KISAH AL-MA’IDAH (HIDANGAN) YANG TURUN DARI LANGIT

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ﺇِﺫ ْﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﺤَﻮَﺍﺭِﻳُّﻮﻥَ ﻳَﺎ ﻋِﻴﺴَﻰ ﺍﺑْﻦَ ﻣَﺮْﻳَﻢَ ﻫَﻞْ ﻳَﺴْﺘَﻄِﻴﻊُ ﺭَﺑُّﻚَ ﺃَﻥ ﻳُﻨَﺰِّﻝَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻣَﺂﺋِﺪَﺓً ﻣِّﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺂﺀِ ﻗَﺎﻝَ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢ ﻣُّﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ {112} ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻧُﺮِﻳﺪُ ﺃَﻥ ﻧَّﺄْﻛُﻞَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﺗَﻄْﻤَﺌِﻦَّ ﻗُﻠُﻮﺑُﻨَﺎ ﻭَﻧَﻌْﻠَﻢَ ﺃَﻥ ﻗَﺪْ ﺻَﺪَﻗْﺘَﻨَﺎ ﻭَﻧَﻜُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﺎﻫِﺪِﻳﻦَ {113} ﻗَﺎﻝَ ﻋِﻴﺴَﻰ ﺍﺑْﻦُ ﻣَﺮْﻳَﻢَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺭَﺑَّﻨَﺂﺃَﻧﺰِﻝْ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻣَﺂﺋِﺪَﺓً ﻣِّﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺂﺀِ ﺗَﻜُﻮﻥُ ﻟَﻨَﺎ ﻋِﻴﺪًﺍ ﻷَﻭَّﻟِﻨَﺎ ﻭَﺀَﺍﺧِﺮِﻧَﺎ ﻭَﺀَﺍﻳَﺔً ﻣِّﻨﻚَ ﻭَﺍﺭْﺯُﻗْﻨَﺎ ﻭَﺃَﻧﺖَ ﺧَﻴْﺮُ ﺍﻟﺮَّﺍﺯِﻗِﻴﻦَ {114} ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺇِﻧِّﻲ ﻣُﻨَﺰِّﻟُﻬَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻓَﻤَﻦ ﻳَﻜْﻔُﺮْ ﺑَﻌْﺪُ ﻣِﻨﻜُﻢْ ﻓَﺈِﻧِّﻲ ﺃُﻋَﺬِّﺑُﻪُ ﻋَﺬَﺍﺑًﺎ ﻵَّﺃُﻋَﺬِّﺑُﻪُ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﻣِّﻦَ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ {115}
” (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut 'Isa berkata:"Hai 'Isa putera Maryam, bersediakah Rabbmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami".

 'Isa menjawab:"Bertaqwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman". Mereka berkata; "Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu". Isa putera Maryam berdo'a:"Ya Rabb kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezkilah kami, dan Engkaulah Pemberi rezki Yang Paling Utama".

KISAH AL-MA’IDAH (HIDANGAN) YANG TURUN DARI LANGIT
ilustrasi
Allah berfirman:"Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu,

barangsiapa yang kafir diantaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun diantara umat manusia." (QS. Al-Maa’idah: 112-115)

Di dalam Tafsir Al-Qur’anul ‘Azhim telah kami (Ibnu Katsir) sebutkan beberapa atsar (riwayat) tentang turunnya al-Ma’idah (hidangan) tersebut, dari Ibnu ‘Abbas, Salman al-Farisi, ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhum dan beberapa ulama Salaf lainnya.

Dan kandungan atsar tersebut adalah bahwasanya ‘Isa 'alaihissalam memerintahkan kaum Hawari (pengikut dan penolong Nabi ‘Isa 'alaihissalam ) untuk berpuasa 30 (tiga puluh) hari. Ketika mereka menyelesaikannya maka mereka meminta dari ‘Isa 'alaihissalam penurunan hidangan dari langit, agar mereka memakannya, dan agar hati mereka merasa tenang bahwa Allah telah menerima puasa mereka dan mengabulkan permintaan mereka.

Dan juga agar hidangan tersebut menjadi hari raya, yang mereka berbuka dengannya pada hari berbuka mereka (dari berpuasa), dan agar ia (hidangan tersebut) mencukupi orang pertama dan terakhir di antara mereka, dan juga untuk orang kaya dan faqir mereka.

Maka Nabi ‘Isa 'alaihissalam menasehati mereka dalam hal permintaan mereka tersebut, dan dia khawatir kalau-kalau mereka tidak mensyukurinya, dan tidak memenuhi syarat-syaratnya. Maka mereka pun tetap bersikeras agar dia (‘Isa 'alaihissalam ) tetap meminta kepada Rabbnya agar Dia menurunkan hidangan tersebut untuk mereka.

Maka ketika mereka tidak mau merubah pendirian mereka, maka pergilah ‘Isa 'alaihissalam menuju tempat peribadatannya,

memakai pakaian dari bulu (berwarna hitam), merapatkan kedua kakinya, mengangguk-anggukkan kepalanya dan mengucurkan air matanya, serta merengek-rengek kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam berdo’a dan memohon agar permintaan mereka dikabulkan.

Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan hidangan dari langit, sementara manusia menyaksikannya turun di antara dua awan, lalu mulai mendekat sedikit demi sedikit. Dan setiap kali ia mendekat (ke permukaan Bumi) ‘Isa 'alaihissalam meminta kepada Rabbnya ’Azza wa Jalla agar menjadikannya rahmat, bukan adzab, dan agar menjadikannya berkah dan keselamatan.

Maka ia terus menerus mendekat sampai akhirnya mendarat di hadapan ‘Isa 'alaihissalam dalam keadaan tertutup oleh kain. Lalu ‘Isa 'alaihissalam membuka kain penutupnya seraya mengucapkan:

ﺑِﺴْﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺧﻴﺮ ﺍﻟﺮَّﺍﺯِﻗﻴﻦ
”Dengan nama Allah sebaik-baik pemberi rizki.”
Ternyata setelah dibuka didapati dalam hidangan tersebut tujuh ekor ikan dan tujuh buah roti.

Dan ada yang mengatakan:”Dan ada cuka.” Dan ada yang mengatakan pula:

”Dan ada juga delima dan buah-buahan lainnya.” Hidangan tersebut memiliki aroma yang harum,

Allah berfirman:”Jadilah engkau wahai hidangan.” maka jadilah ia.

Kemudian ‘Isa 'alaihissalam memerintahkan mereka untuk memakannya, lalu mereka pun berkata:

”Kami tidak akan makan sebelum engkau memakannya

.” Maka ‘Isa 'alaihissalam menjawab:

”Sesungguhnya kalian yang meminta pada awalnya.” Maka mereka pun enggan untuk mengawali makan hidangan tersebut. Maka dia 'alaihissalam memerintahkan orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, orang sakit, dan orang-orang yang sakit kronis, yang jumlah mereka mendekati tiga ribu tiga ratus orang.

Maka mereka pun memakannya, sehingga sembuhlah apa yang mereka derita berupa aib, cacat, ataupun penyakit kronis. Maka orang-orang (yang diperintahkan untuk makan pertama kali) pun menyesal karena menolak memakan hidangan tersebut,

ketika mereka melihat membaiknya keadaan mereka (yang memakan hidangan tersebut).

Kemudian dikatakan bahwa hidangan tersebut turun setiap hari sekali, sehingga manusia makan darinya, yang terakhir dari mereka memakannya seperti orang-orang yang pertama memakannya,

sampai-sampai dikatakan bahwa jumlah mereka sekitar tujuh ribu orang. Lalu ia turun setiap dua hari sekali (sehari turun sehari tidak) sebagaimana onta Nabi Shalih 'alaihissalam diminum susunya oleh kaum Nabi Shalih dua hari sekali.

Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan ‘Isa 'alaihissalam untuk membatasi hidangan tersebut hanya untuk orang-orang fakir (miskin), dan orang-orang yang membutuhkan saja dan tidak memberikannya untuk orang-orang kaya.

Maka hal itu memberatkan bagi kebanyakan manusia, dan orang-orang munafik di antara mereka pun memperbincangkan hal tersebut, sehingga hidangan itu diangkat secara total (menyeluruh), dan orang-orang yang memperbincangkan masalah itu diubah menjadi babi.

Jumhur ulama berpendapat bahwa hidangan tersebut turun sebagaimana yang ditunjukkan oleh beberapa atsar (silakan atsar-atsar tersebut dilihat di dalam Tafsir Ibnu Katsir), dan sebagaimana ia bisa dipahami dari zhahir redaksi al-Qur’an, terlebih lagi firman-Nya:

… ﺇِﻧِّﻲ ﻣُﻨَﺰِّﻟُﻬَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ … {115}
” …Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepada kalian, ...."  (QS. Al-Maa’idah: 115)

Sebagaimana yang ditetapkan oleh Ibnu Jarir rahimahullah . Wallahu A’lam.

(Sumber: Kisah Shahih Para Nabi. Pustaka Imam Syafi’i hal 593-596 dengan sedikit perubahan dari Qashahul Anbiya’ karya Ibnu Katsir rahimahullah,

reshare from yuzi via whatsapp

Tidak ada komentar: