Jangan Berhenti Belajar setelah menyandang gelar

Tipuan gelar

Belajar adalah kebutuhan setiap manusia yang inginkan kemuliaan, menuntut ilmu dimulai dari buaian hingga liang lahad sebagaimana yang diungkapkan Imam Ahmad.

Namun kenyataan yang kita lihat banyak dari para penuntut ilmu malas belajar, mereka mulai jemu memberikan perlakuan sepentasnya pada buku-buku pengetahuan, mereka lebih senang menyibukkan diri dari selainnya.
Jangan Berhenti Belajar

Sekalangan orang menganggap diri mereka telah meraih tingkatan keilmuan yang membuat mereka tidak lagi memerlukan tambahan bacaan dan penelaahan. Mereka sudah cukup merasa puas dengan gelar, ijazah dan kedudukan yang diperoleh.

Hanya beberapa waktu setelah mendapatkan gelar, ia mulai enggan untuk kembali belajar.

Seandainya gelar itu diperoleh berdasarkan kemampuan dan kapabilitas, tentu masalahnya menjadi ringan dan tak perlu dibicarakan. Akan tetapi kenyataannya berbeda, kadang kala gelar dapat diperjual belikan, dan terkadang ia diberikan hanya dengan menulis skripsi yang sangat tipis atau hanya tinggal menukil dari tulisan orang lain. begitulah rentetan ilmu yang tak berdaya ini terjadi, lantas apakah ijazah dan gelar menjadi barang yang dapat dipercaya? (Ali ibn Muhammad / Motivasi dan panduan menuntut ilmu : 4)

Seperti itulah gambaran sebagian orang zaman ini, mereka merasa puas dengan gelar yang diperoleh padahal mereka yakin gelar itu jika diminta pertanggungjawabannya mereka sadar belum mampu menyandang gelar itu.

Dengan bangga mereka memajang sertifikat gelar atau titel sarjana atau masternya pada tempat yang mudah dilihat orang, "wahai manusia lihatlah, aku telah meraih gelar kehormatan" kira-kira seperti itulah ia berkata dalam hati. Bahkan ia tak ingin titel itu lepas dari namanya saat ditulis atau disebut orang.

Sungguh ironis, apakah ijazah adalah bukti keberhasilan menuntut ilmu? Ataukah dunia menjadi tujuan utama, karna gelar itu menjadi jembatan untuk meraih jabatan tertentu?

(Rail / Nilai sebuah impian : ...)

Tidak ada komentar: