"pilih debat kusir atau diskusi ilmiah" jangan salah niat

"pilih debat kusir atau diskusi ilmiah" jangan salah niat

Sebagian penuntut ilmu lebih suka berdebat daripada berdiskusi. Tidak melewatkan satu kesempatan bersama saudaranya kecuali diajak berdebat dalam suatu permasalahan, dia menghafalkan dalil-dalil yang disiapkan untuk menjawab lawan bicaranya bukan untuk memperbaiki diri dan umat, gemar mencari-cari permasalahan terutama masalah baru yang diperselisihkan oleh para ulama, merasa benar dengan apa yang ada pada dirinya, dan tidak mau menerima kebenaran dari orang lain.

Penyakit ini menjurus kepada penyakit sombong yang diingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

“Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”. (HR. Abu Dâud, 4092dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih wa Dho’if al-Jâmi’, 4608)

Seorang yang merasa di dalam hatinya ada penyakit seperti ini hendaklah ia mengingat kembali ayat-ayat Allah Subh ânahu wa Ta’âla (seperti dalam Surat al-Hujurât: 11) dan mengingat sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu:

“Cukup dikatakan seseorang itu (melakukan) kejelekana apabila meremehkan saudaranya yang muslim”. (HR. Muslim, 2564)

debat yang diperbolehkan adalah debat (jidal) yang baik dan haq sebagaiman firman Allah Tabâraka wa Ta’âla :

“Serulah manusia kepada jalan Robbmu dengan cara hikmah dan nasehat yang bijak, serta bantahlah mereka dengan cara yang baik”. (QS. an-Nahl: 125).

Inilah debat yang baik dan dibolehkan, bukan sekedar berbantah-bantahan tanpa titik temu dan berujung saling benci dan permusuhan. Salah satu ciri yang dapat membedakan antara debat yang haq dengan debat yang bathil adalah seseorang yang berdebat secara haq apabila telah terang baginya al-Haq (kebenaran) maka ia akan segera meninggalkan pendapat bathilnya dan mengakui kesalahannya serta mengumumkan taubatnya dari kesalahan tersebut. Sedangkan tanda debat yang bathil adalah sebaliknya, karena yang diinginkan adalah membela pendapatnya.

Jika terjadi perbedaan pendapat diantara penuntut ilmu hendaklah mereka mengembalikan hal tersebut kepada al-Qurân da as-Sunnah. Allah Subhânahu wa Ta’âla berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri diantara kalian. Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah hal itu kepada Allah (al-Qurân) dan Rasul-Nya (as-Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dari hari kemudian.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. an-Nisaa’: 59).

reshare from asyraf

Tidak ada komentar: