Semua orang di zaman Rasulullah adalah "shufi"

Bila disebut orang kaum shufi, terutama di negri kita ini, teringatlah kita kepada tharikat Naqsyabandiyah, Syaziliyah, Samaniyah dan lainnya.

Tahukah kita bahwa manusia di zaman Rasulullah Shalallahu a'laihi wasallam adalah shufi?

Lalu apa itu Tasauf?

Tasauf adalah keluar dari budi dan perangai yang tercela dan masuk kepada perangai yang terpuji.

Maksud awal tasauf adalah zuhud dari dunia yang fana, tetapi lantaran banyaknya bercampur-gaul dengan negri dan bangsa lain, banyak sedikitnya masuk juga pengajian agama dari bangsa lain ke dalamnya. Karena tasauf bukanlah agama, melainkan suatu ikhtiar yang setengahnya diizinkan oleh agama dan setengahnya pula dengan tidak sadar telah tergelincir dari agama, atau terasa enaknya pengajaran agama lain dan terikuti tanpa disadari.
Semua orang di zaman Rasulullah adalah "shufi"

Maksud mereka ingin memerangi hawa-nafsu, dunia dan setan tetapi kadang-kadang mereka tempuh jalan yang tidak digariskan oleh agama. Terkadang mereka haramkan kepada diri sendiri apa yang dihalalkan Allah.

Tasauf yang demikian tidak ada asalnya dari Islam, zuhud yang melemahkan bukanlah bawaan Islam, semangat Islam adalah semangat berjuang, semangat berkorban, bekerja, bukan bermalas-malas, lemah paruh dan melempem. Islam membolehkan mengambil peluang mencari kesenangan yang dimubahkan.

Awal kemunculan sufi suci maksudnya, yaitu hendak memperbaiki budi pekerti. Ketika mula-mula timbul itu semua orang bisa menjadi shufi, tidak perlu memakai pakaian tertentu, atau berkhalwat sekian hari lamanya di dalam kamar.

Di zaman Nabi Muhammad Shalallahu a'laihi wasallam, semua orang menjadi shufi, yaitu shufi dalam artian berbudi pekerti dan akhlak mulia serta zuhud yang sebenarnya. Baik Nabi dan sahabatnya yang berempat atau yang beribu-ribu itu, semuanya berakhlak tinggi, berbudi mulia, sanggup menderita lapar dan haus. Jika mereka memperoleh kekayaan, tidaklah kekayaan itu lekat dalam hatinya, sehingga melukakan hati jika terpisah. Para sahabat dan para ulama banyak yang kaya yang memiliki harta benda lebih dari keperluan, namun mereka pergunakan untuk ketaatan kepada Allah taala (Hamka / Tasauf Moderen : 17-21) secara ringkas dengan perubahan seperlunya.

Sehingga jelaslah bagi kita shufi yang berkaifiyat, meninggalkan dunia secara keseluruhan, mema'sumkan guru, berkhalwat atau suluk, tasauf yang terpengaruh filsafat dan agama lain, adalah ajaran yang melenceng dari Islam.

(Rail / Alam takambang jadi guru : ...)

Tidak ada komentar: