kisah tawanan sholeh di negeri romawi pada masa umar bin abdul aziz

Sebuah Kisah Penggugah Jiwa Pemimpin Sejati

Inilah sebuah potongan sejarah Penguasa Islam yang shalih, kuat dan tangguh. Seorang Pemimpin yang mendalami ilmu agama dan selalu bermajelis dengan para ulama. Seorang Pejabat yang mencintai kaum muslimin. Beliau adalah Al-Khalifah Ar-Rasyid Umar bin Abdul Aziz rahimahullah.

bangunan kuno sejarah peradan islam
Para ahli sejarah menyebutkan, Umar bin Abdul Aziz pernah mengirim seorang untusan kepada Penguasa Romawi, maka setelah menemuinya utusan tersebut keluar dari ruangannya seraya berkeliling, tatkala ia melewati salah satu ruangan, ia mendengar seseorang membaca Al-Qur’an sambil membuat adonan, maka ia pun mendatanginya lalu mengucapkan salam atasnya namun orang tersebut tidak membalas salamnya sampai dua atau tiga kali.

Orang itu pun berkata: Bagaimana mungkin ada ucapan salam di negeri (kafir) ini?

Sang utusan pun memberitahukan bahwa ia adalah utusan Khalifah Umar kepada Penguasa Romawi. Dan ia berkata: Apa yang terjadi padamu?

Orang itu menjawab: Aku tertawan di tempat ini dan itu (ketika berjihad), maka aku dibawa untuk menghadap Penguasa Romawi, lalu aku dipaksa masuk Kristen, aku pun menolak. Dia lalu berkata: Kalau kamu tidak mau maka aku akan membutakan dua matamu.

Aku pun memilih agamaku dibanding mataku, maka ia membutakan mataku dan menahanku di tempat ini, dan dikirimkan kepadaku setiap hari sebiji gandum untuk kuaduk dan sepotong roti untuk kumakan.

Maka sang utusan segera pulang menemui Umar bin Abdul Aziz, lalu ia mengabarkan berita tawanan muslim tersebut. Utusan berkata: Aku belum selesai bercerita tentang kisahnya, namun aku melihat air mata Umar bercucuran deras hingga membasahi di antara kedua tangannya, kemudian beliau memerintahkan untuk segera menulis surat kepada Penguasa Romawi:

Amma ba’du, telah sampai kepadaku berita tentang fulan bin fulan –lalu beliau menyebutkan ciri-ciri muslim yang tertawan tersebut-. Aku bersumpah demi Allah, apabila engkau tidak segera mengirimnya kepadaku maka sungguh aku akan mengirim pasukan-pasukan untuk menggempurmu yang barisan awalnya ada di depanmu dan barisan akhirnya ada di tempatku ini.

Dan ketika utusan itu kembali kepada Penguasa Romawi, dia bercerita: Aku kembali dengan sangat cepat, aku pun langsung menyerahkan kepadanya surat Umar bin Abdul Aziz, maka tatkala ia membacanya ia berkata: Kami tidak akan melawan orang shalih ini, kami akan mengirim tawanan tersebut kepadanya.

Aku pun tinggal (menunggunya melakukan persiapan) dan mengawasi kapan Raja Romawi ini akan membawa tawanan tersebut, maka pada suatu waktu aku datang dan ia sedang duduk di bawah singgasananya, aku pun tahu dari wajahnya bahwa ia sedang berduka. Ia berkata: Apakah kamu tahu mengapa aku duduk di bawah singgasana? Aku berkata: Tidak –aku seakan tidak tahu kesedihannya-.

Dia lalu berkata: Sesungguhnya telah datang berita dari sebagian orang-orangku bahwa orang shalih (Umar bin Abdul Aziz) telah meninggal dunia, maka aku pun melakukan ini.

Kemudian ia berkata: Sesungguhnya orang shalih apabila berada di antara kaum yang jelek, maka ia tidak akan tinggal lama bersama mereka untuk kemudian meninggalkan mereka.

Aku pun berkata kepadanya: Apakah engkau mengizinkan aku untuk pulang dan membawa tawanan itu bersamaku?

Maka ia berkata: Aku tidaklah tunduk kepada perintahnya ketika ia masih hidup kemudian mengingkarinya setelah ia mati.

Akhirnya, ia mengirim tawanan muslim itu bersamaku.

[Sirah Umar bin Abdul Aziz, karya Ibnu Abdil Hakam, hal. 168]

Kisah yang semisal pernah terjadi pada Khalifah Al-Mu’tashim Billah bin Harun Ar-Rasyid ghafarallaahu lahu, dan benar-benar terjadi peperangan di masanya, dan beliau berhasil menaklukan satu kota Nasrani yang bernama Amoria, dikarenakan seorang wanita muslimah yang ditawan di kota tersebut. Allaahu Akbar.

‪#‎Beberapa_Pelajaran‬:

1) Kekuatan iman kaum muslimin generasi Salaf dan berpegang teguhnya mereka dengan agama Allah ta’ala, itulah sebab pertolongan Allah ‘azza wa jalla kepada mereka, hingga mereka mampu menundukkan berbagai negeri dan disegani oleh musuh.

2) Memilih akhirat yang kekal daripada dunia, dan berani menanggung penderitaan di jalan Allah demi kebahagiaan di akhirat kelak. Lihatlah tentara muslim yang tertawan lebih memilih matanya menjadi buta daripada harus melakukan kekafiran.


3) Teladan dari seorang pemimpin sejati; harus kuat dan memiliki ketegasan agar disegani dan ditakuti oleh musuh.

4) Teladan dari seorang pemimpin sejati; betapa beliau sangat peduli terhadap seorang muslim, betapa beliau sangat mencintai muslim tersebut.

5) Gambaran persaudaraan kaum muslimin yang kokoh, bagaikan sebuah bangunan, atau bagaikan satu tubuh, tanpa terhalangi status sebagai penguasa dan rakyat, atasan dan bawahan. Lihatlah bagaimana kesedihan seorang penguasa ketika saudara muslimnya menderita.

repost from fanpage muslim haus ilmu

Tidak ada komentar: