membantah perkataan batil "nabi aja berlindung dibawah abu thalib"

“Dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung di bawah Abu Thalib. Beliau juga menyuruh para sahabat untuk hijrah ke negeri habasyah dan berlindung ke raja najasyi. Ini dalil, boleh memilih pemimpin yang kafir.”

Ini kalimat yang menjadi alasan terbesar mereka untuk mendukung pemimpin kafir. Sayangnya alasan ini tidak bisa dipertanggung jawabkan dengan pertimbangan,
"nabi aja berlindung dibawah abu thalib"

Pertama, mereka menutup mata dengan latar belakang sejarah, dan kapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kebijakan itu.

Semua yang membaca sejarah bisa memahami, peristiwa itu terjadi di saat posisi kaum muslimin masih sangat lemah, sementara mereka menghadapi kekuatan besar yang sangat berbahaya, yaitu musyrikin Quraisy. Sehingga keberadaan Abu Thalib, dan perlindungan yang diberikan raja Najasyi, sangat menguntungkan kaum muslimin.

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah dan telah memiliki kekuatan, kebijakan ini sudah tidak berlaku. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkali-kali menolak orang kafir yang ingin gabung dalam pasukan kaum muslimin, ketika beliau hendak perang melawan orang kafir lainnya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bercerita ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memobilisasi pasukan menuju Badar. Pada saat beliau tiba di lembah Wabrah, beliau bertemu dengan orang yang dikenal sangat pemberani dan hebat ketika perang. Para sahabat sangat gembira ketika melihatnya mau bergabung dengan pasukan kaum muslimin.

Setelah menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia mengatakan,

جِئْتُ لأَتَّبِعَكَ وَأُصِيبَ مَعَكَ
“Saya datang untuk mengikutimu dan memihak pasukanmu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung bertanya,
تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
“Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya?”

“Tidak.” Jawab orang itu.

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
فَارْجِعْ فَلَنْ أَسْتَعِينَ بِمُشْرِكٍ
“Pulanglah, saya tidak mau minta bantuan kepada orang musyrik.”

Aisyah melanjutkan ceritanya,

Kemudian kami melanjutkan perjalanan, ketika sampai di sebuah pohon, orang itu menyusul dan menawarkan untuk ikut, namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menolaknya karena dia belum beriman.

Hingga 3 kali Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
فَارْجِعْ فَلَنْ أَسْتَعِينَ بِمُشْرِكٍ
“Pulanglah, saya tidak mau minta bantuan kepada orang musyrik.”

Hingga ketika kami tiba di al-Baida’, orang ini datang lagi, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap bertanya,
تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
“Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya?”
“Ya.” Jawab orang itu.

“Silahkan bergabung.” Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

(HR. Muslim 4803 dan Turmudzi 1647)

Peristiwa yang lain, diceritakan oleh Khubaib bin Aswad radhiyallahu ‘anhu,

Bahwa Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berangkat untuk berperang. Kemudian saya dan salah seorang dari kaumku menemui beliau, dan aku sampaikan keinginanku untuk bergabung bersama beliau.

“Apakah kalian sudah masuk islam?” tanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Belum.” Jawab kami.

Lalu beliau bersabda,
فَإِنَّا لاَ نَسْتَعِينُ بِالْمُشْرِكِينَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ
“Kami tidak mau minta bantuan orang musyrik untuk mengalahkan orang musyrik lainnya.” (HR. Hakim 2563, Ahmad 15203 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Kedua, bahwa surat al-Maidah termasuk surat Madaniyah, dan bahkan surat yang turunnya di masa terakhir dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kita mengenal ada istilah nasakh mansukh, di mana syariat yang lama dihapus dengan kehadiran syariat yang baru, ketika keduanya saling bertentangan.

Jika mengakui keputusan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas berlaku di Mekah, maka surat al-Maidah menjadi nasakh untuk keputusan itu.

Jika anda konsisten dengan ini, maka kebijakan berlindung kepada pemimpin yang kafir hanya berlaku ketika kaum muslimin di posisi lemah. Sama sekali tidak ada peluang untuk berkuasa, seperti mereka yang tinggal di negeri kafir, amerika atau eropa.

Hasil sensus 2010 populasi penduduk Idonesia yang beragama Protestan hanya 6,96%, sementara yang Katolik hanya 2,9%. Di sini orang liberal meminta kaum muslimin berlindung kepada pemimpin yang kafir…??!!

Kita bandingkan dengan inggris, Badan Nasional Statistik (ONS), merilis laporan di Januari 2016 bahwa warga Muslim mencapai 3.114.992 orang pada 2014 atau setara dengan 5,4% dari total populasi. Belum pernah terdengar dalam berita ada kampanye yang mempromosikan umat islam untuk menduduki calon legislatif apalagi gubernur??!! Orang kafir konsisten, jangan sampai memilih orang muslim sebagai pemimpin.

Orang islam indonesia yang lemah iman masih berlimpah. Dipimpin oleh Komplotan Munafik Indonesia (KMI). Ini yang mendorong kami untuk selalu mengajar dan berdakwah. Setidaknya meluruskan pemahaman tentang islam yang mulai dikaburkan para KMI.

Ya Rab, sungguh Engkau tahu, kami sangat lelah menghadapi ujian ini… karena itu, ampunilah kami dan sadarkan kami akan aturan-Mu. Jauhkan kami dari pengaruh buruk orang-orang munafik yang suka mengaburkan kebenaran ajaran-Mu.

Berikanlah kami kehidupan yang tenang, di bawah pemimpin muslim terbaik yang Engkau pilihkan untuk kami. Jauhkan kami dari pemimpin kafir yang arogan, yang berusaha merusak agama kami.

Wa shallallahu ‘ala nabiyyina muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam…

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com).

Tidak ada komentar: