Saudaraku, Jangan mencela kesalahan orang!

Manusia makhluk lemah yang rentan khilaf dan keliru.Manusia adalah gudang dosa dan cela.

Hanya dengan rahmat Allah semata ia akan terbimbing untuk meretas jalan kebenaran,atau kembali kepadanya setelah tersesat dan terjerembab ke dalam jurang syubuhat dan syahawat.

Jika engkau sadar bahwa dirimu manusia..bersiaplah untuk kembali bangun dari lumpur dosa dan kejahilanmu, mandilah di sungai istighfar dan taubat.
Jangan mencela kesalahan orang!

Jika kau melihat saudaramu tergelincir salah dan khilaf, sadarkan ia dan kasihanilah ia, ajak ia kembali pulang ke jalan yang benar. Bukan malah mentertawainya dan melecehkannya, siapa tau ia kan kembali menapaki jalan yang engkau lalui sementara engkau telah tersungkur jatuh di jalannya yang keliru.

Terlalu banyak melihat aib orang biasanya kan membuat dirimu lalai dengan aibmu sendiri.

Terlalu banyak mencela orang yg terjatuh, biasanya membuatmu tidak fokus pada jalanmu sendiri, untuk akhirnya tergelincir menjadi bahan tertawaan orang-orang yang kau tertawakan.

Berkata Imam Malik Rahimahullah:"

أدركت بهذه البلدة - يعني المدينة - أقواماً لم تكن لهم عيوب، فعابوا الناس؛ فصارت لهم عيوب، وأدركت بها أقواماً كانت لهم عيوب، فسكتوا عن عيوب الناس؛ فنُسيت عيوبهم ... ))
Aku temukan di kota Ini -Madinah- orang-orang baik tak memiliki cela,namun mereka selalu mencela orang , akhirnya mereka pun berlumur aib...

Sebaliknya aku menemukan sebagian orang di negeri itu punya kejelekan,namun mereka menahan diri tidak mencela manusia, akhirnya aib mereka juga terlupakan.

Pelajaran di medan dakwah mengajarkan... bahwa seringkali orang-orang yang mentertawakan akhirnya ditertawakan, mencemooh akhirnya di cemooh, menghina akhirnya dihinakan.

Jika ada sahabat semisal ibnu Masud khawatir menghina anjing dan berkata:"

لو سخرت من كلب لخشيت أن أحول كلبا
Sekiranya aku menghina anjing...aku khawatir akan dikutuk menjadi anjing pula"....

Mengapa kita lebih berani menghina dan memperolok-olok manusia dengan kekhilafan mereka?

Sekiranya sekelas Ibrahim An -Nakha'i mampu menjaga lisan dan tidak mencela kesalahan orang karena khawatir akan terjebak pada kesalahan itu, mengapa kita tidak..?

Batam,24 Shafar 1439 H/13 Nov 2017
Abu Fairuz My

Tidak ada komentar: