3 Ketentuan dalam Melaksanakan Puasa-puasa Sunnah

Dalam melaksanakan puasa-puasa sunnah ada beberapa ketentuan yang sedikit berbeda dengan pelaksanaan puasa wajib di bulan Ramadhan. Diantaranya sebagai berikut:

1. Boleh berniat untuk berpuasa sunnah setelah terbit fajar selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.

Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa, ia berkata,

دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ». فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ». ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ « أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ.
Artinya: “Telah mendatangi ku Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam di suatu hari, lalu Beliau bertanya: Apakah kalian mempunyai sesuatu (makanan atau minuman)? Maka kami menjawab: Tidak ada, lalu Beliau berkata: Jika begitu maka aku berpuasa. Kemudian beliau mendatangi kami pada hari lainnya, lalu kami berkata: Wahai Rasulullaah kami di beri hadiah berupa Hais (makanan dari kura, samin dan keju). Maka Beliau berkata: Berilah kepada ku hais itu, sungguh aku berpuasa tadi pagi." (HR. Muslim nomor 1154).
Melaksanakan Puasa

2. Boleh melanjutkan atau membatalkan puasa sunnah. Dalilnya hadits dari 'Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa yang telah kami tulis diatas.

3. Istri tidak boleh berpuasa sunnah kecuali dengan izin suaminya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَصُومُ الْمَرْأَةُ وَبَعْلُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
Artinya: “Janganlah seorang wanita (istri) berpuasa sementara suaminya ada kecuali dengan izin suaminya” (HR. Bukhari nomor 5192 dan Muslim nomor 1026)

Puasa yang dimaksud diatas adalah puasa sunnah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam An-Nawawi rahimahullaah.

Demikianlah sedikit penjelasan seputar puasa-puasa sunnah di dalam Islam, semoga kita dimudahkan oleh Allah subhaanahu wa ta'aala untuk mengamalkan puasa-puasa sunnah.

Tidak ada komentar: