Al-Qur’an Obat Penyembuh Berbagai Penyakit Hati

[1]- Al-Qur’an -Jika Ditadabburi- Akan Menjadi Obat Bagi Penyakit Hati

Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Rabb-mu, dan (obat) penyembuh bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)

Maka Al-Qur’an adalah obat bagi penyakit yang ada dalam hati manusia.

[Lihat: “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hlm. 367- cet. Mu-assasah ar-Risaalah)]

[2]- Dan inti dari penyakit-penyakit hati ada 2 (dua):

1. Syubhat; yaitu: penyakit hati yang merusak keilmuan seseorang sehingga perkara kebenaran menjadi samar baginya dan tercampur dengan kebatilan.

2. Syahwat; yaitu: penyakit hati yang merusak keinginan seseorang, sehingga kebenaran yang sudah dia ketahui ingin dia tinggalkan.

[3]- “Dan Al-Qur’an adalah obat bagi kedua penyakit tersebut.

(1)- Di dalam Al-Qur’an terdapat hujjah dan bukti pasti yang menjelaskan kebenaran dari kebathilan; sehingga: hilanglah penyakit syubhat yang merusak ilmu dan gambaran kebenaran. (Dengan hilangnya penyakit syubhat); maka seseorang bisa melihat segala sesuatu sesuai dengan hakikatnya.

Dan tidak ada satu kitab pun di kolong langit yang semisal dengan Al-Qur’an; yang mengandung bukti-bukti dan petunjuk terhadap tuntutan-tuntutan yang tinggi; berupa: Tauhid, penetapan sifat-sifat (Allah), penetapan hari kebangkitan dan juga kenabian, serta membantah agama-agama yang bathil dan pemikiran-pemikiran yang rusak. 

Sungguh, Al-Qur’an menjamin semua itu dan mencakupnya dengan segi paling sempurna dan terbaik, serta paling dekat dengan (pemahaman) akal dan paling fasih penjelasannya.
Al-Qur’an Obat Penyembuh Berbagai Penyakit Hati

Maka Al-Qur’an benar-benar obat secara hakiki dari penyakit syubhat dan keraguan. AKAN TETAPI HAL ITU DAPAT DIHASILKAN JIKA ADA PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN TERHADAP MAKNA DARI AL-QUR’AN. 

Sehingga, barangsiapa yang Allah Ta’aalaa berikan rizki kepadanya untuk hal tersebut; maka dia akan melihat kebenaran dari kebathilan secara langsung dengan hatinya; layaknya dia melihat siang dan malam (dengan matanya)….

(2) Adapun obat Al-Qur’an untuk penyakit Syahwat; maka dengan kandunngan Al-Qur’an berupa: hikmah, nasehat yang baik, motivasi dan ancaman, ajakan zuhud terhadap dunia, dorongan untuk (cinta) akhirat, serta adanya permisalan dan kisah-kisah yang bisa memberikan berbagai pelajaran dan mambuka mata hati; 

sehingga kalau hati yang selamat melihat kesemuanya itu; maka ia akan menginginkan hal yang membrikan kemanfaatan baginya di kehidupan dunianya dan akhiratnya, dan akan membenci hal-hal yang membahayakannya. Maka, hati akan menjadi cinta terhadap petunjuk dan membenci kesesatan.

Al-Qur’an akan menghilangkan berbagai penyakit yang akan mengarahkan kepada keinginan-keinginan yang rusak; sehingga Al-Qur’an akan memperbaiki hati dan memperbaiki keinginannya, maka hati pun akan kembali kepada fitrah asalnya. 

Dengan itu amalan-amalannya akan menjadi baik, layaknya kembalinya badan yang sehat dan normal kepada kondisinya semula. Sehingga hati ini tidak akan menerima kecuali kebenaran; layaknya bayi tidak akan menerima kecuali air susu.”

[“Ighaatsatul Lahfaan” (hlm. 97-100- Mawaaridul Amaan), karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah-]

[4]- Dibutuhkan Kesucian Hati Untuk Bisa Memahami Al-Qur’an

Allah -Ta’aalaa- berfirman:

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ
“Dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia. Dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuuzh). Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan.” (QS. Al-Waaqi’ah: 77-79)

“Jika lembaran-lembaran yang ada di langit tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan; maka demikian juga lembaran-lembaran Al-Qur’an yang ada di tangan-tangan kita; tidak sepantasnya disentuh kecuali oleh orang yang suci….

Maka ayat ini mengisyaratkan bahwa: tidak akan bisa mencapai makna-makna Al-Qur’an dan tidak akan bisa memahaminya kecuali: hati yang suci.”

[“At-Tibyaan Fii Aqsaamil Qur’aan” (hlm. 143-144- cet. Daarul Fikr), karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah-]


“Sehingga di dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa: orang yang hatinya suci (bersih) dari berbagai kemaksiatan; maka dia akan semakin faham terhadap Al-Qur’an, dan (sebaliknya): orang yang hatinya ternajisi dengan kemaksiatan; maka dia semakin jauh dari pemahaman terhadap Al-Qur’an…Sebagaimana firman Allah -Ta’aalaa-:

كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Sekali-kali tidak! Bahkan (kemaksiatan) yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.” (QS. Al-Muthaffifiin: 14)

Maka mereka tidak bisa mencapai makna dan rahasia ayat-ayat Al-Qur’an dikarenakan: (kemaksiatan) yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.”

[“Al-Qaulul Mufiid” (II/37), karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullaah-]

“Utsman bin ‘Affan -radhiyallaahu ‘anhu- berkata:

لَوْ طَهُرَتْ قُلُوْبُنَا؛ لَمَا شَبِعَتْ مِنْ كَلَامِ اللهِ
“Kalaulah hati kita suci; tentu tidak akan bosan dengan firman Allah (Al-Qur’an).”

Maka hati yang suci -dikarenakan hidup dan cahaya yang ada padanya, serta kebersihannya dari kotoran dan kejelekan-: tidak akan pernah merasa bosan terhadap Al-Qur’an, tidak akan terisi kecuali dengan hakikat-hakikatnya, dan tidak akan terobati kecuali dengan pengobatannya.”

[“Ighaatsatul Lahfaan” (hlm. 114-115- Mawaaridul Amaan), karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah -rahimahullaah-]

ditulis oleh: Ahmad Hendrix

Tidak ada komentar: