KESESATAN AJARAN SYI'AH SEPANJANG JAMAN

Ibnu ‘Abbas - rodhiyollohu 'anhu – (sepupu nabi) berkata bahwa Rosululloh - sholollohu 'alaihi wasallam – berkata: “Wahai Ali, akan muncul sebuah kelompok dari umatku, yang berlebihan mencintai Ahlul Bait, namanya adalah penghinaan, mereka dipanggil Rafidhah (artinya adalah yang menolak alias Syi’ah). Perangilah mereka karena adalah musyrik!”

(Majma’ az Zawa’id, 10/22, hadits hasan, diriwayatkan Ibn Hajar Al-Haithami).

Ali bin Abu Thalib (rodhiyollohu 'anhu) berkata: "Rosululloh - sholollohu 'alaihi wasallam - memanggilku dan mengatakan kepadaku: 'Engkau sama dengan Isa, orang-orang Yahudi membencinya sampai mereka memfitnah ibunya, dan Nasrani mencintainya sampai mereka menempatkannya dalam kedudukan yang tidak semestinya.’

"Berkenaan denganku, ada dua golongan yang akan hancur, yaitu mereka yang mencintaiku berlebihan dan cinta membawanya jauh dari kebenaran, dan mereka yang membenciku berlebihan dan kebencian membawanya jauh dari kebenaran. Sesungguhnya, aku bukan seorang nabi, dan tiada apapun yang diwahyukan kepadaku. Tapi aku berjalan dengan Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya - sholollohu 'alaihi wasallam - semampu yang aku bisa. Jadi apapun yang kuminta kepadamu dalam hal mentaati Allah, itu adalah kewajibanmu untuk mematuhiku, tak peduli kau suka atau tidak."

[Musnad Ahmad & Nahjul Balaghah, khutbah 127]

Pokok-pokok ajaran Syi’ah adalah (sejak Abad pertama Islam dan dengan segala perkembangannya):

Imam sesudah Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wasallam - adalah Ali bin Abi Tholib rodhiollohu ‘anhu, bukan Abu Abakar Ash Shiddiq rodhiollohu ‘anhu.

Keyakinan akan keutamaan bahkan sebagian darinya menyebut akan kejelma-tuhanan Kholifah ’Ali bin Abi Tholib - rodhiollohu ‘anhu -, yang dideklarasikan ‘Abdullah ibnu Saba’ dan pengikutnya (yang pengikutnya akhirnya dihukum mati oleh Kholifah Ali - rodhiollohu ‘anhu - sendiri namun ’Abdullah bin Saba’ melarikan diri) sebagai sekte paling ekstrem dari Syi’ah, yakni Ghulat atau Ghula’iyyah, dan aksi disebut-sebut sebagai cikal-bakal Syi’ah, walau berbagai sekte Syi’ah generasi berikutnya tak lagi sampai menuhankan .

KESESATAN AJARAN SYI'AH SEPANJANG JAMAN


Keyakinan pengutamaan Ali - rodhiollohu ‘anhu - terhadap Abu Bakar - rodhiollohu ‘anhu - dan Umar - rodhiollohu ‘anhu - (yang Ali - rodhiollohu ‘anhu - sendiri memutuskan hukuman cambuk kepada kaum yang meyakininya).

Di antara keyakinan orang Syi’ah adalah pengharaman bermuamalat dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah kecuali dengan bentuk taqiyyah, melaknat kaum Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang telah wafat, dan dilarang membayar zakat kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah (lihat ”Haqiqah as-Syi’ah Hatta la Nankhadi” karya ‘Abdullah al-Musili).

Keyakinan bahwa Ali bin Abi Tholib - rodhiollohu ‘anhu - dan para Imam mengetahui rahasia ghaib masa lalu dan akan datang (di Kitab Syi’ah Al Kafi Jilid I hal 261), Imam mereka ma’shum (suci dari dosa dan tak dapat berbuat salah) bahkan dapat menentukan waktu kematian mereka (di Kitab Syi’ah ”Al Kafi” Jilid I hal 258), dapat menghidupkan orang mati (di ”Kitab ’Uyun al Mu’jizat”, hal 28), semua makhluk diciptakan untuk para Imam (Kitab ”’Ilm al-Yaqin fi Ma’rifati Ushul ad-Din”, Jilid II, hal 597).

Para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum Hari Kiamat untuk membalas dendam kepada para perampas hak keKholifahan muslim (Kholifah Pertama Abu Bakar As Shiddiq - rodhiollohu ‘anhu -, Kholifah Kedua Umar bin Khottob - rodhiollohu ‘anhu -, dan Kholifah Ketiga Utsman bin Affan - rodhiollohu ‘anhu -).

Syi’ah percaya kepada kaidah ”Ar-Raj’ah” atau kembalinya roh-roh ke jasad masing-masing (reinkarnasi a la Syi’ah) di dunia sebelum Kiamat saat Imam Mahdi ghaib mereka keluar dari persembunyiannya dan menghidupkan Ali - rodhiollohu ‘anhu - dan anak-anaknya untuk membalas dendam. Mengenai Raj’ah ini dapat dilihat di ”Firaq al-Islamiyah” halaman 207-208.

Keyakinan untuk mencaci maki, menghujat, dan membenci (tasyayyu’) para sahabat Nabi - shollollohu ‘alaihi wasallam - (terutama Abu Bakar Ash-Shiddiq - rodhiollohu ‘anhu -, Umar bin Khottob - rodhiollohu ‘anhu -, dan Utsman bin Affan - rodhiollohu ‘anhu -) dan keluarganya termasuk istri Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam, ‘Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq - rodhiollohu ‘anhu -.

Antara lain disebutkan di ”Dirasat Fil Ahwa’ wal Firaq wa Mauqifus Salah Minha” hal 237, oleh DR Nashir bin Abdul Karim, juga Ash-Shafy dalam Tafsir Al Quran Jilid V, hal 28, ”Ni’matullah al-Jazairy” dalam kitab Al-Anwar an-Nu-maniyah Jilid I hal 53, dan 63, lalu Zainudin al-Bayadhy di Kitab ”Ash-Shirath al-Mustaqim ila Mustahiq at-Taqdim” Jilid II hal 30, dan 129, kemudian Al-Majlisy dalam Kitab ”Bihaar al-Anwar” Jilid XXX hal 237 dan di ”Mir’ah al-”Uqul” halaman 488, serta di dalam Kitab ”Tafsir al’Iyasi” (1/21), al-Barahan (2/208), dan ”ash-Shafi” (1/242).

Syi’ah beranggapan Tuhan dari kaum Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah berbeda dari tuhan mereka (Kitab ”Al Anwar An-Nu’maniyah”, Jilid I, hal 278 karangan Ni’matullah al-Jazairy) dan orang-orang dari golongan Rafidhah mereka (yang sekarang mendominasi Syi’ah), mengkafirkan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Kitab ”Minhaj an-Najah” hal 48 karangan Al-Faidl al Kasyany)

Syi’ah meyakini bahwa para sahabat - rodhiollohu ‘anhu - sepeninggal Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wasallam - menjadi murtad, kecuali Al Miqdad bin Al Aswad, Abu Dzar Al Ghifari, dan Salman Al Farisy (disebutkan di kitab Syi’ah, Ar-Raudhah minal Kafi, Juz VIII hal 245 dan Al-Ushul minal Kafi, Juz II hal 244).

Rukun Imannya adalah:

(1) Tauhid (keesaan Allah)
(2) Al ’Adl (keadilan Allah)
(3) Nubuwwah (kenabian)
(4) Imamah (keimaman)
(5) Ma’ad (hari kebangkitan dan pembalasan) yang disebutkan di Al ’Aqaidatul Imamiyah oleh Muhammad Ridho Mudzaffar.

Dan rukun Islamnya:

(1) Shalat
(2) Zakat
(3) Puasa
(4) Haji
(5) Wilayah (perwalian)

• Syi’ah menggunakan senjata Taqiyyah (berbohong) dengan cara menampakkan sesuatu yang berbeda, untuk mengelabui lawannya (termasuk Ahlus Sunnah wal Jama’ah), bahkan dengan makar, tipu muslihat dan permusuhan. Sesuatu yang amat serupa dengan taktik Yahudi.

Syi’ah percaya akan (kaidah) ”Al Bada’” yakni bahwa baru tampak bagi Allah akan keimaman Ismail (anak Ja’far Ash-Shadiq, imam ketujuh Syi’ah) setelah sebelumnya tidak. Allah dapat salah, namun Imam adalah ma’shum.

Syi’ah membolehkan melakukan Nikah Mut’ah atau menikah berhubungan seks kontrak berjangka waktu tertentu yang disepakati tak untuk selamanya yang pelaksanaannya sangat berbeda persyaratannya dengan pernikahan biasa, bahkan dapat telah ditentukan waktu cerainya sebelum menikah. Dan dapat dilakukan berulang-kali dengan orang yang sama setelah 'cerai', bahkan dengan istri orang.

Antara lain disebutkan di ”Tafsir Minhajus Shodiqin”, Juz II, hal 493) yang telah diharamkan oleh Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wasallam - sendiri yang bahkan diriwayatkan oleh Ali bin Abi Tholib - rodhiollohu ‘anhu - sendiri selain para sahabat lain, di berbagai Hadits.

Bahkan menurut mereka Mut’ah adalah pengganti larangan minuman khamr (disebutkan di ”Ar-Raudhah min al-Kafi” halaman 151 dan ”Wasa’il asy-Syi’ah” (14/438) dan bagi yang tak pernah melakukan mut’ah, akan datang pada hari Kiamat dengan tangan dan kaki yang putus, serta bahwa yang melakukan mut’ah sebanyak empat kali maka sama derajatnya dengan derajat Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wasallam - (disebutkan di ”Manhaj ash-Shodiqin” halaman 356 karya Fathullah al-Kasani).

“Mut’ah itu adalah agamaku dan agama bapak-bapakku. Yang mengamalkannya, mengamalkan agama kami dan yang mengingkari nya mengingkari agama kami, bahkan ia memeluk agama selain agama kami. Dan anak dari mut’ah lebih utama dari pada anak istri yang langgeng. Dan yang mengingkari mut’ah adalah kafir murtad.” (Tafsir Manhaj Asshadiqin Fathullah Al-Kasyani hal.356)

“’Barangsiapa melakukan mut’ah sekali dimerdekakan sepertiganya dari api neraka, yang mut’ah dua kali dimerdekakan dua pertiganya dari api neraka dan yang melakukan mut’ah tiga kali dimerdeka kan dirinya dari neraka.”

Ayatullah Khomeini juga berkata: “Semua bentuk menikmati, seperti meraba dengan penuh syahwat, memeluk , dan adu paha boleh walaupun dengan bayi yang sedang menyusui”. Tahrirul Wasilah 2/216.

Ziarah ke makam Imam Husain adalah lebih utama daripada Haji ke Baitullah (Kitab Wasail asy-Syi’ah, karangan Al-Hurr al-Amily, Jilid I, hal 371).

Al Quran yang sesungguhnya yang ditulis oleh Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ’anhu menurut kaum Syi’ah akan dibawa Imam Mahdi versi Syi'ah- yang sedang bersembunyi sejak lahir ratusan tahun lalu - pada akhir jaman nanti (”Ma Ba’da azh-Zhuhur” halaman 637 yang ditulis Muhammad Shadiq ash-Shadr dan ”Yaum al-Khalash” halaman 373 serta Kitab al-Ghaibah halaman 318) dan bahwa Al Quran telah diubah (lihat ”Al Fashl fi al-Ahwa’ wa al-milal wa an-Nihal” 5/182 dinukil dari al-Jama’at al Islamiyyah oleh Salim al-Hilali halaman 246).

Perbedaan keyakinan akan Imam Al Mahdi:

Imam Al Mahdi bagi Ahlus Sunnah Al Jama’ah bernama Muhammad bin ‘Abdullah (keterangan dari Hadits Rosululloh - shollollohu ‘alaihi wasallam - riwayat Sunan Abu Dawud dan At-Tirmidzy, dishahihkan oleh Al Albani dalam Myskat al Mashabih).

Beliau dari keturunan Hasan bin Abi Thalib, belum dilahirkan, muncul dari arah Timur, memenuhi Bumi dengan keadilan (Shahih Sunan Abu Dawud 4/82) dan kesejahteraan selama 7 atau 8 tahun, menegakkan syari’at Islam, memakmurkan Bumi (Bumi mengeluarkan tetumbuhan, langit menurunkan hujan, ada harta-benda yang banyak, banyak binatang ternak, umat semakin mulia).

Beliau memerangi Yahudi dan Nasrani dan beserta Nabi ‘Isa ’alaihis salaam akan membunuh Dajjal.

Sedangkan Imam Mahdi Syi’ah adalah Muhammad bin Hasan Al Asykari

Dia dari keturunan Husain bin Ali bin Abi Tholib, yang telah dilahirkan tahun 255 Hijriyyah dan sampai sekarang masih hidup namun bersembunyi (Kitab ”Al-Ghummah” Jilid II, hal 236, oleh Al-Arbaly dan dikuatkan Syaikh mereka Abdul Hamid Al-Muhajir), muncul dari Sirdab Samira’, akan tinggal di Bumi selama 70 tahun untuk membalas dendam, menegakkan hukum keluarga Dawud (Bani Israil), akan menyeru keAllahdengan nama Ibraninya (Kitab ”Ushul Al Kafi” Jilid I, hal 398), menghancurkan semua Masjid (Kitab ”Al Gharib” hal 247 oleh Ath-Thusy).

Ia berdamai dengan Yahudi dan Nasrani, dan menghalalkan darah muslim (Kitab ”Bihar al-Anwar”Jilid 52 hal 376).

Doktrin Mahdiyah (perihal al-mahdi) dan Raj’ah (kedatangan kembali) dihubungkan dengan status Imam Mastur (bersembuyi) yang dipercaya akan muncul kembali sebagai Mahdi yang membangun kerajaan Allah menjelang hari Kiamat kelak.

Ajaran ini bagi sebagian kalangan ditengarai memiliki akar dalam ajaran agama Zarathustra/Zoroaster (Majusi) penyembah Iblis Lucifer-Api, yang dianut bangsa Persia sebelum kedatangan Islam yang datang ke Persia pada masa Kholifah Umar bin Khoththob - rodhiollohu ‘anhu -. ‘anhu -.

Yang 'Aneh Tapi Nyata' dari Syi'ah:

Batasan aurat (versi Syi'ah)

Karaki berkata bila kamu menutup kemaluanmu maka benar-benar telah menutup aurat (Al Kaafi 6/501 Tahdzibul Ahkam 1/ 374), sedangkan pantat, yang diangap aurat adalah lobang dubur, bukan dua pantat, dan paha juga bukan termasuk aurat. Shodiq AS berkata bahwa, “Paha tidak termasuk aurat”, bahkan Imam Syi’ah, Al Baqir As, telah mengecat auratnya dan membalut lubang kemaluannya (Jamial Maqosid Lilkaraki 2 / 94. Al Mu’tabar karangan Al Hulli 1 / 222 Muntaha Tolab 1/39, Tahrirul Ahkam1/202,semuanya karangan Al Hulli Madarikul Ahkam 3/191)

Abu Hasan Al Madhi: “Bahwa aurat itu hanya ada dua yaitu lubang depan dan lubang belakang, lubang belakang sudah ditutup oleh pantat, apabila kamu telah menutup keduanya maka berarti telah menutup auratnya, karena selain itu bukan tempat najis, maka bukanlah aurat, seperti betis”.( Al Kaafi 6 / 51, Tahzibul Ahkam 1/374 Wasa’ilusyiah 1/365 Muntaha Tolab 4/269 Al Khilaf karangan Tusi 1/396). Dari Abu Abdullah As berkata: “Paha tidak termasuk aurat” (Tahdhibul Ahkam 1/ 374, Wasa’ilusyiah jilid 1 hal 365).

Kotoran para imam menyebabkan masuk surga

Kotoran dan air kencing para imam bukan sesuatu yang menjijikan dan tidak berbau busuk, bahkan keduanya bagaikan misik yang semerbak. Barang siapa yang meminum kencing,darah dan memakan kotoran mereka maka haram masuk neraka dan wajib masuk surga (Anwarul Wilayat Liayatillah Al Akhun Mulla Zaenal Abiding Al Kalba Yakani : th 1419 halaman 440). Maka silahkan saja para Syi’ah menikmati ini semua.

Kentut dari imam bagaikan bau misik

Abu Jafar berkata : “ciri-ciri Imam ada 10: Dilahirkan sudah dalam keadaan berkhitan, Begitu menginjakkan kaki di bumi ia mengumandangkan dua kalimat syahadat, tidak pernah junub, matanya tidur hatinya terbangun, tidak pernah menguap, melihat apa yang di belakangnya seperti melihat apa yang di depannya, bau kentut dan kotorannya bagaikan misik. (Al Kaafi 1/319) Kitabul Hujjah Bab Maulidul Aimmah)

Ayatullah Khomeini memperbolehkan menyodomi istri-istri

Dalam kitab Tahrirul Wasilah hal 241- masalah ke 11. Khumaini berkata: “Pendapat yang kuat dan terkenal adalah diperbolehkan menyetubuhi istrinya lewat lubang belakang walaupun hal itu sangat dibenci”. Maksud dari "lewat belakang" adalah melakukannya melalui lubang dubur/lubang pantat atau anus. Padahal Rosululloh shollollohu 'alaihi wasallam bersabda: “Terkutuklah siapa-siapa yang menyetubuhi isterinya lewat duburnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah).”

Meminjamkan istri itu untuk ditiduri orang lain itu diperbolehkan

Diriwayatkan oleh Thusi dari Muhamad bin Abi Jafar berkata dihalalkan bagi saudaranya Farji istri-istrinya ia berkata boleh-boleh saja boleh bagi temannya seperti boleh bagi suami terhadap istri sendiri. (Kitabul Istibhsor 3/136)

Diperbolehkan menikmati bayi secara seksual

Ayatullah Khumaini berkata: “Semua bentuk menikmati, seperti meraba dengan penuh syahwat, memeluk, dan adu paha boleh walaupun dengan bayi yang sedang menyusui”. Tahrirul Wasilah 2/216.

Boleh bermain-main dengan kelamin kawan

Al Khui memperbolehkan seorang laki-laki memegang-megang atau bermain dengan aurat laki-laki lain atau wanita bermain dengan alat kelamin wanita lain bila sebatas gurau dan canda sebatas tidak menimbulkan syahwat. (Sirotunnajah fi Ajwibatil istifta’at jilid 3). Nasehat dari kami kepada kaum beriman, terutama kaum perempuannya, berhati-hatilah bergaul dengan para pengikut Al Khui yang ternyata, ‘suka bercanda’ dengan aurat perempuan ini.

Diperbolehkan melihat sesuatu yang diharamkan dari kaca

Mereka memperbolehkan melihat kelamin banci mana yang lebih menonjol untuk kepentingan warisan, mereka berkata ia boleh melihat dengan cermin, yang dilihat adalah bayangan, bukan kemaluannya. (Al Kaafi 7-158).

Jadi melihat kelamin atau aurat banci atau bencong, diperbolehkan Syi’ah, melalui cermin. Dan ini mungkin akan sangat menyenangkan kaum Homoseks atau Gay atau Bisexual.

Muhammad Husein Fadhlullah memperbolehkan melihat wanita-wanita yang sedang telanjang.

Fadhlullah berkata pada kitab Anikah juz 1 hal 66: Seandainya wanita-wanita itu telah terbiasa keluar dengan berpakaian renang maka diperbolehkan melihatnya. Sama juga halnya melihat aurat yang dibuka sendiri oleh si perempuan, seperti di nude club atau kolam renang, pantai dan sebagainya.

Aku (penulis ini adalah Husein Musawi salah satu tokoh Syi'ah yang kemudian bertobat) bertanya pada diriku sendiri : Agama apakah ini? Jika anda bertanya : Apakah boleh seorang laki-laki menyetubuhi seorang perempuan, lalu membiarkan perempuan itu pergi ke pelukan laki-laki lain hanya dengan sekedar mengucapkan beberapa kata tentang harga dan waktu atau tentang berapa kali, atau kaliamt “ aku mut’ahkan diriku kepadamu” (matta’tuka nafsi) tanpa saksi atau wali? Tanpa perlu mempersoalkan apakah perempuan itu memiliki suami ataukah dia itu pelacur? pasti akan dijawab berdasar pada sumber yang terkuat dan terpercaya: boleh, silahkan lihat kitab Al Kafi jilid 5/540.

Mut’ah dan mencumbui anak remaja asal tak memasukkan kemaluan

Diperbolehkan mut’ah dan bercumbu dengan anak gadis bila sudah berumur 9 tahun –dalam riwayat lain 7 tahun- dengan syarat tidak memasukkan kemaluannya ke kemaluan anak perempuan itu karena ditakutkan menjadi aib bagi keluarganya (karena sudah tidak perawan lagi) (Al Kafi jilid 5 hal 462)

Jadi ini dilarang, bukan karena haraam dan bukan karena tidak sesuai dengan akhlak mulia, yang ini justru tidak dikenal dalam Islam. Dan setelah membaca ini silahkan anda membayangkan masa depan akhlak dan perilaku anak perempuan yang dalam umur sekecil ini telah mendapat ‘pengalaman seks” dengan melihat alat kelamin laki-laki dan melihat gerakan-gerakan seks laki-laki, sedang laki-laki itu telah melakukan segalanya kecuali jima’ (coitus), jima’ dimakruhkan dari depan saja, berarti diperbolehkan lewat belakang (anal sex).

Apakah ada orang normal yang memperbolehkan seseorang berbuat demikian pada anak perempuannya, atau saudaranya, bahkan pada seluruh anak perempuan? Cobalah membayangkan perasaan anda, jika saja sekiranya hal itu terjadi pada anak perempuan anda? Bagaimana dikatakan bahwa yang demikian itu adalah perkataan para Imam Ahlul Bait? Syi’ah sekali lagi, memfitnahi Ahlul Bait.

Allah mengunjungi kuburan Husein

Diriwayatkan oleh Kulaini dan lainnya bahwa Abu Abdillah memarahi orang yang mengununginya tapi tidak mau berziarah kekuburan Ali. Dia berkat : “kalau kamu itu bukan orang Syiah aku tidak pernah akan melihatmu. Mengapa kamu tidak mau berziarah ke makam yang diziarahi oleh Allah, malaikat dan para nabi? (Al Kafi 7/580 Tahzibul Ahkam 6/20, Wasa’ilusyi’ah 14/375 Biharul Anwar 25/361 Kamiluziyarot hal 38 kitabul Mazar hal 19).

Mendengar hal ini, salah seorang sahabat Abu Abdillah berkata demikian “Demi Allah, saya berangan-angan seandainya saya menziarahi kubur Ali dan tidak pergi melaksanakan Ibadah Haji (Al Kafi jilid 4/583).

Barang siapa haji berulang-kali maka dikunjungi Allah

Barang siapa telah berhaji lebih 50 kali maka setiap hari Jum’at dikunjungi oleh Allah. (Faqih man la Yahdhuruhul Faqih 2/217 Wasa’ilusyi’ah 11/127 )

Meminta pertolongan dari para Nabi dan Malaikat dalam sholat

Ucapkanlah pada akhir sujudmu, “Yaa Jibril, yaa Muhammad (diulang-ulang)!! berikan saya kecukupan, sesungguhnya kalian berdua yang memberikan kecukupan dan jagalah saya dengan ijin Allah karena kalian berdua menjaga saya.” (Al kafi 2/406)

Perilaku seperti ini sayang sekali juga ada terdapat pada sekelompok orang yang mengaku Ahlus Sunnah wal Jama'ah (Sunni) juga terhadap mereka yang dianggapnya sebagai orang suci, Habib, Wali, dan lain-lain, bahkan Nabi, misalnya di kuburan mereka atau di tempat lain. 

Ini bahkan diajarkan oleh oknum dari mereka yang mengaku sebagai Ahlul Bait, Wali, Syaikh, Kyai, dan sebagainya. Dan kemungkinan besar, setelah interaksi berabad-abad, maka memang ini terjadi karena dipengaruhi paham Syi'ah ini, yang paham Syi'ah ini, sebagaimana sejarahnya, juga dipengaruhi aneka akidah lain di luar Islam. Juga di wilayah Indonesia dan sekitarnya.

Berlindung kepada makhluk dan berbuat dengan nama makhluk

Riwayat Al Kulaini. Dari Abi Abdillah ia berkata, “Aku berlindung pada Rasulullah dari kejelekan dan kebaikan yang kamu ciptakan” (Al Kafi 2/391). Dari Ali Ja’far ia berkata, “Bila seseorang sedang sakit maka ucapkanlah (dengan nama Allah, dengan Allah, dengan utusan Allah).” (Al Kafi 2/412)

Imamah menurut Syiah Rafidhoh

Imamah adalah sebuah jabatan yang ditentukan dari Allah. Allah telah memilih seorang Nabi dan menentukannya, begitu juga Allah memilih seorang Imam dan mengangkatnya. (Ashlus Syiah wa ushuluha hal. 58).

Maka menurut Syi’ah, Allah telah memilih Ali bin Abi Tholib, rodhiollohu ‘anhu. Akan tetapi ternyata dalam sejarah, Ali rodhiollohu ‘anhu berkali-kali menolak menjadi Kholifah dan mengatakan untuk meinggalkan beliau dan mencari selain berlia dan bahwa cukuplah menjadi wakil/pembantunya, yang itu lebih baik daripada menjadi Imam/Khalifah, sampai akhirnya terpaksa menerima jabatan itu, setelah Kholifah Utsman bin Affan, rodhiollohu ‘anhu, dibunuh kaum Khawarij. Lalu tentu pula menurut Syi’ah, Allah telah memilih Al Hasan rodhiollohu ‘anhu, cucu dari Rosululloh shollollohu ‘alaihi wasallam, sebagai Imama. 

Tetapi ternyata dalam sejarah yang sangat jelas, Al Hasan menyerahkan kepemimpinan/imamah kepada seseorang Sahabat yang dianggap sebagai musuh bebuyutan syiah, yaitu Muawiyah, rodhiollohu ‘anhu. Dengan demikian, maka Ali dan Hasan, rodhiollohu ‘anhum, ternyata justru telah merontokkan prinsip Imamah Syiah, sejak dari pondasinya, sejak awal.

Kepercayaan memakan debu dan kerikil kuburan al Husain

Abas Alqummi berkata: “Para ulama melarang memakan debu dan tanah, kecuali yang berasal dari kuburan Husain. Sebatas untuk pengobatan bukan untuk menikmati dan ini hanya sebatas biji kecil, lalu diletakkan dimulut dan ditelan dengan air secukupnya sambil berdoa ya Allah berikan rizqi yang luas yang bermanfaat dan disembuhkan dari berbagai penyakit (Mafatihul Jinan 547) Kita pantas takut bahwa rizki yang luas itu ternyata berupa sakit keras, setidaknya karena batu-batuan itu merusak ginjal dan lain-lain organ tubuh normal manusia.

Khasiat debu Kuburan Husain adalah seperti Madu

Tanah pusara Husain menurut kepercayaan mereka berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit, dan menghilangkan rasa takut, bila diminum orang yang sakit akan menjadi sembuh, bila diletakkan bersama jenazah dalam liang lahat maka dia akan aman dari siksaan kubur, bila dibawa seseorang dan dimain-mainkan maka dia mendapatkan pahala orang yang bertasbih, karena tanah itu dapat bertasbih sendiri (Biharul Anwar 11/118/140 Amali Tusi 1/326 Wasa’ilusyi’ah 10/415).

Abu Abdullah berkata: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan debu kakekku Husain suatu obat dari segala penyakit dan menghilangkan rasa takut, jika salah seorang kalian memegangnya, maka hendaknya dicium, diletakkan di matanya dan menyapu dengan debu itu seluruh badannya sambil berdoa : Yaa Allah, dengan hak tanah ini dan Hak yang tinggal di dalamnya.” (Amali Tusi 1/326)

Seperti orang Kristen

Suatu ketika istri Amirul Mu’minin datang dan berkata sambil menangis: “Wahai Amirul mu’minin sesungguhnya saya telah berzinah, maka bersihkanlah saya” Ali pun berkata dengan suara keras, “wahai para manusia sesungguhnya Allah telah menjanjikan para Nabi dan Nabi menjanjikanku untuk melarang orang yang terkena hukuman untuk melakukan hukum cambuk , dan barang siapa punya kesalahan seperti perempuan ini maka jangan ikut mencambuk.” Maka seluruh manusia yang berkumpul di situ pergi meninggalkan tempat selain Ali, Hasan dan Husein, lalu mereka bertiga menghukum cambuk perempuan itu. Kulaini berkata: termasuk yang ikut pergi adalah Muhammad bin Ali bin Abi Tolib. (Al Kafi jilid 7 hal 178)

Hal ini sama kiranya seperti yang tercantum dalam Perjanjian Baru dari Alkitab di Yohanes: 88:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."

Hamil dan melahirkan secara luar biasa

Imam Hasan Asykari berkata: “Sesungguhnya kami para penerima wasiat Imamah tidaklah dikandung didalam perut melainkan di pinggang dan tidak dilahirkan lewat rahim melainkan lewat paha sebelah kanan karena kami titisan cahaya Allah yang bersih dan tidak terkena kotoran sama sekali”. (Kamaluddin 390, 393 Biharul Anwar jilid 51 hal 2, 13,17, 26 , Itsbatul Hudat jilid 3 hal 409,414 I’lamul Wara hal 394 Dala’ilul Imamah 264). Betapa mirip hal ini dengan keyakinan Kristen tentang kehamilan yang suci.

Kepercayaan tentang sebuah penebusan

Umar bin Yazid berkata: “Saya berkata pada Ali Abdillah As. Tentang firman Allah Saw (Allah hendak mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu maupun yang akan datang)” Surat Al Fath ayat 2. Ia berkata: “Dia tidak berdosa dan tidak pernah berniat untuk berbuat dosa, tapi Allah membebankan dosa-dosa mereka pada Nabi, kemudian Allah mengampuninya” (Biharul Anwar 17/76). Serupa sekali dengan kepercayaan Kristen mengenai penebusan dosa yang diajarkan Paulus, seorang Yahudi pengacau, yang sebenarnya justru berlainan dengan yang diajarkan oleh Yesus (atau yang dengan sejumlah catatan penting adalah hampir serupa dengan Nabi 'Isa 'alaihis salaam). Lihatlah:

GALATIA 3:13 Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"

Menurut ajaran Paulus di atas, Yesus disalib untuk menebus dosa-dosa manusia. Tuhan – versi mereka – menebus dosa manusia ciptaannya dengan cara mengorbankan ‘salah satu bentuknya jelmaannya’ atau – yang mereka yakini sebagai - ‘anaknya’ yakni Yesus.

Dalam sudut-pandang Islam, ini adalah ajaran yang sangat sesat dan tak berdasar, tentu saja, dari banyak sekali dalil, karena bahkan dalam ayat dalam surat yang pendek seperti Al Quran Surat Al Ikhlas ayat 1-4 pun sungguh tak perlu Tuhan yang Perkasa yang tak sama dengan perkiraan manusia yang manapun, sampai memerlukan mempunyai anak, atau menjadi anak siapapun, apalagi sampai menebus dosa makhluk ciptaanNya sendiri.

Mengapakah manusia hina yang berdosa, namun Tuhanlah yang menebusinya? Atau bahkan ‘mengorbankan anaknya’? Kepada siapa anak itu dikorbankan oleh ‘tuhan’ itu?

Apapun juga, ajaran Paulus ini bertentangan dengan ajaran Taurat dan Yesus berikut ini:

YEHEZKIEL 18:20 Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.

MARKUS 10:14 Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. (lihat juga MATIUS 19:14).

Menurut Yehezkiel, setiap orang akan menanggung akibat perbuatannya masing2. Bahkan menurut Yesus sendiri, anak-anak adalah pemilik kerajaan surga, yang berarti keadaan mereka adalah suci tanpa dosa. Bagaimana mungkin anak-anak yang suci tanpa dosa harus ditebus pula dosanya?

Musa Al Kazim mencegah kemarahan Allah

Musa Al Kazim (seseorang yang diakui sebagai Imam bagi Syi’ah) berkata: “Sesungguhnya Allah murka pada kaum Syiah. Kemudian Allah menyuruh saya memilih diri saya ataukah mereka, maka demi Allah, aku selamatkan mereka dari kemurkaan Allah (Al Kafi 1/260).

Bandingkanlah dengan ajaran di Alkitab ini, bahwa Tuhan kalah dalam pergumulan dengan manusia yang bernama Yakub (pemimpin Israil) dan pergi menghindari penakluknya (Kitab Kejadian pasal 32 ayat 28)

Fatimah adalah Tuhan yang berwujud seorang wanita

Amiril Mu’minin berkata: “Fatimah bukan wanita biasa melainkan seorang wanita titisan Tuhan. Tapi dia memiliki sifat manusia seutuhnya. Ia adalah Wanita dari kerajaan besar yang menampakkan diri dengan wujud manusia bahkan dia adalah eksistensi tuhan yang berwujud seorang perempuan. (Al Wasilah ilallah karangan Ibrahim Al Ansari hal-7)

Bandingkanlah dengan ajaran Paulus, seorang Yahudi pengacau, di sini, Yesus itu adalah Tuhan dan kita hidup karena ia, di 1 KORINTUS 8:6: Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.

Menurut ‘ayat suci’ buatan Paulus di atas, Yesus adalah Tuhan. Padahal, Yesus sendiri sama sekali bukan Tuhan dan tidak pernah sama-sekali menyatakan dirinya sebagai Tuhan. Kata-kata Yesus dalam Injil-injil kanonik yang diakui Kristen sampai saat ini justru menunjukkan bahwa ia hanyalah seorang utusan Allah kepada umat Israel, sebagaimana berikut di ULANGAN 4:35, MATIUS 15:24, MARKUS 12:29-30, YOHANES 17:3, ULANGAN 6:4, YESAYA 46:9.

Kedudukan para Imam Syi’ah yang (didudukkan oknum Syi’ah menjadi) amat sangat tinggi sekali

Taat kepada Ali dan Fatimah lebih penting daripada taat kepada Allah


Dalam mukadimah tafsir Al Burhan tercantum: Bahwa Allah berfirman Ali bin Abi Tholib adalah hujjahKu di atas ciptaan-Ku. Saya tidak akan memasukkannya ke neraka siapa yang memberikan haknya walau dia mendurhakai-Ku dan tidak akan saya masukkan surga orang yang mengingkarinya walau ia taat pada-Ku (Al Burhan hal 23).

Sesungguhnya Allah akan memasukkan ke dalam surga siapa saja yang mentaati imam Ali WALAUPUN IA MENDURHAKAI ALLAH, dan sesungguhnya Allah akan memasukkan neraka siapa saja yang menentang imam Ali WALAUPUN IA MENTAATI ALLAH TA’ALA. (Lihat kitab “Kasyful Yakin fi Fadhail Amiril Mukminin” karya Hasan bin Yusuf Al-Muthahhir Al-Hulli)

Mereka berkata: “Seungguhnya ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, dialah yang membagi surga dan neraka. Dia akan memasukkan penduduk surga kedalamnya dan penduduk neraka kedalamnya.” (Kitab “Bashair Ad-Darajaat” karya Ash-Shaffar, 8/235)

“Sesunggunya Fathimah radhiallahu ‘anha adalah titisan tuhan yang menjelma dalam bentuk seorang wanita.” (Kitab “Al-Asrarul Fathimiyyah” karya Muhammad Al-Mas’udi, hal.355).

Mereka (para Imam) adalah penyebab terciptanya langit dan bumi

Langit dan bumi diciptakan untuk Ali begitu juga Shiratal Mustaqim, pintunya dan tali penghubung antara Allah dan hamba-hambanya seperti para Rasul Nabi , para Haji dan para wali. (Al Wafi 8/224).

Para Imam Syi’ah adalah pemilik dunia

Allah telah menciptakan segala sesuatu di bumi ini dan menyerahkan pengelolaannya kepada Ali dan keluarganya. Mereka dapat menghalalkan dan mengharamkan apa saja yang mereka kehendaki, karena kehendak mereka adalah kehendak Allah (Al Kaafi /365).

Para Imam adalah pemilik dunia dan akhirat

Dunia dan akhirat itu milik imam, dia bebas memberikannya pada siapa saja. (Al Kaafi 1/337).

Selain anak Syi’ah adalah anak haraam

Bahwasanya Allah memandangi para penziarah kuburan Husain pada sore hari Arafat sebelum melihat pada jamaah haji yang sedang wukuf. Abu Abdillah berkata: “Karena di Arafah terdapat anak haram sedangkan di kuburan Husein tidak ada anak haram di sana (karena selain Syi’ah adalah anak haram) (Kitab Al Wafi jilid 2 - juz 8 hal 222)

Maksud anak zinah atau anak haraam bagi Syiah ini adalah kaum muslimin yang selain Syi’ah. Bahkan dalam Al Kafi jilid 8 hal 285: Setiap orang adalah anak zinah kecuali Syiah.

Dalam tafsir Ayyasyi jilid 2 hal 218 dan Al Burhan jilid 2 hal 139: Setiap anak yang lahir di tunggui oleh iblis, bila yang lahir itu berasal dari kelompok Syiah maka terjaga dari iblis, bila bukan dari kelompok Syiah maka syetan meletakkan jari-jarinya pada lambung belakang anak laki-laki agar kelak menjadi orang tercela dan bila kelamin perempuan agar kelak menjadi pelacur.

Ahlul Bait adalah pengabul doa

Barang siapa berdoa kepada Allah dengan perantara Ahlul Bait maka akan mendapatkan keuntungan dan sebaliknya sampai para Nabi pun terkabulkan karenanya apabila bertawasul dengan Imam Ahlul Bait. (Biharul Anwar : 23/103)

Nabi Yunus durhaka terhadap Ali

Nabi Yunus dimakan ikan paus hanya karena dia mengingkari Imamah Ali bin Abi Tolib, setelah dia percaya maka dikeluarkan oleh Allah. (Biharul Anwar jilid 26 hal 333).

Allah disembah karena Imam Syi’ah

Karena perantaraan Imam pohon bisa berbuah dan buah masak di pohon. Karena perantaraan merekalah sungai mengalir, karena mereka pula hujan turun dari langit dan rumput tumbuh di permukaan bumi. Jika tidak ada para imam niscaya Allah tidak akan disembah. (Al Kafi jilid 1 hal 112)

Para Imam adalah Sholat yang diperintahkankan oleh Allah

Dalam Al Kafi diterangkan mengenai makna atau tafsir dari Ayat Al Quran dalam surat Al Muddatstsir ayat 42-43:

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.

Maka tafsir Syi’ah akan surat itu adalah: Kita tidak mengakui keimamahan Ali dan para Imam dari keturunannya. Kita dulu tidak menjadi pengikut para Imam. (Al Kafi jilid 1 hal 347-360)

Tak ada yang mengumpulkan Al Quran kecuali para Imam

Alquran diturunkan terdiri dari 17 ribu ayat (Al Kafi 2/463). Al Majlisi dalam Mir’atul Uqul mengatakan bahwa riwayat ini terpercaya. Jadi menurut Syi’ah, Al Quran yang asli, adalah berbeda dengan Al Quran yang dikenal saat ini, yang Al Quran yang digunakan kaum Muslimiin memang tidak terdiri dari 17.000 ayat.

Para imam itu lebih utama dari para Nabi Allah. Derajat mereka lebih tinggi daripada para Malaikat, Nabi, Rasul

Para Imam memiliki kedudukan mulia dan kekuasaan atas makhluk, seluruh atom di alam ini tunduk pada mereka. Posisi ini tidak dicapai oleh malaikat maupun para Nabi. (Kitab Al Hukumah Al Islamiyah karangan Ayatullah Khomeini di halaman 52)
Allah telah mengusapkan tangan kanannya pada keluarga Ali dan memberikan cahayaNya pada mereka

Tak ada keselamatan kecuali kalian wahai keluarga ali, tidak ada tempat selain dari kalian wahai mata Allah yang melihat (Biharul Anwar: 94/37). Kalian adalah kesembuhan utama dan obat yang menyembuhkan bagi yang meminta kesembuhan pada kalian. (Biharul Anwar jilid 94 hal 33).

Para Nabi bertawasul pada para imam dalam berbagai doa dan permintaan mereka

Ketika nabi Nuh hendak tenggelam, ketika Nabi Ibrahim dilempar ke api, Nabi Musa hendak menyeberangi laut, Nabi Isa akan dibunuh oleh orang Yahudi semuanya bertawasul dengan para Ahlul Bait untuk keselamatan mereka (Biharul Anwar 26/325 Wasa’ilusyi’ah jilid 4 hal 1134).

Majlisi berkata: Allah hanya disembah, dikenal dan diesakan dengan perantaraan para Imam. (Biharul Anwar jilid 23 hal 103)

Yang mengabulkan doa adalah Mahdi bukan Allah

Para imam berkata apabila kalian punya keinginan kepada Allah tulislah sebuah tulisan pada sesobek kertas dan letakkan pada salah satu kuburan keluarga Ali atau bungkus dan masukkan sedikit tanah yang bersih dan letakkan di sebuah sungai, sumur yang dalam atau oase padang pasir, pasti akan sampai pada Mahdi kemudian akan dia sendiri yang mengkabulkan apa yang akan menjadi kehendakmu. (Biharul Anwar 94/29)

Berarti Majlisi dengan kata lain berpendapat bahwa yang mengabulkan doa dan permohonan manusia bukanlah Allah tapi Imam Al Mahdi ’alaihissalam.

Ali terbang di atas mega awan

Diriwayatkan oleh Hasyim Albahroni dari Ali As bahwa Ali pernah mengendarai awan terbang berputar mengelilingi tujuh bumi. (Madinatul Maajiz 1/542)

Kelompok Yazid bin Muawiyah mendatangi Ali bin Husein, mereka menemukan Ali sedang mengendarai awan. (Madinatul Maajiz 4/256)

Juga dari Thoba Thaba’i berkata: “Allah telah menguasakan awan pada Ali maka ia berjalan dari dunia timur ke barat.” (Tafsir Al Mizan 13/372).

Halilintar dan kilat dibawah kehendak dan aturan Ali

Dari Abdillah bin Qoosim bin Sama’ah bin Mihron berkata waktu itu aku berada di dekat Abi Abdillah tiba-tiba langit berkilat dan berpetir, Abu Abdillah berkata petir ini tidak pernah ada kecuali atas perintah teman kalian. Saya berkata, siapa teman kita? ia berkata Amirul Mu’minin As. (Al Ikhtishos Lil Mufid hal : 327).

Mentalkin Mayat menggunakan nama-nama para imam

Hendaknnya mayit itu di talkin dengan dua syahadat dan menyebut nama-nama imam. Setelah di letakkan di dalam kubur dan sebelum diletakkan bata di lahat dengan mengucapkan:

Wahai fulan anak fulan ingatlah janji pada waktu kamu meninggalkan dunia suatu kesaksian bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah yang maha Esa dan tidak ada yang menyekutukannya dan sesungguhnya Muhammad itu hambamu dan utusanmu dan sesungguhnya Ali adalah pimpinan orang-orang mukmin juga Hasan Husein dan menyebutkan para imam sebagai imam yang memberi petunjuk dan baik-baik. (Anmihayah hal 38).

Para Imam adalah Asmaul Husna

Para imam adalah Asma’ul Husna (Nama Allah yang Mulia) mereka adalah lidah Allah, Wajah Allah, Mata Allah, Pinggang Allah, merekalah tangan Allah yang serba bisa. (Al Kafi jilid 1 hal 113)

Yang mengenal Imam berarti beriman

Barang siapa mengenal para imam berarti beriman dan barang siapa mengingkari maka kafir. (Al Kafi 1/144).

Ali menentukan siapa yang masuk Neraka dan Surga

Sesungguhnya sayalah (Ali) yang ditugasi membagi masuknya orang ke surga dan neraka. (Al Kafi : 1/ 153).

Dunia dan Akhirat adalah milik para Imam

Dunia dan akhirat adalah milik Imam, terserah, mau diberikan sama siapa saja itu terserah pada para Imam. (Al Kafi 1/337)

Mereka yang menguasai kunci kekayaan yang ada di bumi, kapan saja boleh mengeluarkan emas-emas yang ada di dalam tanah itu. (Al Kaafi 1/394)

Thowaf pada kuburan Nabi dan Imam

Diperbolehkan Thowaf pada kubur Nabi dan kubur para Imam. (Al Kafi jilid 1 hal 287)

Para Imam mengetahui rahasia langit dan bumi

Para imam mengetahui apa yang ada dilangit, bumi, surga, neraka , mereka mengetahui apa yang telah terjadi dan semua yang terjadi kemudian ciptaan Allah dan yang akan diciptakan. (Al Kafi jilid 1 hal. 204)

Para Imam mengetahui ucapan makhluk

Mereka mengetahui seluruh ucapan-ucapan manusia, burung, binatang dan segala yang bernyawa Barang siapa tidak bersifat demikian maka dia bukan Imam. (Al Kaafi 1/225).

Para Imam mendapatkan wahyu

Para imam mendapatkan wahyu yang seperti diceritakan oleh Abi Jafar ia berkata : “Allah tidak akan menurunkan ilmu kecuali kepada keluarga Nabi dengan perantara Jibril as” (Al Kaafi 1/330).

Pengetahuan Imam itu sempurna

Pengetahuan mereka telah sempurna sejak mereka dilahirkan. Riwayat dari Ya’kub Assiroj suatu ketika ia masuk ke rumah Abi Abdillah as ia sedang duduk didekat kepala Abi Hasan Musa saat dia masih bayi,dia berbisik-bisik dengan Abul Hasan lama sekali, aku pun diam hingga mereka berdua selesai berbisik-bisik. Aku pun mendekatinya, lalu ia berkata padaku “mendekatlah pada tuanmu berikan salam padanya “ maka aku mendekat dan memberi salam ia (anak) menjawab dengan fasih kemudian ia berkata padaku, pulang dan gantilah nama anak perempuanmu yang kamu namai kemarin, nama itu benci oleh Allah. Kemarin aku meberi nama anakku dengan Humaira’ (Al Kaafi 1/247).

Bagaimana seorang anak kecil dalam gendongan dapat mengerti nama-nama yang dibenci Allah, termasuk Humaira’? Dia tidak mungkin tahu jika tidak mendapat wahyu dari Allah. Inilah kekafiran dan kemurtadan. Karena oarng yang yakin bahwa ada yang mendapat Wahyu setelah Nabi adalah kafir.

Ingatlah perang Riddah, Abubakar As Shiddiq RA memerangi Musailamah Al Kazzab karena dia mengaku mendapat wahyu. Ali ikut dalam peperangan itu bahkan mendapat bagian seorang budak dari rampasan perang, yang akhirnya melahirkan anaknya yang bernama Muhammad ibnu Hanafiyah.

Para Imam diajarkan hal-hal yang ghoib dari Allah

Sementara para imam mengetahui seluruh perkara ghoib, tapi menurut mereka Allah tidak meiliki ilmu secara mutlak, tapi Syi’ah berpendapat bahwa Allah bisa saja mengetahui hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Setelah Musa Al Kazim wafat, Allah emngetahui hal baru yang tidak diketahui oleh Allah sebelumnya Allah tidka pernah disembah dan diagungkan seperti ketika dikatakan bahwa Allah memiliki sifat kebodohan seperti ini (Al Kaafi jilid 1 hal 113).

Karena jika Ilmu Allah itu mutlak maka Dia Maha mengetahui segala sesuatu, baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi kemudian. Dalam Al Kafi jilid 1 hal 263 dikatakan: Allah mengetahui sesuatu yang baru tentang Abu Ja’far yang sebelumnya(Allah) tidak tahu.

Ini berarti Allah bukan Maha Tahu, menurut Syi’ah, karena jika Allah Maha Tahu, pasti mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang baru saja diketahui oleh Allah.

Seorang Imam mengetahui penggantinya

Seorang Imam tidak akan wafat sebelum mengetahui siapa penggantinya. (Al Kafi jilid 1 hal 218).

Para Imam mengetahui seluruh yang telah terjadi dan yang belum terjadi, tidak ada yang tersembunyi bagi mereka. Inilah perbedaan antara Imam dan Nabi,para Nabi mengetahui kejadian yang lampau dengan wahyu Allah dan tidak mengetahui masa depan kecuali yang diwahyukan dari Allah saja. Para imam mengetahui kapan mereka mati, merka tidak mati kecuali atas kehendak mereka sendiri.

Dan lain-lain kegilaan ajaran Syi'ah, yang bahkan mengklaim membela Ahlul Bait Nabi namun sebenarnya menunggangi dan menipu Ahlul Bait Nabi. Sayang, sudah ada sebagian kalangan ini, yakni kaum Habaib, Syarif, Sayyiid, yang terperosok ke jebakan Syi'ah, bahkan pro Syi'ah.

artikel republish

Tidak ada komentar: