mengambil pelajaran SEBAB KELEMAHAN KAUM MUSLIMIN DAN SOLUSINYA

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا. فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Hampir-hampir umat-umat (yang kafir) menguasai kalian seperti berkerumunnya orang-orang memperebutkan makanan. Maka berkatalah seseorang, “Apakah karena sedikitnya kita (kaum Muslimin) ketika itu?” Beliau bersabda: Bahkan kalian pada waktu itu banyak jumlahnya, akan tetapi kalian seperti buih banjir, dan Allah menghilangkan kewibawaan kalian dari hati-hati musuh kalian serta melemparkan ke dalam hati-hati kalian kelemahan. Maka berkata seseorang, “Wahai Rasulullah apakah penyebab kelemahan tersebut?” Beliau bersabda: Cinta dunia dan benci kematian.”

[HR. Abu Daud dari Tsauban radhiyallahu’anhu, Ash-Shahihah: 958]
anak palestina melawan tank yahudi

Dari hadits yang mulia ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa, diantara sebab kehinaan dan kelemahan kaum muslimin adalah kecintaan kepada dunia. Sehingga dengan sebab itu, mereka lalai dari mengingat Allah Ta’ala, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, bahkan tidak jarang sampai terkalahkan kecintaan mereka kepada Allah Ta’ala oleh kecintaan kepada dunia.

Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Tidak akan masuk ke dalam hati seseorang kecintaan kepada Allah Ta’ala jika ada dalam hatinya kecintaan kepada dunia, kecuali seperti masuknya onta ke lubang jarum (yakni mustahil).”

[Al-Fawaid, hal. 98]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian telah melakukan jual beli dengan cara ‘inah dan kalian memegang ekor-ekor sapi, ridho dengan pertanian dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan atas kalian. Dia tidak akan mengangkat kehinaan tersebut dari kalian, sampai kalian kembali kepada agama kalian.”

[HR. Abu Daud Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Ash-Shahihah: 11]

Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Muhaddits Al-Albani rahimahullah berkata,

“Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang solusi dan obat atas musibah yang menimpa kaum muslimin berupa kehinaan yang telah menguasai seluruh kaum muslimin. (Tidak ada yang selamat dari kehinaan ini) kecuali sedikit dari mereka yang senantiasa berpegang teguh dengan agama.

Sungguh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam hadits ini penyakit yang menimpa kaum muslimin yang dengan sebab itu Allah Ta’ala menghinakan mereka, kemudian Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menjelaskan kepada mereka obat dan jalan selamat dari kehinaan tersebut.” [Risalah: Asbaabu Tasalluthidz Dzulli ‘alal Muslimin, Filisthiina Mitsaalan]

Ringkasan Penjelasan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dan Para Ulama yang Lainnya:

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menjelaskan dalam hadits ini tiga sebab kehinaan kaum muslimin:

Pertama: Melakukan Jual Beli dengan Cara ‘Inah:

Ini adalah salah satu bentuk jual beli yang terlarang dalam Islam karena mengandung riba’ di dalamnya. Padahal betapa banyak praktek-praktek riba’ yang kini merebak di tengah-tengah kaum muslimin. Diantara yang paling banyak tersebar adalah riba’ qordh, yaitu riba’ dalam hutang piutang yang distilahkan dengan “bunga”, yaitu seorang meminjam dengan syarat dikembalikan melebihi dari jumlah pinjamannya, atau seorang pemberi pinjaman mengambil manfaat dari piutang yang dia berikan kepada peminjam. Bahkan bentuk riba’ seperti ini dilegalkan dalam lembaga-lembaga keuangan di banyak negeri kaum muslimin.

Dan yang penting untuk dipahami –sebagaimana yang dijelaskan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah– bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyebutkan jual beli dengan cara ‘inah ini hanyalah sebagai contoh, bukan pembatasan. Yaitu satu contoh dari sekian banyak pelanggaran syari’at dan perkara-perkara haram yang dilakukan oleh kaum muslimin.

Padahal masih banyak penyimpangan-penyimpangan dalam agama yang dilakukan oleh kaum muslimin hari ini yang lebih besar dosanya dari riba’. Seperti mendatangi kuburan-kuburan untuk berdoa kepada para penghuni kubur tersebut, mempercayai perdukunan, peramalan dan lain-lain yang termasuk kekufuran dan kesyirikan kepada Allah Ta’ala. Maka bagaimana mungkin kaum muslimin akan ditolong oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala…!?

Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah dalam Al-Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid pernah menjelaskan bahwa, diantara hikmah yang bisa dipetik dari kisah terpukulnya kaum muslimin di Perang Uhud adalah karena ketidaktaatan pasukan pemanah terhadap satu saja perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, yaitu untuk tetap berada di atas bukit.

Mereka turun dari bukit tersebut karena mengira kaum muslimin telah menang dan mereka lupa dengan perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Maka bagaimana mungkin pada hari ini kaum muslimin akan menang melawan orang-orang kafir dalam keadaan mereka tidak mentaati banyak sekali perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam…!?

Oleh karena itu, solusi dalam hadits ini sungguh sangat mencocoki keadan kaum muslimin hari ini yang banyak menyelisihi perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam, yakni kembali kepada agama Allah Ta’ala.

Bukan kembali (secara langsung) ke medan jihad, tetapi melakukan persiapan keimanan dan persiapan fisik.

Persiapan keimanan adalah dengan kembali menuntut ilmu agama berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai pemahaman Salaf.

Dan karena itu, boleh bagi kaum muslimin untuk mengikat perjanjian gencatan senjata sementara waktu dengan orang-orang Yahudi, bahkan disyari’atkan berhijrah meninggalkan Palestina apabila kondisi menuntut untuk melakukannya, seperti yang telah difatwakan oleh para ulama besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah di masa ini.

Sebagaimana Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pun pernah mengikat perjanjian dengan dengan kaum musyrikin, orang-orang yang lebih buruk dari Yahudi, yaitu pada perjanjian Hudaibiyah.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga melakukan hijrah ke Madinah meninggalkan kota Makkah, bumi yang lebih mulia dari bumi Palestina. Meninggalkan masjid Al-Haram yang lebih mulia dari masjid Al-Aqsho, semua itu demi mempersiapkan kekuatan kaum muslimin dengan kekuatan iman maupun kekuatan fisik.

Kedua: Kesibukan Mengejar Dunia yang Melalaikan dari Ibadah:

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, “Jika kalian telah memegang ekor-ekor sapi dan ridho dengan pertanian”. Inilah sesungguhnya salah satu sebab kehancuran kaum muslimin, ketika mereka lalai dari sebagian bahkan seluruh kewajiban mereka dalam beribadah kepada Allah Ta’ala karena sibuk mengejar dunia yang sedikit ini dan berlomba-lomba dalam kemewahan, padahal Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan,

مَا الفَقْرَ أخْشَى عَلَيْكُمْ ، وَلكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَط الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا ، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أهْلَكَتْهُمْ
“Bukanlah kefakiran yang aku takuti menimpa kalian, akan tetapi yang aku takutkan adalah dibentangkannya dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas umat sebelum kalian, maka kalian berlomba-lomba mengejar dunia sebagaimana mereka melakukannya, sehingga dunia membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.”

[HR. Al-Bukhari dan Muslim]

Ketiga: Meninggalkan Jihad:

Perkara ini juga hanyalah contoh dari berbagai kewajiban agama yang banyak ditinggalkan oleh kaum muslimin. Sedangkan kewajiban agama yang paling tertinggi adalah mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu beribadah hanya kepada-Nya, mengikhlaskan agama hanya bagi-Nya dan menjauhi segala macam bentuk kesyirikan dan kekufuran.

Maka ketika penyakit-penyakit ini telah mewabah dalam tubuh kaum Muslimin, Allah Subhanahu wa Ta’ala menimpakan kehinaan kepada mereka sebagai akibat dari kezaliman mereka sendiri.

Bagaimana Solusinya?

Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Penyayang dan Maha Hikmah, melalui lisan Nabi-Nya yang mulia shallallahu’alaihi wa sallam, sesungguhnya telah menjelaskan solusi untuk kembali kepada kejayaan kaum muslimin dan terangkatnya kehinaan ini dengan, “Kembali kepada agama-Nya”. Inilah yang diperlukan kaum muslimin sebelum kembali ke medan jihad, walau sebab kehinaan mereka karena meninggalkan jihad, tetapi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tidak menyebutkan bahwa solusinya segera kembali berjihad di medan perang, namun hendaklah melakukan persiapan terlebih dahulu. Perhatikanlah…!

Dan “kembali kepada agama-Nya” yang dimaksudkan tentunya adalah kembali kepada ajarannya yang asli yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang sesuai dengan pemahaman para sahabat radiyallahu’anhum.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيل تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّة , وَتَفْتَرِق أُمَّتِي عَلَى ثَلَاث وَسَبْعِينَ مِلَّة , كُلّهمْ فِي النَّار إِلَّا مِلَّة وَاحِدَة , قَالُوا : مَنْ هِيَ يَا رَسُول اللَّه ؟ قَالَ : مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Sesungguhnya Bani Israil telah berpecah menjadi 72 golongan, dan ummatku akan berpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu. Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau bersabda : Yang mengikuti aku dan para sahabatku.”

[HR. At-Tirmidzi, no. 2641, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah, no.171 pada tahqiq kedua]

sumber: sofyanruray.info

Tidak ada komentar: