Apa Standar Tolak Ukur bagus tidaknya Ceramah Ustadz ?

Tolak ukur bagus atau tidaknya ceramah seorang Ustadz bukan dilihat dari siapa yang paling pintar menghibur jamaahnya dan membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal, seorang Ustadz bukan pelawak karena Nabi shallallah 'alaihi wa salam justru melarang umatnya agar jangan banyak tertawa, kata beliau,

لَا تُكْثِرُوا الضَّحِكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ
“Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (HR. At-Tirmizi no. 2227 dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 7435)
Ceramah Ustadz

Majelis Rasulullah dahulu bukanlah majelis yang dipenuhi dengan gelak tawa, majelis Rasulullah adalah majelis yang membuat kita semakin takut kepada Allah dan mengingatkan kita akan Surga dan Neraka, dari sahabat Hanzhalah al Usayyidi radhiyallaahu anhu, ia berkata,

لَقِيَنِي أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ كَيْفَ أَنْتَ يَا حَنْظَلَةُ قَالَ قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا تَقُولُ قَالَ قُلْتُ نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْيُ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَافَسْنَا الْأَزْوَاجَ وَالْأَوْلَادَ وَالضَّيْعَاتِ فَنَسِينَا كَثِيرًا ........
"Suatu ketika Abu Bakar pernah menemuiku dan berkata, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?”. (Hanzhalah berkata) Maka aku katakan, “Hanzhalah telah menjadi munafik.” Abu Bakar mengatakan, “Subhanallah! Apa yang kamu ucapkan?”. (Hanzhalah berkata) aku katakan,

"Ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mengingatkan kami kepada neraka dan surga sampai-sampai seolah-olah kami benar-benar bisa melihatnya secara langsung dengan mata kepala kami saat itu. Namun, ketika kami sudah meninggalkan majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka kami pun sibuk bersenang-senang dengan istri-istri dan anak-anak serta sibuk dengan pekerjaan kami sehingga kami pun banyak lupa...".
(HR. Muslim)

Tolak ukur bagus atau tidaknya ceramah seorang Ustadz juga bukan dilihat dari siapa yang paling bisa berkata-kata indah dalam ceramahnya dan enak didengar, karena kalau cuma sekedar kata-kata indah lagi enak didengar maka syetan pun bisa berkata-kata indah dan perkataannya bisa menipu manusia, Allah Ta'ala berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari kalangan) manusia dan jin, yang mereka satu sama lain saling membisikkan perkataan-perkataan yang indah untuk menipu (manusia)". (QS. al An’am :112)

Tolak ukur bagus atau tidaknya ceramah seorang Ustadz adalah apa yang didalamnya disebutkan Firman Allah dan Hadits-hadits Nabi shallallah 'alaihi wa salam, dan memahami keduanya (Al-Qur:an dan Hadits) sesuai dengan pemahaman para sahabat radhiyallaahu 'anhum ajma'iin, ceramah yang mengingatkan kita akan surga dan neraka, halal dan haram, juga mengenalkan kita akan kebaikan dan keburukan, apa itu syirik, apa itu bid'ah, bagaimana itu bentuk-bentuk penyimpangan dan kesesatan yang ada dalam agama ini, sebagaimana hal ini pernah dikatakan oleh sahabat Hudzaifah ibnil Yaman radhiyallaahu 'anhu,

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَ كُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
"Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah tentang hal-hal yang baik tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk, karena aku khawatir jika suatu saat hal-hal yang buruk itu menimpaku.." (HR. Bukhari)

Alangkah indah perkataan seorang penyair:

Aku mengenal keburukan bukan untuk aku kerjakan, tapi agar aku bisa menghindarinya.
Barang siapa yang hanya mengenal kebaikan tapi tidak mengenal keburukan maka dia akan terjatuh dalam keburukan tersebut.

Sumber: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=663789390676491&id=100011363095983

Tidak ada komentar: