba terdengar teriakan diselingi suara tembakan. Warga yang panik berhamburan keluar. Mereka melihat puluhan pria berpakaian loreng menenteng senjata.

Rentetan senjata api terdengar lagi. Satu persatu warga yang keluar dari masjid, tiba-tiba jatuh tersungkur. Darah mengalir dimana-mana.

Pria-pria bersenjata tersebut memerintahkan warga Rohingya untuk masuk kembali ke masjid. Abdullah cukup beruntung. Badannya yang kecil berhasil menyelusup diantara semak.

Setelah warga masuk masjid. Pria bersenjata yang diidentifikasi sebagai militer Myanmar tersebut kembali mengeluarkan perintah kepada warga untuk segera shalat.
masjid rohingya

Tragedi memilukan terjadi. Tong berisi bensin disiramkan ke sekeliling masjid. Seketika api membara. Membakar mesjid beserta isinya. Yaitu warga Rohingya yang sedang menunaikan shalat.

Ajaibnya, tak satupun warga yang keluar menyelamatkan diri. Mereka bertahan untuk tetap shalat. Meski api mulai membakar tubuh.

Adegan demi adegan sadis tersebut tak luput dari pengamatan Abdullah, yang hanya bisa menangisi kematian saudara-saudaranya.

Abdullah ditemukan seorang wartawan. Dia terduduk melamun sepanjang hari. Melihat puing-puing masjid tempat ia bermain dan berkumpul bersama saudaranya dulu.

Masih banyak kisah-kisah menyedihkan yang terjadi oleh warga Rohingya. Tak salah jika sebutan "Etnis Paling Menderita di Dunia" tersemat di dada mereka. Namun dunia masih menutup matanya untuk Rohingya.

Presiden Erdogan yang mengetahui kisah tersebut melalui staf khususnya, tak bisa membendung tangis. Airmatanya mengalir deras.

"Apa yang ditunggu masyarakat dunia? Apakah mereka menunggu hingga etnis ini punah," ujar Erdogan tersedu.

"Ya Allah, maafkan kami yang hidup enak, sementara ada saudara kami yang terzalimi," sambung Erdogan seperti dikutip dari Aljazeera. (bbs/eramuslim)

Tidak ada komentar: