motivasi: tempuh jalan ini untuk menjadi terbaik dan meraih kemulian

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، و على آله و اصحابه ومن وله 
Allāh Subhānahu wa Ta'āla menciptakan kita semua dalam keadaan berbeda-beda. Berbeda jenis kelamin, warna kulit, kemampuan ekonomi, tingkat pendidikan dan ilmu, dan perbedaan yang lainnya.

Seringkali dalam perbedaan-perbedaan ini kita tidak punya pilihan.

⇒ Ada anak yang lahir dalam keadaan cacat, buta atau lumpuh. Sementara anak yang lain lahir dengan fisik yang begitu sempurna.

⇒ Ada anak yang lahir ditengah lokalisasi sehingga dianggap remeh dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat sekitarnya.

Sementara anak yang lain begitu terhormat, bahkan sejak kecil menjadi pangeran bahkan raja sebelum dewasa.

⇒ Ada orang yang sudah bekerja membanting tulang sepanjang hari, sepanjang pekan, sepanjang tahun namun rejekinya tidak banyak.
tempuh jalan ini untuk menjadi terbaik dan meraih kemulian

Dia tidak pernah bisa keluar dari garis kemiskinan. Sementara orang lain begitu lancar rejekinya tanpa harus bercapek ria.

⇒ Ada orang yang begitu sulit belajar.

Dia sudah mengerahkan segala kemampuan dan pikirannya namun dia tidak pintar-pintar karena memang Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan dia banyak keterbatasan.

Karena dalam perbedaan-perbedaan ini kita tidak bisa mempunyai pilihan, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak menjadikan perbedaan ini sebagai cara pandang, tidak menjadikannya sebagai parameter dan timbangan dalam menilai kita, karena Islām adalah agama yang adil.

Islām telah membuat timbangan yang adil untuk umatnya.

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
"Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian disisi Allāh adalah yang paling bertaqwa diantara kalian." (QS Al Hujurāt: 13)

Hal ini ditafsirkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam sebuah hadīts riwayat Muslim.
 
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ
"Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak melihat kepada rupa-rupa kalian, tidak pula kepada harta-harta kalian, namun Allāh Subhānahu wa Ta'āla melihat kepada hati kalian dan amalan kalian." (HR Muslim nomor 4650 versi Syarh Muslim nomor 2564)

Inilah timbangan Islām yang adil, sehingga masing-masing dari kita:

√ Bisa menjadi orang yang paling bertaqwa disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
√ Bisa menjadi orang yang berhati paling jernih.
√ Bisa menjadi orang yang beramal paling banyak.

Tanpa terhalang oleh latar belakangnya.

Kedudukan yang tinggi di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak terhalang oleh jenis kelamin yang tidak kita gemari, warna kulit yang tidak kita senangi, darah yang tidak biru, kantong yang tidak tebal atau postur kita yang pendek-pendek dan pesek-pesek.

Bahkan kedudukan yang tinggi di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak terhalang oleh ilmu kita yang kurang.

Buktinya, orang terbaik dari kalangan tābi'in bukanlah orang yang paling 'alim atau ulamā diantara mereka.

Orang terbaik dari kalangan tābi'in yang merupakan generasi kedua umat Islām adalah seorang pria yang disebut oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam sebuah hadīts riwayat Muslim nomor 4612 versi Syarh Muslim nomor 2542:

إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ
"Sebaik-baik tābi'in adalah seorang pria yang bernama Uways."

Beliau adalah Uways bin Amir Al Qarani, siapa beliau?

Beliau bukan orang yang kaya raya, bukan orang yang berdarah biru, bukan pula pejabat dan bukan pula ulamā, beliau hanya orang biasa yang bahkan disebutkan dianggap remeh oleh masyarakatnya.

Namun dengan taqwa beliau, iman beliau, bakti beliau kepada ibu beliau dan amalan-amalan hati beliau serta kebersihan hati beliau, beliau menjadi yang terbaik dikalangan tābi'in.

Kalau yang terbaik di kalangan tābi'in adalah orang yang serba kurang, maka yang terbaik dikalangan shahābat adalah orang yang serba lebih, beliau adalah Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu.

Para ulamā sepakat bahwasanya yang terbaik dikalangan generasi pertama umat Islām yaitu para shahābat adalah Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu.

Beliau adalah seorang yang tampan, seorang yang kaya raya, seorang pejabat, seorang bangsawan dan berdarah biru dan beliau juga seorang tokoh ulamā dikalangan shahābat.

Namun bukan itu yang telah membuat Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu menjadi yang terbaik dikalangan shahābat.

Yang menjadikan beliau terbaik dikalangan shahābat adalah taqwa beliau, hati beliau yang bersih, iman beliau yang kuat dan amalan beliau yang banyak yang tercermin dalam sebuah hadīts riwayat Muslim.

Bahwasanya suatu hari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengumpulkan para shahābat beliau dan bertanya, "Siapa yang hari ini berpuasa?"

Maka Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu mengangkat tangan dan mengatakan, "Saya, wahai Rasūlullāh.'

"Siapa yang hari ini sudah mengantar jenazah?"

Maka Abū Bakr Ash Shiddīq Radhiyallāhu 'anhu lagi yang menjawab, "Saya, wahai Rasūlullāh."

"Siapa yang hari ini sudah memberi makan untuk orang miskin?"

Sekali lagi, Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu yang mengangkat tangan, "Saya, wahai Rasūlullāh."

"Siapa yang hari ini sudah menjengguk orang sakit?"

Dan lagi-lagi Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu mengatakan, "Saya, wahai Rasūlullāh."

Kemudian Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan, "Tidaklah keempat amalan ini terkumpul pada seorang mu'min (maksudnya dalam 1 hari) kecuali dia akan masuk surga."

Ikhwan dan akhwat yang budiman,

Setiap dari kita memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kalau kita memiliki kelebihan ucapkanlah syukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan jadilah seperti Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu yang diberikan banyak kelebihan namun dia tidak terperdaya oleh banyak kelebihannya.

Karena beliau sadar bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak pernah melihat beliau dari kelebihan-kelebihan dunia itu. Maka beliau beramal, membersihkan hati, membersihkan diri dan bertaqwa sehingga akhirnya beliau bisa meraih kemulian disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sebaliknya, kalau kita mendapatkan kekurangan-kekurangan dalam diri kita hendaklah kita tetap bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, jangan minder!

Karena kesempatan tidak tertutup sama sekali. Jadilah seperti Uways bin Amir Al Qarani yang serba kurang tapi dengan amal dan taqwanya akhirnya bisa menjadi yang terbaik dari kalangan tābi'in.

Demikian semoga yang sedikit ini bermanfaat.

 الله تعالى أعلم
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وسلم
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Sumber: yufit.tv

Tidak ada komentar: