KAJIAN SALAF DITOLAK, DILAWAN ATAU DIAM..?

✏Oleh: DR. Muhammad Arifin Badri, MA حفظه الله تعالى

Akhir akhir ini, kajian salaf semakin semarak, dan menjangkau semua lapisan. Berbagai media, dan sarana mulai dimanfaatkan yang berdampak pertumbuhan dan penyebaran dakwah salaf semakin pesat. Semua itu tentu semata mata berkat pertolongan dan karunia Allah, bukan karena kehebatan atau jasa seseorang atau kelompok tertentu. Hanya Allah yang pantas dipuji atas semua kebaikan ini.

Dakwah salaf, ya benar dakwah salaf, seruan untuk kembali memurnikan ajaran Islam yang hanya berlandaskan kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Dan pada level penerapan berbagai syari’at keduanya senantiasa bercermin kepada keteladanan generasi terdahulu, 
KAJIAN SALAF DITOLAK

dari kalangan para sahabat, tabiin dan ulama’-ulama’ setelah mereka yang benar-benar mumpuni, jauh dari aspek fanatik golongan atau kelompok, atau figur tertentu, rekayasa atau modifikasi atau normalisasi agama, karena Islam telah sempurna sehingga tidak butuh kepada segala hal di atas. Bahkan sebaliknya segala budaya, undang undang, tatanan masyarakat atau lainnya harus beradaptasi dengan Syari’at Islam. 

Allah berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al Maidah 3)

Inilah yang dimaksud dari memurnikan Islam, dan dengan cara inilah Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin benar benar menjadi kenyataan.

Namun demikian, telah menjadi sunnatullah bahwa siapapun diri anda dan apapun amalan atau keyakinan anda, pasti ada saja orang-orang yang memusuhi dan membenci anda. Jika anda adalah orang baik paling baik, orang Islam paling sempurna keislamannya maka sadarilah bahwa ada saja orang yang membenci dan bahkan dengan lantang mengobarkan permusuhan kepada anda, yaitu orang buruk paling buruk atau orang kafir paling kafir.

Dan bila anda adalah seorang muslim yang kadang baik dan kadang hanyut dalam nafsu dan kebodohan, maka sadarilah bahwa pasti ada orang yang membenci dan memusuhi anda. Dan bisa jadi diantara yang memusuhi anda ialah sesama orang Islam yang juga kadang baik dan kadang hanyut dalam nafsu dan kebodohannya. 

Allah Ta’ala berfirman :

وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُم بِبَعْضٍ
“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka dengan sebahagian yang lain.” (Al An’am 53)

Dan sudah barang tentu orang kafir dan bahkan orang kafir paling kafir juga turut membenci dan memusuhi anda.

Kalau anda bertanya, lalu bagaimanakah agar anda bisa selamat dari permusuhan dan kebencian orang lain?

Jawabannya: tidak ada, karena inilah dunia dan demikianlah sunnatullah.

Lalu bagaimana solusinya? Benarkah anda ingin tahu solusinya? 

Simak jawabannya langsung dari Allah Ta’ala :
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
“Dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar ? dan adalah Tuhanmu Maha Melihat.” (Al Furqan 20)

Ya betul, sabar itulah solusinya, sabar ketika mendapat cobaan dan ditimpa kesusahan sehingga cobaan itu tidak menyebabkan anda terhenti dari mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan kebenaran.

Dan sabar ketika menghadapi godaan nafsu dan bisikan setan sehingga anda tidak menyimpang dari jalan kebenaran dan terperangkap dalam dosa dan maksiat.

Sabar sehingga anda istiqomah dalam mempelajari, lalu mengamalkan dan mendakwahkan kebenaran, tidak putus asa dan tidak congkak.

Menuruti emosi, rasa kesal, amarah bukanlah solusi, membalas kejahatan dengan tindakan serupa bukan pula solusi walaupun dibolehkan. Solusinya hanya ada satu yaitu sabar, Allah Ta’ala berfirman:

ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (Fusshilat 34)

Sabar, benar hanya sabar solusinya, terlebih bila yang mengganggu atau mengusik laju dakwah anda ternyata adalah orang yang serupa dengan anda, sesama ummat Islam, yang banyak memiliki persamaan dengan anda walau banyak pula perbedaannya.

Kalau anda berkata: ooh cemen, kenapa mesti penakut, mereka menggunakan kekerasan, kita juga berani melakukannya. Kita yakin benar mengapa takut?

Inilah nafsu dan emosi, kebodohan dan nafsu dilawan dengan yang serupa, kalau anda merasa kesal, dan tidak kuasa menahan amarah, maka sadarilah bahwa memang dakwah ini besar dan hanya orang orang yang berjiwa besar yang kuasa memikulnya dengan sebenarnya. Anda tersinggung? Tenang sobat, baca dulu ayat berikut:

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai karunia yang besar (dari Allah)” (Fusshilat 35)

Kalau anda berkata: alah, lawan saja, kenapa mesti takut mati, bukankah kita berada pada pihak yang benar dan membela kebenaran? Betul sobat, namun sadarkah bahwa anda berada pada pihak yang benar bukan berarti serta merta menjadi alasan untuk membuka pintu kekacauan yang lebih besar apalagi hingga terjadi pertumpahan darah.

Ketahuilah, bila dua kelompok masa telah berhadap hadapan, maka sangat dengan mudah bagi pemancing di air keruh, yang bisa saja menyusup di barisan anda atau barisan mereka, memanfaatkan kesempatan. Mereka memulai dengan melempar batu, dan akhirnya anda merasa diserang dan merasa perlu mempertahankan diri atau bahkan membalas. 

Dan bisa jadi sebaliknya “tikus” sengaja menyusup di barisan anda memulai melempar batu, dan akhirnya mereka merasa diserang dan perlu membalas dan mempertahankan diri. Bila seperti ini kejadiannya bagaimana coba?

Jangankah orang sehebat anda, orang sebesar sahabat Thalhah, ‘Aisyah, Azzubair, dan sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhum ketika berada dalam kondisi seperti ini tidak kuasa mendeteksi dan mencegah kelakuan “tikus tikus penyusup”, seperti digambarkan di atas, hingga akhirnya terjadi perang saudara antara mereka.

Bila pertumpahan darah terlah terjadi di antara kaum muslimin, siapkah anda menanggung resikonya di dunia dan di akhirat? Anda mau tahu berapa besar tanggung jawab yang harus anda pikul bila nyawa seorang muslim melayang gara gara anda? SImak sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لزوال الدنيا أهون على الله من قتل رجل مسلم
“Sungguh hancurnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibanding dosa membunuh seorang muslim.” (At Tirmizy)

Ustadz, dan para panitia kajian, berpikirlah baik-baik, dan sadarilah walaupun anda adalah seorang ustadz atau seorang yang telah berratus ratus tahun mengaji, tetap saja anda adalah manusia biasa yang punya nafsu dan rentan digoda setan. Berlindunglah dari godaan setan dan belengu nafsu amarah diri anda.

Jangan kawatir sobat, saya adalah orang pertama yang saya maksudkan dari nasehat ini, semoga Allah Ta’ala melindungi kita semua dari bisikan setan, nafsu angkara murka dan kebodohan. Ya Allah limpahkanlah hidayah-Mu untuk seluruh ummat Islam dan seluruh ummat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam . Wallahu Ta’ala A’alam Bisshawab.

Maaf, bila terlalu panjang.

http://bbg-alilmu.com/archives/21284

Tidak ada komentar: