Berdoa kepada Selain Allah Ta’ala syirikkah?

Berdoa kepada Selain Allah Ta’ala syirikkah?

Ringkasan Penjelasan Macam-macam Syirik (Bagian Pertama)

Berdoa kepada selain Allah ta’ala termasuk syirik besar. Allah ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
“Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu seru (berdoa) kepada mereka, maka mereka tidak mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang memberikan keterangan kepadamu seperti yang diberikan oleh (Allah) Yang Maha Mengetahui.” (Fathir: 13-14)

Orang yang berdoa kepada selain Allah ta’ala juga termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim karena mereka telah melakukan kezaliman terbesar (syirik), sebagaimana firman-Nya,

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan janganlah kamu menyembah (berdoa) kepada apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (Yunus: 106)

Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam Kitab Tauhid menyebutkan ayat di atas pada bab, “Termasuk perbuatan syirik, seorang yang ber-istighotsah (meminta tolong ketika musibah) atau berdoa kepada selain Allah.” [Kitabut Tauhid, Bab ke-13]

Asy-Syaikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumullah berkata,
“Dalam ayat ini terdapat nash bahwa berdoa dan istighotsah kepada selain Allah Ta’ala merupakan syirik besar. Oleh karenanya Allah ta’ala berfirman (pada ayat setelahnya): Apabila Allah menimpakan suatu bahaya kepadamu maka tidak ada yang mampu menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah ingin memberikan kebaikan kepadamu maka tidak ada yang sanggup menolak keutamaannya.” (Yunus: 107).” [Taysirul ‘Azizil Hamid, hal. 237]

Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumullah berkata,
“Dalam ayat ini terdapat penjelasan bahwa setiap yang dipanjatkan doa kepadanya adalah sesembahan (ilah). Sedangkan penyembahan itu hanyalah hak Allah Ta’ala yang tidak boleh dipersembahkan kepada selain-Nya sedikit pun.” [Fathul Majid, hal. 164]

Asy-Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumullah berkata,

“Ayat ini menunjukkan larangan berdoa kepada selain Allah Ta’ala, baik doa permohonan maupun doa ibadah. Allah Ta’ala telah melarang Nabi shallallahu’alaihi wa sallam berdoa kepada selain Allah Ta’ala dengan larangan yang keras, padahal beliau adalah pemimpin orang-orang yang bertakwa dan bertauhid.” [At-Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid, hal. 249]

Dua Bentuk doa:

Pertama: doa ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Karena seorang yang melakukan ibadah-ibadah tersebut berarti ia memohon rahmat dan ampunan kepada Allah ta’ala dengan ibadah yang ia lakukan. Bentuk yang pertama ini apabila dipersembahkan kepada selain Allah ta’ala adalah termasuk perbuatan syirik besar (secara mutlak).

Kedua: doa permohonan (tholab), seperti memohon suatu kemanfaatan atau terhindar dari suatu kemudharatan. Bentuk yang kedua ini apabila dipersembahkan atau diminta kepada selain Allah ta’ala maka termasuk syirik jika tidak terpenuhi padanya tiga syarat:

1) Permohonan tersebut masih dalam batas kemampuannya untuk mengabulkan.
2) Orang tersebut masih hidup.
3) Orang tersebut hadir dan atau mampu mendengarkan permohonan kepadanya.

Maka meminta sesuatu yang hanya mampu dikabulkan oleh Allah, seperti memohon hidayah, keselamatan di akhirat, minta hujan, perlindungan dari setan dan lain-lain adalah termasuk syirik, demikian pula meminta kepada orang yang sudah mati atau orang yang tidak hadir sesuatu yang tidak mungkin dikabulkan kecuali oleh Allah, maka termasuk syirik.

(lihat Syarhu Tsalatsatil Ushul, Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah, dicetak dalam Jami’ Syuruh Tsalatsatil Ushul, hal. 141-142).

Termasuk Kategori Syirik dalam doa Permohonan:
-Isti’anah (meminta tolong) kepada selain Allah ta’ala
-Istighotsah (meminta tolong ketika musibah) kepada selain Allah ta’ala
-Isti’adzah (mohon perlindungan) kepada selain Allah ta’ala (Apabila seseorang ber-isti’anah, istighotsah dan isti’adzah kepada makhluk yang tidak terpenuhi padanya tiga syarat di atas maka termasuk kategori syirik.)
-Memohon syafa’at kepada selain Allah ta’ala
-Berdoa kepada para wali yang sudah meninggal dengan dalih tawassul
Apabila seseorang menjadikan seorang wali, nabi atau malaikat sebagai perantara untuk berdoa kepada Allah ta’ala maka ini bukanlah tawassul yang dibolehkan, bahkan termasuk syirik menurut kesepakatan (ijma’) Ulama.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Barangsiapa menjadikan makhluq sebagai perantara antara dirinya dengan Allah Ta’ala, sehingga ia berdoa kepada para perantara tersebut, memohon dan bertawakkal kepada mereka, maka ia kafir berdasarkan ijma’.” [Al-Mulakhkhosul Fiqhi, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah, 2/450]

penulis unknow dan reshare from group dakwah via whatsapp

Tidak ada komentar: