saudaraku "STOP MEMBULLY USTADZ YAZID BIN ABDUL QADIR JAWAS"

Yang ana tahu Al-Ustdz Yazid Jawwaz hafidzahullah adalah da'i yang sudah berpuluh-puluh tahun mendakwahkan sunnah di nusantara ini, karya tulis beliau banyak dibaca oleh berbagai kalangan. Banyak da'i-da'i yang mendakwahkan sunnah dahulu mengambil faedah dari ilmu beliau (termasuk kami).

Namun kita harus paham, tidak ada manusia yang sempurna, kecuali hanya para nabi dan para rasul. kalau pun terkesan dari ucapan beliau apa yang menurut kita kurang pantas, coba carikanlah udzur buat saudara kita sesama muslim, apatahlagi da'i yang menghabiskan waktu, umur, dan ubannya untuk berdakwah di jalan Allah Ta'ala.

Umar bin Khattab pernah memberikan nasihat yang indah:

لاَ تَظُنَّنَّ بِكَلِمَةٍ خَرَجَتْ مِنْ أَخِيْكَ سُوْءً وَأَنْتَ تَجِدُ لَهَا فِي الْخَيْرِ مَحْمَلاً
“Janganlah sekali-kali engkau menyangka dengan prasangka yang buruk terhadap sebuah kalimat yang keluar dari (mulut) saudaramu, padahal kalimat tersebut masih bisa engkau bawakan pada (makna) yang baik.” (KItab Az-Zuhd. karya imam Ahmad)
Abu Ya'la Hizbul Majid

Perhatikanlah, 'Umar melarang prasangka buruk terhadap perkataan, selama masih bisa dibawakan pada makna yang benar, masih mengandung makna yang baik. Maka janganlah engkau berprasangka buruk terhadap saudaramu, karena pada asalnya ia tidaklah berkata kecuali (menginginkan) kebaikan, dan ia tidak (ingin) mengucapkan kebatilan.

Ingatlah...Syaitan selalu menggoda dengan menentukan makna perkataan –yang diucapkan oleh saudaranya- dengan satu makna (yang buruk), sehingga menimbulkan permusuhan dan kebencian. Allah berfirman:

﴿إِنَّمَا يُرِيْدُ الشِّيْطَانُ  أَنْ يُوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَعَنِ الصَّلاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُوْنَ﴾
“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran (meminum) khamar (arak) dan berjudi itu, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kalian (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (al-Maidah: 91)

Al-Imam Sa’id bin al-Musayyib (wafat tahun 93 H) rahimahullah berkata:

ليس من عالم ولا شريف ولا ذي فضل إلا وفيه عيب، ولكن من كان فضله أكثر من نقصه ذهب نقصه لفضله، كما أنه من غلب عليه نقصانه ذهب فضله.
“Tidaklah seorang ulama pun atau seorang berpangkat pun atau orang-orang yang besar kecuali mempunyai cacat. Barangsiapa yang keutamaannya lebih banyak daripada kekurangannya, maka hilanglah kekurangannya karena keutamaannya. Sebagaimana orang yang banyak kekurangannya akan hilanglah keutamaannya.” (Atsar riwayat Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlih: 809 (2/105)).

Al-Imam Abdullah bin al-Mubarak (wafat tahun 181 H) rahimahullah berkata:

إذا غلبت محاسن الرجل على مساوئه لم تذكر المساوئ، وإذا غلبت المساوئ على المحاسن لم تذكر المحاسن
“Jika kebaikan seseorang lebih banyak daripada kesalahannya, maka kesalahannya tidak boleh disebut. Jika kesalahannya lebih banyak daripada kebaikannya, maka kebaikan-kebaikannya tidak disebut.” (Siyar A’lamin Nubala’: 8/398).

Dari penjelasan ulama Salaf di atas, kita tidak boleh menjatuhkan kehormatan ulama as-Sunnah hanya karena beberapa kesalahan yang dilakukannya.

Bagi anda yang suka membully beliau lewat medsos...renungkan. sudah berapa lama anda berdakwah, berapa kitab yang sudah anda tulis dan apakah sudah bisa menyamai jumlah kitab yang ditulis oleh ustzdzuna Ustdz Yazid dan apakah murid-murid anda sebannyak murid beliau?!!! Maka camkan ucapan Ibnul Qayyim rahimahullah berikut:

ومن له علم بالشرع والواقع يعلم قطعاً أن الرجل الجليل الذي له في الإسلام قدم صالح وآثار حسنة، وهو من الإسلام وأهله بمكان قد تكون منه الهفوة والزلة هو فيها معذور، بل ومأجور لاجتهاده، فلا يجوز أن يتبع فيها، ولا يجوز أن تُهدر مكانته وإمامته ومنزلته من قلوب المسلمين
“Barangsiapa yang mempunyai ilmu tentang syariat dan kenyataan, maka ia akan mengetahui secara pasti bahwa seseorang (ulama) yang mempunyai andil besar dalam al-Islam dan rekam jejak yang baik, maka ia di dalam Islam dan ahlinya menduduki suatu kedudukan yang mana terkadang terjadi kesalahan dan ketergelinciran padanya dengan kesalahan yang diampuni, bahkan diberi pahala atas ijtihadnya. Maka ketergelincirannya tidak boleh diikuti namun kedudukannya dan ke-imam-annya juga tidak boleh dijatuhkan dari hati kaum muslimin.” (I’lamul Muwaqqi’in: 3/283).

Al-Imam Abu Hatim ar-Razi rahimahullah berkata:

جاريت أحمد بن حنبل من شرب النبيذ من محدثي الكوفة وسميت له عددا منهم فقال هذه زلات لهم ولا تسقط بزلاتهم عدالتهم
“Aku berdiskusi dengan (al-Imam) Ahmad bin Hanbal tentang orang-orang yang meminum ‘nabidz’ dari kalangan ahlul hadits Kufah. Aku menyebutkan kepada beliau beberapa nama mereka yang meminumnya. Maka beliau menyatakan: “Ini adalah ketergelinciran mereka. Dan ketergelinciran ini tidak menyebabkan jatuhnya sifat adil pada diri mereka.” (Al-Jarhu wat Ta’dil: 2/26).

Para pembully, renungkan ucapan Imam Ahmad dalam memberi udzur kepada yang meminum nabidz, yang jelas-jelas memabukkan, beliau masih memberi banyak udzur. Lalu...Taruh-lah Ustdz Yazid menurut kalian ucapannya salah, apakah kesalahan beliau lebih besar dari pada orang yang meminum nabidz karena salah takwil??!!! Mana sikap inshaf kita seperti imam salaf kita Ahmad bin Hanbal??!!

Namun bagi orang yang memang sudah kadung benci kepada saudaranya, kebaikan apapun yang dilakukan saudaranya tidak akan dipandang baik dalam dirinya.

وعين الرضا عن كل عيب كليلة كما أن عين السخط تبدى المساويا
"Pandangan ridho akan menutup segala cacat. Sebagaimana pandangan benci, selalu menampakkan keburukan"

Cukuplah status beliau sebagai orang tua, mengharuskan kita untuk menghormati beliau. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ
“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah, yaitu memuliakan seorang Muslim yang sudah beruban, (memuliakan) penghafal al-Quran yang tidak berlebih-lebihan dan mengurang-kurangi (terhadap al-Quran, pen), dan (memuliakan) penguasa yang adil.” (HR. Abu Dawud: 4203. Di-hasan-kan oleh al-Imam al-Albani dalam Shahihul Jami’: 2199).

Saudaraku yang aku cintai karena Allah, maka saat ini stop lah membully beliau di sosmed atau yang semisal, karena aku khawatir andalah yang rugi, terkuras pahala anda oleh sebab mencela orang yang berilmu dengan hanya bermodalkan baper, tanpa mau mengkonformasi langsung dengan ustdz yang bersangkutan. al-Imam Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah mengingatkan:

من استخف بالعلماء ذهبت آخرته ومن استخف بالامراء ذهبت دنياه ومن استخف بالاخوان ذهبت مروءته
“Barangsiapa melecehkan ulama, maka hilanglah akhiratnya. Barangsiapa melecehkan penguasa, maka hilanglah dunianya. Barangsiapa melecehkan teman sejawatnya, maka hilanglah muru’ahnya.”

Maka yang aku nasehatkan kepada saudara-saudaraku yang suka menjatuhkan kehormatan para da’i dan membunuh karakter mereka, agar segera bertaubat kepada Allah ta’ala dari tulisan-tulisan mereka yang mencela para dai, atau ucapan-ucapan yang menjadi sebab di dalam merusak hati sebagian pemuda dengan rasa dendam dan kebencian, serta tersibukkannya mereka dari menuntut ilmu yang bermanfaat. Dan (hendaknya mereka bertaubat) dari berdakwah kepada Allah dengan berita-berita yang tidak jelas dan membicarakan aib Fulan dan Fulan, serta bertaubat dari membahas terhadap apa yang mereka anggap sebagai kesalahan dari dai-dai lain dan berusaha keras dalam memata-mati mereka.” (Majmu’ Fatawa Ibni Baaz: 7/313).

Demikian mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan.

Waffaqanalloh wa iyyakum likulli Khoirin.......

repost from Abu Ya'la Hizbul Majid

Tidak ada komentar: