Sok Ngaku Murid Syeikh (Pelajaran Dari Murid Murid Imam Ahmad bin Hambal)

Ahli sejarah mengisahkan, Dahulu Imam Ahmad tiada pernah duduk mengajarkan ilmu Hadits atau untuk berfatwa kecuali setelah berumur 40 tahu, dan setelah namanya dikenal di berbagai penjuru negri Islam. dampaknya, tatkala beliau mulai duduk mengajarkan ilmu, masyarakat berbondong-bondong membanjiri majlis beliau, sampai-sampai menurut sebagian ahli sejarah jumlah orang yang menghadiri majlis beliau ditaksir mencapai 5 ribu orang.

Namun demikian dari jumlah tersebut hanya ada 500 orang yang mencatat ilmu dari beliau. Adapun sisanya, hanya mau belajar dari akhlaq, meneladani perilaku dan dan sikap beliau. Biasanya beliau duduk menyampaikan ilmu setelah sholat Ashar, majlis beliau penuh dengan nuansa kewibawaan, penghormatan kepada hadits Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

(Manaqib Imam Ahmad bin Hambal oleh Ibnu Al Jauzi dan S÷yar A'alam An Nubala' oleh Az Zahaby 11/316)
kajian islam di masjid nabawi

Nah, ini terjadi pada diri Imam Ahmad bin Hambal, kondisi serupa pasti juga terjadi dengan imam imam lainnya. Karena itu sepatutnya kini kita, saya dan juga anda bercermin, tidak mudah mudah mengaku sebagai murid seorang syiekh atau ulama' atau kiyai atau ustadz, karena bisa jadi selama ini anda hanya menjadi penggemar. yang hanya duduk sesaat, sepekan sekali, atau sebulan sekali, dan atau bahkan hanya seingatnya atau sesempatnya, dan itupun tidak sepenuhnya menimba ilmu, bisa jadi hanya mengisi waktu liburan atau luang belaka.

Bila demikian, layakkah anda mengaku sebagai murid syeikh yang anda hadiri majlisnya? sehingga dengan status tersebut anda layak merepresentasikan pendapat, sikap dan akhlaq syeikh atau guru anda? Jangan jangan anda bagaikan orang yang mengenakan baju kebesaran, kepanjangan dan kelebaran, ya tentu ndak pantes, bahkan memalukan.

Contohnya saya sendiri: saya pernah hadir beberapa majlisnya Syeikh Ibnu Utsaimin, Syeikh Ibnu Baaz, Syeikh SHoleh bin Fauzan, Syeikh Rabi' Al Madkhaly, Abdul Muhsin Al 'Abbad dll, namun demikian tentu sangat memalukan bila saya mengaku sampai lancang  petentang petenteng mengaku sebagai murid mereka, karena saya sadar bahwa saya tidak layak menyandang status tersebut, karena saya menyadari betapa bodoh dan sedikit ilmu dan amal yang saya miliki sangat berbeda dengan para syeikh tersebut.

(Ust. Arifin Badri)

republish from group dakwah whatsapp

Tidak ada komentar: