syarah hadits shahih imam muslim nomor 438 (Takbiratul ihram)

حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ، حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْهَبِ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ الْعَبْدِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى فِي أَصْحَابِهِ تَأَخُّرًا فَقَالَ لَهُمْ: «تَقَدَّمُوا فَأْتَمُّوا بِي، وَلْيَأْتَمَّ بِكُمْ مَنْ بَعْدَكُمْ، لَا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللهُ
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya (no. 438) dari Abu Sa’id Alkhudry bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat sebagian sahabatnya sering terlambat (shalat jama’ah), beliau pun berkata: “majulah kalian, bermakmumlah kepadaku, dan orang yang datang kemudian bermakmum kepada kalian, orang – orang yang senantiasa terlambat akan Allah lambatkan ia”

Imam Suyuthi berkata makna hadits ini adalah: “orang yang senantiasa terlambat mendapatkan shaf yang terdepan akan Allah lambatkan ia mendapat rahmat, keutamaan yang agung, kedudukan tinggi dengan ilmu dan yang semisalnya”.

shalat berjamaah

Syekh Ibnu Utsaimin mengomentari hadits ini dalam fatwa beliau (Fatwa Syekh Utsaimin hal.54 jil.13): “berdasarkan hadits ini, hendaklah seseorang khawatir kalau ia membiasakan dirinya terlambat dalam ibadah, Allah akan menimpanya dengan keterlambatan disetiap momen – momen kebaikan”.

Anas bin Malik berkata tentang ayat (berlombalah menuju ampunan dari Rabbmu..)yaitu: “takbiratul ihram”.

Dibangun atas dasar ini, saya akan nuqil bagaimana sikap para salaf bagaimana perhatian mereka akan shaf yang pertama dan takbiratulihram:

1. Sa’id bin Almusayyab berkata: “aku tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram sejak 50 tahun”, dan beliau juga berkata: “aku tidak pernah melihat tengkuk seseorang ketika shalat sejak 50 tahun” karena beliau selalu berada di shaf yang pertama.

2. Rabi’ah bin Yazid berkata: “tidaklah muadzin azan shalat zhuhur sejak 40 tahun kecuali aku sudah berada di masjid, kecuali aku sakit atau musafir”.

3. Muhammad bin Samma’ah Alqadhi berkata: “selama 40 tahun aku tidak pernah ketinggalan takbir yang pertama, kecuali satu hari saat ibuku meninggal dunia,aku ketinggalan satu shalat secara berjamaah, maka akupun berdiri (qiyamullail) 25 rakaat, berharap mendapatkan kelipatan yang terdapat di shalat berjama’ah, matakupun terasa berat (tertidur) seseorangpun mendatangiku (dalam mimpi) dan berkata: “Muhammad! Kamu sudah shalat 25 rakaat, tapi bagaimana dengan aminnya malaikat? (kamu tidak bisa menggantinya, hanya di dapat saat shalat berjamah)”.

4. Ghassan berkata: “anak saudaraku Bisyr bin Manshur berkata: “aku tidak pernah melihat pamanku ketinggalan takbir yang pertama”.

5. Waki’ berkata: “adalah A’masy mendekati 70 tahun tidak pernah ketinggalan takbir yang pertama, aku sering mengunjunginya sekitar dua tahun ia tidak pernah masbuq satu rakaat pun”.

6. Ibrahim Annakh’I berkata: “kalau kamu melihat orang yang meremehkan takbir yang pertama, cucilah tanganmu darinya” (jangan mau berurusan dengannya. Pent.).

7. Waki’ berkata: “yang tidak mendapatkan takbir yang pertama jangan harap kebaikan darinya”.

8. Bisyr bin Alhasan Albashri Abu Malik dinamakan dengan Asshaffi karena beliau selalu di shaf pertama di masjid Bashrah selama 50 tahun.

9. Alghazali berkata: “diriwayatkan bahwa para salaf mentakziahi diri mereka selama tiga hari kalau mereka ketinggalan takbir yang pertama, dan tujuh hari kalau ketinggalan jama’ah ”.

Sekian, semoga Allah membantu kita, memperbaiki keadaan kita, dan melimpahkan keikhlasan kepada kita dalam beramal, memberi rezeki kepada kita berupa ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih.

DR. Sulthan Fahd Atthubaisyi
Penerjemah : Ust. Abu Rhazin Rahmat Hidayat Margolang, S.Pd

Tidak ada komentar: