rindu pemimpin peduli islam?, inilah yang harus dilakukan sebagai rakyat

Mungkin kita yang salah...

Tidaklah salah (keliru) apabila seseorang menginginkan sosok pemimpin yang baik, jujur dan amanah serta dekat dengan Islam. Namun kebanyakan di antara kita hanya menginginkan sosok pemimpin yang demikian tanpa mau berusaha menjadi rakyat yang demikian pula baik, jujur dan amamah.

Allah ﷻ berfirman :

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syuraa [42] : 30)

'Ali bin Abi Thalib رضي الله تعالىٰ عنه berkata,

"Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat." (Al-Jawabul Kaafi, hal. 87)

depan kantor dpr riHakikatnya rakyat adalah cermin bagi seorang pemimpin. Maknanya, apabila kita menginginkan pemimpin yang baik, jujur lagi amanah serta dekat dengan Islam kita pun harus terlebih dahulu bersikap demikian yang dengannya Allah سبحانه و تعالىٰ memberikan pemimpin seperti keadaan rakyatnya.

Sebab mustahil Allah تبارك و‏تعالىٰ memberikan sosok pemimpin yang baik, jujur, lagi amanah sementara rakyatnya sering berdusta dan khianat serta saling menzhalimi satu dengan yang lainnya.

Allah سبحانه و تعالىٰ berfirman :

"Dan demikianlah Kami jadikan sebagaian orang-orang zhalim sebagai pemimpin bagi orang zhalim yang lain, disebabkan perbuatan maksiat yang telah mereka lakukan." (QS. Al-An'aam [6] : 129)

Rasulullah ﷺ bersabda,

"Sesungguhnya di setiap zaman ada pemimpin yang Allah ﷻ tunjuk sesuai dengan keadaan hati masyarakatnya. Jika Allah ﷻ hendak memperbaiki masyarakat ini maka Allah ﷻ tunjuk pemimpin yang baik. Dan jika Allah ﷻ hendak membinasakan mereka, Allah ﷻ tunjuk pemimpin yang zhalim." (Shahiih, HR. Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman, IX/491)

Imam Ibnul Qayyim رحمه الله تعالىٰ berkata,

"Renungkanlah hikmah Allah سبحانه و تعالىٰ, dimana Dia menjadikan penguasa para hamba-Nya, pemimpin mereka, yang sejenis dengan amal perbuatan mereka. Bahkan amal perbuatan mereka, nampak dalam sikap pemimpin dan penguasa mereka. Jika para hamba bisa istiqamah, maka pemimpin mereka akan istiqamah, sebaliknya, jika mereka menyimpang maka pemimpin mereka juga akan menyimpang. 

Jika mereka berbuat zhalim, pemimpin mereka juga berbuat zhalim, jika rakyat suka menipu maka pemimpin mereka juga sama. Jika rakyat tidak mau menyerahkan hak-hak Allah سبحانه و تعالىٰ yang menjadi kewajiban mereka maka pemimpin akan menghalangi mereka untuk mendapatkan hak rakyat dan bersikap bakhil terhadap rakyat."

(Miftah Daaris Sa'adah, I/253)

Beliau kembali berkata,

"Perhatikanlah hikmah-Nya tatkala Allah سبحانه و تعالىٰ menjadikan para raja, penguasa dan pemegang tampuk pemerintahan sesuai dengan amalan yang dilakukan oleh para rakyat di dalam negeri tersebut. Bahkan, amalan dari para rakyat akan tercermin dari tingkah laku para penguasanya.

* Apabila rakyat di dalam negeri tersebut komitmen dalam menjalankan syari'at Allah سبحانه و تعالىٰ, maka tentu penguasanya pun demikian.

* Apabila mereka berlaku adil, maka para penguasa akan berlaku adil kepada mereka.

* Apabila mereka suka berbuat kemaksiatan, maka para penguasa juga akan senantiasa berbuat maksiat.

* Apabila rakyat senantiasa berbuat makar dan tipu daya, maka tentulah penguasa demikian pula keadaannya.

* Apabila para rakyat tidak menunaikan hak-hak Allah سبحانه و تعالىٰ serta mengabaikannya, maka penguasa mereka pun juga akan berbuat hal yang sama, mereka akan melanggar dan tidak menunaikan hak-hak para rakyatnya.

* Apabila rakyat sering melanggar hak kaum yang lemah dalam beraga interaksi mereka, maka para penguasa akan melanggar hak para rakyatnya secara paksa, menetapkan berbagai pajak dan pungutan liar kepada mereka. 

Dan setiap mereka (yakni rakyat) mengambil hak kaum yang lemah, maka hak mereka pun akan diambil secara paksa oleh penguasa. Sehingga para penguasa merupakan cerminan amal dari para rakyatnya.

Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkan hikmah Allah ﷻ, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya. 

Ketika masa-masa awal Islam merupakan masa terbaik, maka demikian pula pemimpin pada saat itu. Ketika rakyat mulai rusak, maka pemimpin mereka juga akan ikut rusak. Dengan demikian berdasarkan hikmah Allah ﷻ, apabila pada zaman kita ini dipimpin oleh pemimpin seperti Mu'awiyah, 'Umar bin 'Abdul Aziz, apalagi dipimpin oleh Abu Bakar ash-Shiddiq dan 'Umar bin al-Khaththab رضي الله تعالىٰ عنهم, maka tentu pemimpin kita itu sesuai dengan keadaan kita. 

Begitu pula pemimpin orang-orang sebelum kita tersebut akan sesuai dengan kondisi rakyat pada saat itu. Masing-masing dari kedua hal tersebut merupa konsekuensi dan tuntunan hikmah Allah سبحانه و تعالىٰ."

(Miftah Daaris Sa'adah, II/177 - 178)

Jika rakyatnya benar, maka pemimpinnya pun akan benar dan begitu sebaiknya...

Dari 'Abdullah bin 'Umar رضي الله تعالىٰ عنهما, ia berkata, "Rasulullah Muhammad ﷺ menghadap ke arah kami dan bersabda,

'Wahai sekalian kaum Muhajirin, ada lima hal yang jika kalian terjatuh ke dalamnya -dan aku berlindung kepada Allah سبحانه و تعالىٰ agar kalian tidak menjumpainya- yaitu :

1. Tidaklah nampak perbuatan zina di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha'un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi (kaum) sebelumnya.

2. Tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan ditimpa paceklik, susahnya penghidupan dan kezhaliman penguasa atas mereka.

3. Tidaklah mereka menahan zakat (tidak membayarnya) kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka (hujan tidak turun ke dunia), dan sekiranya bukan karena hewan-hewan, niscaya manusia tidak akan diberi hujan.

4. Tidaklah mereka melanggar perjanjian mereka dengan Allah سبحانه و تعالىٰ dan Rasul-Nya Muhammad ﷺ, melainkan Allah ﷻ akan menjadikan musuh mereka (dari kalangan selain mereka; orang kafir) berkuasa atas mereka, lalu musuh tersebut mengambil sebagian apa yang mereka miliki.

5. Dan selama pemimpin-pemimpin mereka (kaum muslimin) tidak berhukum dengan Kitabullaah (al-Qur-anul Karim) dan mengambil yang terbaik dari apa-apa yang diturunkan oleh Allah ﷻ (syari'at Islam), melainkan Allah ﷻ akan menjadikan permusuhan di antara mereka.'"

(Shahiih, HR. Ibnu Majah, II/1332, no. 4009, al-Hakim, no. 8623, dan Abu Nu'aim, VIII/333, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 106)
Tunaikanlah hak-hak Allah سبحانه و تعالىٰ, yakni dengan mentauhidkan-Nya, tidak beribadah dan berdo'a kecuali hanya kepada-Nya yang dengannya Allah سبحانه و تعالىٰ memberikan kejayaan kepada kaum muslimin.

Allah ﷻ berfirman :

"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. 

Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa tetap kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq."

(QS. An-Nuur [24] : 55)

Semoga Allah تبارك و‏تعالىٰ memberikan hidayah dan taufiq.

Abu 'Aisyah Aziz Arief via whatsapp group

Tidak ada komentar: