Diangkat dari kisah nyata: Menjaga kesucian diri

Salah seorang sahabatku yang aku percayai bercerita padaku bahwa pada suatu hari ia berdua bersama wanita yang pernah bersamanya dulu semasa kanak-kanak.

Dalam pertemuan itu wanita tersebut merayunya untuk melakukan suatu hal yang tdak senonoh dan degan tegas ia menolaknya seraya berkata "Tidak...!!!, sesunguhnya diantara bentuk rasa syukurku, atas nikmat Allah yang telah mempertemukanku denganmu adalah menjauhi ajakan hawa nafsu"

Cerita yang disampaikan sahabatku itu terjadi di masa lalu.

Pemilik dari Kata "Aku" dalam kisah diatas adalah Al Imam Ibn Hazm - Rahimahullah- yang disampaikan dalam kitab beliau Tauqul Hamamah.

Seorang pemuda menuturkan "dulu Aku jatuh cinta pada putri pamanku, aku sangat menginginkannya, namun sayang ia menolak cintaku. Setelah berlalu beberapa tahun ia mendatangiku (dalam keadaan butuh uang) maka aku memberikannya 120 dinar dengan syarat ia bersedia berduaan denganku, diapun setuju.

Menjaga kesucian diri

Saat aku berada diantara kedua pahanya, ia berkata "bertaqwalah kepada Allah, jangan pernah membuka cincin kecuali dengan haknya!" "Aku terkejut dan pergi meninggalkannya, padahal ia adalah wanita yang paling aku sukai"

Kisah pemuda diatas disampaikan oleh Rasulullah -Shalallahu alaihi wasallam - dalam Shahih Bukhari dan Muslim.

Ibn Qudamah Al Maqdisy dalam kitab at tawwabin mengisahkan bahwa zaman dahulu terdapat seorang pelacur high class yang mana sepertiga kecantikan dunia ada padanya, ia hanya mau diajak kencan jika dibayar 100 dinar.

Seorang pemuda ahli ibadah terpesona melihatnya, maka iapun bekerja keras untuk mengumpulkan uang agar bisa mendapatkan gadis itu, ia mendatangi gadis itu dan berkata "Aku sangat mengagumimu maka Aku berusaha keras untuk mengumpulkan 100 dinar" "masuklah" balas gadis itu dan dia masuk ke kamarnya yang terdapat didalamnya ranjang emas.

"Kemarilah" rayu gadis itu diatas ranjang, ketika posisi mereka sudah seperti posisi sepasang suami istri, terbayang oleh sang pemuda keadaannya di hadapan Rabbnya di hari hisab, iapun gemetar karnanya.

"Biarkan aku pergi dan ambillah 100 dinar itu" ucapnya.

"Ada apa denganmu, bukankah usahamu sangat besar untuk mendapatkanku, sekarang setelah itu kau peroleh kau pergi menjauhinya?" Tanya wanita itu keheranan.

"Aku takut berhadapan dengan Allah, dan sekarang engkau adalah wanita yang paling aku benci" balasnya.

"Kalau kamu jujur dengan apa yang kamu ucapkan maka kamu harus menjadi suamiku" pinta wanita itu.

"Tidak, hingga aku keluar dari sini" tanggapnya.

"Kalau begitu saat aku menemuimu kau harus menikah denganku" wanita itu berharap.

"Semoga" balas lelaki itu sambil keluar dari rumah.

Beberapa waktu kemudian wanita itu pergi mencari pemuda dambaannya itu ke negrinya, setelah bertanya kependuduk setempat ia berhasil menemui pemuda tersebut, " seorang putri mendatangaimu" ucap penduduk yang terpesona akan kecantikannya, pemuda itu terkejut melihatnya hingga jatuh kepangkuan gadis tersebut dan meninggal ketika itu juga.

Lihatlah bagaimana sahabat Ibn Hazm yang menjauhi maksiat, padahal wanita itu adalah dambaannya waktu kecil yang sudah lama berpisah, bayangkan betapa besar kerinduannya!

Ahli ibadah, rasa takutnya terhadap dosa zina membuatnya meninggalkan apa yang selama ini ia impikan dan berusaha untuk mencapainya, bahkan ketakutan itu membawanya kepada kematian.

Pemuda yang mencintai sepupunya, meninggalkan gadis yang paling ia cintai, bertahun-bertahun ia menantikan kesempatan itu, Allah menjadikan ketaqwaan menyelamatkannya dari zina.

Kesucian diri yang hampir tercoreng dan berlumur lumpur itu akhirnya terjaga atas izin Allah taala.

(Rail / Alam takambang jadi guru : ....)

Tidak ada komentar: