belajar dari sejarah "Hari ini kita hidup di zaman yang fitnahnya kian pekat"

Para ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud fitnah ialah segala hal yang menjauhkan kita dari beribadah kepada Allah.

Ketika menyebutkan tentang fitnah yang akan datang, Rasulullah sering menggunakan kata "yuusyaqu atau yuusyiqu" yang artinya sebentar lagi. Dan hari ini kita hidup 14 abad setelah Rasulullah berkata "sebentar lagi".

Dua modal untuk menghadapi fitnah ialah ilmu dan iman.
Kita mencela zaman, padahal celaan itu ada pada diri kita. Pada zaman tidak ada cela, sebab celaan itu ada pada diri kita.

Letak masalahnya ialah kita dan keluarga kita yang tidak kokoh dalam menghadapi gelombang fitnah.
hancurnya mesjid ahlusunnah di aleppo

Ketika Nabi Nuh menghadapi fitnah terbesar di zamannya, ia membangun bahtera.

Pembangunan ini membutuhkan waktu tidak sebentar. Untuk menumbuhkan pohon yang digunakan sebagai kayu kapal saja waktunya 100 tahun. Dan untuk membuatnya membutuhkan waktu 40 tahun. Besar kapal Nabi Nuh, menurut Ibnu Katsir, ialah 3000 x 1500 hasta (1 hasta = +- 50 cm).

Begitu fitnah muncul, yang Nabi Nuh lakukan ialah memasukkan seluruh keluarganya ke dalam kapal. Dalam sebuah riwayat, yang naik kapal Nabi Nuh sebanyak 8 orang (1 istri yang beriman, 3 anaknya, dan 3 menantunya). Ada pula yang menyebutkan 12 orang (8 orang keluarganya dan 4 orang luar).

Begitu air bah muncul, Nabi Nuh segera masuk ke dalam kapal beserta keluarganya. Tak lupa ia mengajak masuk anaknya yang belum beriman yang bernama Kana'an/Yam. Namun anaknya tetap tidak mau masuk. Padahal Nabi Nuh menyeru anaknya dengan sangat lembut, "Duhai Anakku, masuklah ke dalam bahtera bersama Ayah."

Ketika fitnah akhir zaman telah demikian pekat, namun kita tidak melakukan apa yang dilakukan oleh Nabi Nuh, yakni menyiapkan bahtera iman, maka bagaimana kita bisa memanggil anak-anak kita masuk ke dalam bahtera?

Ketika fitnah semakin pekat melanda, jadilah orang tua yang bisa berkata kepada anaknya, "Nak, masuklah ke dalam bahtera agar engkau selamat dari fitnah." Dan bahtera itu adalah rumah tangga yang penuh dengan keimanan. Bukankah kita menyebut rumah tangga juga dengan kata 'bahtera'?

Fitnah terbesar zaman ini adalah Dajjal, sebagaimana yang Rasulullah kabarkan. Sebagian ulama menyebutkan bahwa Dajjal adalah Samiri. Sebagian yang lain menyebutkan bukan.

Siapa Samiri? Ia kaumnya Nabi Musa yang membuat patung emas berbentuk sapi. Samiri membuat patung itu ketika Bani Israil berada di Lembah Tih (lembah kelelahan), dan ketika Musa sedang pergi 40 hari untuk menghadap Allah.

Samiri membuat patung sapi itu dari emas milik orang Koptik Mesir. Ketika orang Bani Israil merasa bersalah karena mengambil emas yang bukan miliknya, maka Samiri menawarkan cara untuk bertaubat, yaitu mengumpulkan seluruh emas yang mereka punya. Kemudian Samiri membentuknya menjadi sapi dan menjadikan sapi itu dapat berbicara.

Ada 600.000 kaum Nabi Musa. 530.000 di antaranya terfitnah oleh Samiri. 70.000 lainnya tidak. 530.000 orang yang terfitnah itu adalah orang yang terkagum-kagum dengan 'keajaiban' yang dibuat oleh Samiri.

Orang yang mudah terfitnah dengan fitnah akhir zaman ialah mereka yang terkagum-kagum dengan sains/penemuan sains, namun tidak memiliki landasan iman yang kokoh.

Sesungguhnya Islam tidak memandang rendah sains dan penemuan-penemuannya. Hanya saja, sains itu mesti dilandasi oleh iman. Ketika seorang saintis yang beriman meneliti/menemukan suatu fenomena sains, maka penelitian/penemuan itu menjadikan dirinya semakin takut kepada Allah.

Zaman khilafah 'alaa minhaj nubuwwah hadir setelah pekatnya fitnah zaman ini usai. Maka siapkan keluarga kita untuk menghadapi zaman penuh fitnah.

Ustadz Hambali

Kajian Ayah Kuttab Al-Fatih Depok
Ust. Herfi G. Faizi, Lc.
24 Rabiul Awwal 1438 H

Tidak ada komentar: