Mereka menangis karna takut terhadap suul khatimah

Kematian adalah akhir dari ujian dan ia adalah seberat-berat ujian, "setiap jiwa pasti mati, pada hari kiamat diberikan balasan atas perbuatannya, siapa saja yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga sungguh ia memperoleh keberuntungan, tidaklah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang memperdaya" (QS. Ali Imran : 185)

Sudahkah kita persiapkan diri? Bagaimana kita menutup kisah hidup yang fana ini "Amalan seseorang dilihat di penghujungnya" (Hr. Bukhari)

Penghujung yang menjadi penutup, dengan suul khatimahkah atau husnul khatimah?

Berapa besar perhatian kita pada hari terpisahnya ruh dari jasad itu?

Lihatlah Sufyan As Tsauri menangis dimalamnya hingga pagi, ia ditanya : apakah tangisanmu itu karna dosa? Ia menjawab : bahkan jauh lebih menakutkan dari dosa, aku menangis karna takutku terhadap suul khatimah. (Ibnul Qayyim / Ad da' wad dawa' : 239)

Ketahuilah apa yang paling menyenangkan hati dan ia sukai akan datang saat sakratul maut, karna tak ada yang paling diingat di kala susah kecuali yang paling dicintai dan tak ada yang akan sanggup di katakan dan dilakukan ketika nafas beranjak pergi kecuali yang paling sering dilakukan.
suul khatimah

Imam Az Zahabi menyatakan : seorang yang sering main catur ditalqinkan la ilaha illallah saat sakratul maut, namun ia mengucapkan "skak" kemudian meninggal dunia. Adapula pecandu minuman keras, ketika ia akan meninggal orang-orang berkata "ucapkanlah la ilaha illallah" ia menjawab "teguklah dan minumkan aku" kemudian iapun mati. (Az Zahabi / Al kabair : 91)

Hobi dan kebiasaan menghampiri mereka sebelum berpisah dengan dunia, kebiasaan yang burukpun tak bisa ditangkis pada masa genting seperti ini.

Ibn Hazm berkata : Ibn Qazman terfitnah oleh rasa cinta pada Aslam hingga maut mendatanginya. (Ibn Hazm / Tauqul hamamah : 258) dan kisah hampir serupa disampaikan oleh Ibnul Qayyim ketika ia sekarat, ia berucap " keridhaanmu lebih aku harapkan dari ridha Sang Khalik" periwayat kisah mengatakan "wahai fulan, takutlah kepada Allah!" iapun pergi, baru saja kakinya melangkahkan pintu terdengar olehnya teriakan penghabisan. (Ibnul Qayyim / Ad da' wad dawa' : 241)

Disini terang bagi kita siapa yang dicintai akan teringat waktu sekarat, menginginkan kedatangannya.

Kedua orang tua Saya pernah bercerita bahwa beberapa tahun lalu ada orang yang hobi memancing, sebelum meninggal dia menggerak-gerakkan tangannya seolah-olah sedang memancing.

Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Ibn Rajab menjelaskan "secara umum akhir kehidupan seseorang terpaut kepada amal perbuatannya yang terdahulu" (Azhari Ahmad Mahmud / Ihzar sual khatimah : 5)

Terkadang seseorang memiliki kebiasaan buruk atau perbuatan dosa yang tersembunyi, dosa itu menjadi pakaian sehari-harinya, sulit ditinggalkan karna ia telah dikekang kerangkeng setan, diikat nikmat maksiat, betapapun besarnya keinginan berubah, tetap saja titik hitam itu menempel pada diri. Saat itu sadarlah kita tiada daya dan upaya kecuali atas kehendak Allah. Dosa seperti inilah yang ditakutkan muncul saat sakratul maut.

Mari kita lirik pula kisah kematian yang indah untuk dikenang, kisah orang shaleh sebelum meninggal dunia, kebiasaan baik mereka menjadi penutup nafas yang sementara ini.

Seorang murid Abu Yusuf Al Qadhi menjenguknya pada hari kematiannya, Abu Yusuf didapati tidak sadarkan diri, saat ia sadar iapun berdiskusi dengan muridnya tentang hukum melempar jumrah. Ketika muridnya hendak pulang dan baru sampai di pintu rumah, terdengar jeritan orang meratapi Abu Yusuf tanda ia sudah meninggal. (Al Qurasyi / Al jawahir al mudhiyah: 1/76)

Abu Zura'h Ar Razi beberapa saat sebelum meninggal ia masih sempat menyambung riwayat hadist dari muridnya yaitu hadist "siapa yang akhir perkataannya laa ilaaha illallah, ia akan masuk surga" dan nafasnyapun terhenti. (Abu Hatim / Taqsimul jarh wat ta'dil : 345)

Ibn Jarir At Thabari, saat sekarat seseorang membacakan sebuah doa kepadanya, ia meminta diambilkan tinta dan selembar kertas, kemudian menulis doa itu. Seseorang bertanya "apakah dalam keadaan seperti ini (sekarat) engkau masih menyempatkan diri menulis ilmu? "sudah semestinya setiap orang mengambil ilmu hingga meninggal dunia" jawabnya. (Al Muaffa An Nahrawani / Aj Jalis As Shalih : 222)

Lihatlah para pecinta ilmu, para pecinta kebaikan, bagaimana mereka menutup usia dengan indah.

Kematian sangat menakutkan, ia tidak peduli umur orang yang didatangi, betapa banyak kematian menggoyahkan hati, menyampakkan manusia kedalam penderitaan tiada akhir, berat untuk digambarkan dan tak bisa disifatkan. Setiap manusia pasti mengecap rasa itu.

Perbaikilah diri, bersihkan hati, cintailah kebaikan, rindukan kebenaran hingga hari yang sulit itu datang, disaat nyawa meregang maka kebaikan dan kebenaran itulah yang datang.

Kerjakan amar ma'ruf nahi munkar, biasakan hati menginginkan al haq dan berfikir positif.

(Rail / Alam takambang jadi guru : ...)

Tidak ada komentar: