Potret buruk ulama yang jahat... (jangan diikuti)

✍Islam tidak hanya mejelaskan jalan kebenaran saja bahkan menyingkap kebatilan dan mengungkap kepalsuannya agar jelas dan terang jalan orang-orang yang tersesat lalu dijauhi dan ditinggalkan

Allah berfirman.

كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ
“Dan demikianlah kami terangkan ayat-ayat Al-Qur’an, supaya jelas jalan orang-orang yang benar dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang tersesat” [al-An’am/6 : 55]

Di akhir zaman keberadaan ulama shu' (ulama jahat) banyak sekali.

Bahkan mereka merajalela dengan kesesatan dan kejahatannya.

Hal ini tidak lain karena wafatnya para Ulama Robbany, sehingga ummat mengangkat orang-orang yang jahil menjadi tokoh panutannya.

Mereka lebih bangga, ketika belajar Islam dari para orientalis barat daripada Ulama Islam di negeri Islam. Sehingga celupan merekapun kebarat-baratan. Apasaja yang datang dari mereka dibenarkannya, dan meragukan serta menganggap bodoh ulama yang berpegang dengan Al-Qur'an atau As-Sunnah sesuai pemahaman paea Salaf.

Keberadaan ulama shu' yang menyeru kepada kesesatan ini pernah ditanyakan oleh Hudzaifah ibnul Yaman kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم,

Aku bertanya : Wahai Rasululloh,

هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرِّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا
“Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?”

Beliau menjawab :”Ya, (akan muncul) para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan ke dalam neraka”

Aku bertanya : “Ya Rasulullah, sebutkan cirri-ciri mereka kepada kami ?”

Beliau menjawab : “Mereka dari kulit-kulit/golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita” [HR Bukhari 6/615-616, dan Muslim 12/235-236]

Alloh telah menyinggung keberadaan ulama model ini dalam perumpamaan ulama Bani Isroil yang bernama Bal'am.

Kalau kita cermati perumpamaan dari Allah ini membuat kita tercengang. Betapa hinanya orang-orang alim atau berilmu yang tergelincir dengan pengetahuann hingga membuatnya dirinya menjadi rendah. Mereka adalah orang-orang yang menggunakan ilmunya untuk mendapatkan harta dunia belaka, serta untuk mendapatkan kedudukan di mata makhluk.

{ وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176) سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ }
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat lalim.” (Al-A’raf: 175-177).
Potret buruk ulama yang jahat...

Ayat ini mengisahkan tentang Bal’am bin Ba’ura, seorang dari Bani Israil di zaman dahulu yang dikaruniai ilmu, tapi hatinya cenderung kepada harta dunia. Maka ia diperumpamakan dengan anjing.

Dalam Nawad Al-Ushul, At-Tarmidzi berkata, “Perumpamaan Bal’am seperti seekor anjing, tidak seperti hewan buas lainnya, karena anjing tidak memiliki hati (yakni hatinya mati), dan penjuluran lidahnya itu disebabkan oleh hatinya yang mati. Berbeda dengan hewan buas lainnya, mereka tidak mati hatinya, karenanya ia juga tidak mengulurkan lidahnya.” [Al Jami’li Ahkaam Al-Quran, Imam Al-Qurthubi. Jilid 7, hal, 812.]

Imam Al-Qurthubi mengatakan, ulama lain mengatakan, perumpamaan dalam ayat ini adalah perumpamaan yang paling buruk yang disandangkan kepada manusia, karena ayat ini mengumpamakan seorang dengan anjing. Orang tersebut tidak mampu untuk dirubah, seperti halnya anjing yang tidak dapat dirubah kebiasaan menjulurkan lidahnya. [Al Jami’li Ahkaam Al-Quran]

Selain itu, ada yang mengatakan, tabiat yang dimiliki oleh hewan anjing biasanya adalah, mereka akan patuh dan tunduk kepada seorang yang tidak takut kepadanya, dan ia juga akan terdiam seribu bahasa apabila orang yang tidak takut kepadanya itu telah menjinakkannya. Lalu hewan yang seperti ini dijadikan perumpamaan oleh Allah bagi orang yang menerima uang suap untuk merubah suatu hukum agama yang jelas-jelas telah tertulis di dalam kitab suci. Oleh karena itu ayat ini sangat penting untuk ditadaburi oleh setiap individu agar tidak terperdaya dengan perbuatannya atau dengan ilmu yang dimilikinya, karena ia tidak dapat mengetahui bagaimana kondisinya nanti di akhir hidupnya. [Al Jami’li Ahkaam Al-Quran]
---

Firman-Nya: Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah.” Allah mengatakan, “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu.” Yakni, niscaya kami jauhkan dia dari noda dan kotoran duniawi, dengan ayat-ayat yang telah kami berikan kepadanya. [Tafsir Ibnu Katsir, surat Al-A'raf 175]

“Tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah.” Yakni cenderung kepada perhiasan dan keindahan kehidupan dunia. Ia hanyut dalam kelezatan dan kenikmatan dunia yang memperdayainya, sebagaimana telah memperdayai kalangan orang-orang yang tidak memiliki akal dan pengetahuan. [Tafsir Ibnu Katsir, Al-A'raf 176]
---

Sufyan bin ‘Uyainah berkata: ‘Siapa yang rusak dari ulama-ulama kita, maka padanya terdapat banyak keserupaaan dengan kaum Yahudi, dan siapa yang rusak dari ahli ibadah kita, maka padanya terdapat banyak keserupaan dengan kaum Nasrani.” (Asy-Syarii’ah, hal. 18)

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sungguh kalian akan meniru tradisi-tradisi orang-orang sebelum kalian, sepanjang anak panah demi sepanjang anak panah.”

Para Sahabat bertanya: “Apakah mereka orang-orang Yahudi dan Nasrani?”

Beliau menjawab: “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim, 2669).

Itulah gambaran ulama shu' yang tidak bermanfaat bagi ummat dengan ilmu dan kealimannya.

Kebenaran yang datang dibawa Para Rasul صلوات الله عليهم tidak diterimanya, bahkan dibuang jauh, lalu dia gadaikan untuk memperoleh sedikit kenikmatan dunia.

Wallohu a'lam

🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc.

Tidak ada komentar: