Kemusyrikan menyusupi aqidah umat islam dari zaman ke zaman

Pada zaman sekarang ini, diantara aqidah kufur yang bertentangan dengan aqidah shahihah sebagaimana yang diturunkan kepada para rasul, adalah pola pikir dan pola hidup Marxisme, Leninisme, Sosialisme, Ba'atsiyah, dan yang semacamnya. Doktrin-doktrin yang mereka anut berada didalam kerangka pikiran tidak adanya Ilah dan konsep hidup materialisme.

Secara langsung atau tidak langsung, mereka mengingkari adanya hari kiamat, surga, neraka, dan ajaran-ajaran Islam lainnya. 

Maka tak pelak lagi, ajaran hidup semacam ini bertentangan total dengan syariat samawi. Inilah jalan hidup yang berujung pada jurang penderitaan dan seburuk-buruknya balasan, di dunia maupun di akhirat.

Diantara aqidah yang bertentangan dengan aqidah yang lurus dan bersih itu adalah aqidah yang diyakini kaum kebathinan dan sebagian ajaran kaum sufi, bahwa sebagian dari yang mereka sebut wali-wali ikut bersama Allah dalam mengatur, merancang urusan alam semesta dan mereka disebut sebagai Aqthaab, Autaad, Aghwaats, dan yang semacamnya sebagai tuhan-tuhan. Ini adalah syirik yang paling besar dalam tauhid Rububiyah. 

Dan bentuk kemusyrikan ini adalah lebih buruk dari kemusyrikan yang dilakukan kaum kafir Arab dahulu, sebab kaum kafir Arab saat itu tidak menyekutukan dalam tauhid Rububiyah, namun mereka menyekutukan-Nya dalam hal ibadah. Dalam hal tauhid Rububiyah, orang-orang Arab jahili masih mengakui keesaan Allah, sebagaimana tertera dalam firman Allah:

"وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ
"Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka:  "Siapa yang menciptakan mereka?, niscaya mereka menjawab; 'Allah.' " (Az Zukhruf 87)

Dalam ayat-ayat yang lain, Allah berfirman:

"قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ(يونس ٣١) " 
Katakanlah, 'Siapa yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa menciptakan pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?' Maka mereka akan menjawab, 'Allah.' Maka katakanlah. 'Mengapa kamu tidak bertaqwa kepada-Nya?' "  (Yunus:31)

Dan banyak lagi ayat-ayat yang menyatakan seperti ini.

Kemusyrikan yang dilakukan banyak orang pada zaman sekarang ini lebih buruk dibandingkan kaum musyrikin pendahulunya. Diantara mereka ada yang menyekutukan Allah dalam hal tauhid Rububiyah dan kemusyrikan ini mereka lakukan baik dalam keadaan susah maupun dalam keadaan lapang. Sebagai contoh adalah mereka yang melakukan berbagai tindak kemusyrikan disisi kuburan Al Husain, Al Badawi, dan kuburan kuburan lainya di Mesir.

Mereka juga dapat kita temui di sisi kuburan Al Idrus di Aden, Al Hadi di Yaman, Ibnu Arabi di Syam, dan Syaikh Abdul Qodir Jailani di Iraq, serta kuburan kuburan lainya. Bentuk-bentuk penyelewengan aqidah semacam ini telah mendorong banyak orang untuk mengambil hak-hak Allah.
Namun sayangnya, banyak orang yang tidak mau mengingkarinya serta enggan untuk menjelaskan kepada mereka prinsip-prinsip ketauhidan sebagaimana yang telah diserukan oleh Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam.

Serta para nabi dan rasul sebelumnya. Shalawat dan salam semoga dililpahkan kepada mereka semua.
 
إِنَّالِلَّهِ وَإِنَّآإلَيهِ رَاجِعُونَ 
"Maka sesungguhnya kita semua adalah milik Allah, dan kepada-Nya kita akan kembali."

Sementara itu ada juga sekelompok ummat yang bertentangan dengan aqidah shahihah dalam hal asma dan sifat Allah. Aqidah yang mereka ikuti adalah aqidah bid'ah dari golongan Jahmiyah dan Mu'tazilah.

Mereka meniadakan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla dan memutarbalikan sifat-sifat kesempurnaan Allah dengan sifat-sifat yang ghaib dan sifat-sifat yang mustahil bagi-Nya. Mahatinggi Allah dari segala yang mereka ucapkan.

Termasuk kelompok diatas adalah orang yang menaFikan sebagian sifat Allah dan menetapkan sifat-sifat lainnya bagi Allah.

Kelompok ini adalah kelompok Asy'ariyah. Mereka menetapkan sifat bagi Allah dan membandingkanya dengan sifat-sifat yang dinafikan. Mereka lalu membuat ta'wil atas sifat-sifat itu dengan dalil-dalil yang menyalahi dalil akal serta bertentangan dengan aqidah shahihah.

Dengan masalah asma dan sifat Allah ini, Ahlussunnah Wal Jama'ah telah menetapkan bagi Allah nama dan sifat-sifat yang sempurna, baik yang telah ditetapkan sendiri oleh Allah dalam Al Qur'an atau yang ditetapkan oleh Rasul-Nya Muhammad shallallahu'alaihi wa sallam.

Ahlussunnah menjauhkan diri dari penyetaraan Allah dengan makhluk-Nya. Ahlussunnah menerima sepenuhnya ketetapan Allah dan Rasul-Nya mengenai sifat dan asma-Nya, tanpa menambah atau menguranginya, sehingga mereka terhindar dari berbagai bentuk kontradisi akibat penafsiran manusia. Inilah jalan menuju keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ash-shirot al mustaqim, jalan yang dilalui oleh pendahulu ummat ini.

Tidak ada komentar: