DIMANA ALLAH ?

Jika kita ajukan pertanyaan di atas ini kepada kaum muslimin, maka sungguh kita akan dapati jawaban yang beraneka ragam. Sebagian ada yang mengatakan Allah dimana-mana, sebagian lagi mengatakan Allah tidak diruang dan tidak diwaktu. Adapula yang mengatakan Allah bersatu dalam diri para wali-wali-Nya. Mahasuci Allah dari apa yang mereka ucapkan.

Sungguh ini fenomena yang sangat memprihatinkan. Bagaimana seorang muslim yang setiap waktu beribadah kepada Allah, tapi dia tidak tahu dimana Allah? Terlebih lagi jawaban tentang pertanyaan diatas sangat amat terang benderang di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, bahkan lebih terang daripada matahari disiang bolong. Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan tegas mengatakan Allah ada di atas langit. Bahkan ulama mengatakan dalil tentang ketinggian Allah ada diatas langit itu lebih dari seribu dalil [1].

Ayat-ayat dan hadits-hadits yang berkaitan dengan ketinggian Allah ada diatas langit itu ada beberapa macam redaksinya:

1. Penjelasan bahwa Allah ada diatas dengan digandeng oleh huruf من yang menunjukkan akan ketinggian Allah dengan dzat-Nya. Allah berfirman:

يَخَافُونَ رَبَّہُم مِّن فَوۡقِهِمۡ 
"Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka" (QS. An-Nahl : 50)

2. Penyebutan Allah ada di atas tanpa digandeng dengan huruf apapun. Allah berfirman:

وَهُوَ ٱلۡقَاهِرُ فَوۡقَ عِبَادِهِ
"Dan Dialah yang berkuasa di atas sekalian hamba-hamba-Nya." (QS. Al-An’aam : 18)

3. Penjelasan bahwa (ada sesuatu yang) naik (Al-‘Uruj) kepada-Nya. Allah berfirman:

تَعۡرُجُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيۡهِ
"Malaikat-malaikat dan Jibril naik kepada Allah." (QS. Al-Ma’arij : 4)

4. Penjelasan bahwa (ada sesuatu yang) naik (As-Su’ud) kepada-Nya. Allah berfirman:

إِلَيۡهِ يَصۡعَدُ ٱلۡكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ
"Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik." (QS. Fathir : 10)

5. Penjelasan bahwa Allah menaikkan sebagian dari hamba-Nya. Allah berfirman:

إِذۡ قَالَ ٱللَّهُ يَـٰعِيسَىٰٓ إِنِّى مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَىَّ
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya aku akan menidurkanmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. (QS. Ali Imran : 55)

DIMANA ALLAH ?

6. Penjelasan tentang ketinggian Allah secara mutlak yang menunjukkan akan ketinggian-Nya baik secara dzat, kedudukan dan kekuasaan-Nya. Allah berfirman:

وَهُوَ ٱلۡعَلِىُّ ٱلۡعَظِيمُ 
"Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. Al-Baqarah : 255)

7. Penjelasan tentang diturunkannya Al-Qur’an dari sisi-Nya. Allah berfirman:

تَنزِيلُ ٱلۡكِتَـٰبِ مِنَ ٱللَّهِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَكِيمِ
"Kitab (Al Quran ini) diturunkan oleh Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Az-Zumar : 1)

8. Penjelasan tentang dikhususkannya sebagian hamba-Nya disisi-Nya. Allah berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ عِندَ رَبِّكَ
"Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu." (QS. Al-A’raaf : 206)

9. Penjelasan bahwa Allah ada diatas langit. Allah berfirman:

ءَأَمِنتُم مَّن فِى ٱلسَّمَآءِ 
"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di (atas) langit" (QS. Al-Mulk : 16)

10. Penjelasan tentang istiwa’ (ketinggian) Allah dengan diiringi huruf على (diatas) dan dikaitkan dengan arsy yang merupakan makhluk yang paling tinggi dan digandengan dengan huruf ثم yang menunjukkan akan tenggang waktu. Allah berfirman:

هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ۬ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ‌ۚ
"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia tinggi di atas ´arsy." (QS. Al-Hadid : 4)

11. Penjelasan tentang diangkatnya tangan kepada Allah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إن الله يستحي من عبده إذا رفع إليه يديه أن يردهما صفرا
"Sesungguhnya Allah malu kepada hamba-Nya jika dia mengangkat tangan kepada-Nya untuk Dia menolaknya." (HSR. Ahmad)

12. Penjelasan tentang turunnya Allah ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
"Rabb kita turun setiap malam ke langit dunia ketika sepertiga malam terakhir. Seraya berkata: Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Aku ampuni." (HR. Bukhari dan Muslim)

13. Pemberian isyarat kepada-Nya dengan menunjuk ke atas. Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu pernah bercerita ketika Haji Wada’ bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bertanya kepada para sahabat : kalian semua akan ditanya tentang diriku (pada hari kiamat), lalu apa yang akan kalian katakan? Para sahabat menjawab: Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan (agama Allah) dan telah menasehati. Maka Rasul pun mengangkat jari telunjuknya yang mulia ke arah langit seraya berkata: Ya Allah saksikanlah. (HR. Muslim)

14. Penjelasan (tentang ketinggian Allah dengan lafadz pertanyaan) dimana (Allah)? sebagaimana dalam shahih Muslim dari hadits Muawiyah bin Hakam As-Sulami radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda berkata kepada seorang budak wanita: Dimana Allah? Sang budak menjawab: Di atas langit. Rasul bertanya lagi: Siapa aku? Sang budak menjawab: Engkau adalah utusan Allah. maka Rasul bersabda: Merdekakan dia karena dia seorang wanita mukminah.

15. Persaksian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada yang berkata sesungguhnya Rabnya di langit dengan keimanan.

16. Allah mengabarkan tentang Fir’aun bahwa dia menginginkan untuk naik ke atas langit agar melihat kepada sesembahannya Musa lalu dia akan mendustakan Nabi Musa tentang ketinggian Allah diatas langit. Allah berfirman:

وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَـٰهَـٰمَـٰنُ ٱبۡنِ لِى صَرۡحً۬ا لَّعَلِّىٓ أَبۡلُغُ ٱلۡأَسۡبَـٰبَ (٣٦) أَسۡبَـٰبَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰٓ إِلَـٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّى لَأَظُنُّهُ ۥ ڪَـٰذِبً۬اۚ
"Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". (QS. Ghafir : 36-37)

Barangsiapa yang menolak ketinggian Allah (diatas langit) dari kelompok Jahmiyah maka dia adalah pengikut Fir’aun. Dan barangsiapa yang menetapkan Allah ada diatas langit maka dia adalah pengikut Nabi Musa dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

17. Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan tentang naik turunnya beliau (ketika peristiwa Isra’ dan Mi’raj) antara Allah dan Nabi Musa untuk meminta keringanan rakaat shalat. (HR. Bukhari dan Muslim)

18. Dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang penghuni surga yang melihat kepada wajah Allah sebagaimana melihat kepada matahari dan bulan pada waktu purnama. Dan tidak mungkin mereka melihat-Nya melainkan dari atas mereka. [2]
--------------------------

[1] Seperti yang dikatakan oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad dalam kitab Fiqih Al-Asma’ Al-Husna hal.146.

[2] Diringkas dari kitab Syarah Al-Aqidah Ath-thahawiyah 2/381-386 oleh Imam Ibnu Abi Al-‘izzi Al-Hanafi.

Oleh: Ustadz Abdurrahman Thoyyib

Tidak ada komentar: