Manhaj, Makhluq Apakah Itu?

Barang kali anda sering dengar kata tersebut diucapkan oleh orang disekitar anda.

Namun pernahkah anda bertanya makhluq apakah manhaj itu?

MANHAJ adalah metode, jadi metode berpikir, metode berdalil, metode bersikap, metode beramal, metode berbeda pendapat, metode beribadah, dan lain sebagainya.

Namun sayangnya, saat ini terjadi eksploitasi tanpa batas terhadap kata manhaj. Dianggap manhaj itu adalah sikap yang selalu lantang ketika berbicara, keras ketika berpendapat, lempeng dalam bersikap, dahulu sebagian orang memberikan pendekatan ceroboh terhadap arti kata manhaj dengan slogan " Salafy tanpa basa basi".

Slogan ini sempat booming, walaupun sejatinya jauh dari dalil apalagi kebenaran. Kesantunan, basa basi, dan lemah lembut selama tidak keluar dari batasan syariat, kenapa tidak?
Manhaj, Makhluq Apakah Itu?

Sebaliknya sikap lugas tanpa kenal basa basi, bisa saja tercela, karena bisa jadi itu semua hanyalah kedok bagi kemalasan berpikir belaka..

Padahal manhaj dalam berbagai hal di atas atau lainnya sering kali bersifat luwes, namun tetap pada batasan yang benar, dan banyak ulama' menekankan bahwa manhaj yang benar adalah yang moderat, ndak kaku dan juga ndak lepas kontrol.

Yang sering disayangkan, banyak orang jerit jerit : manhaj, manhaj, manhaj, namun sejatinya itu hanyalah kedok dari kegagalan paham atau kegagalan dalam menempatkan diri dihadapan tuntutan perubahan kondisi dan perkembangan fakta, atau upaya untuk memaksakan pemahaman dan kemauan sendiri kepada orang lain.

Ahlul bid'ah, bahkan orang kafir sekalipun tidak semuanya dimusuhi, atau dijauhi. Ada dari mereka yang lebih bijak bila dirangkul, dan ada pula yang sepatutnya dijauhi.

Namun siapakah yang berhak menentukan sikap yang tepat?

Jawabnya : masing masing ulama' menentukan sikapnya selaras dengan kapasitas keilmuannya masing-masing. Dengan demikian bisa jadi antara satu ahli ilmu dengan yang lain berbeda sikap dan analisa.

Analisa Anda, dan kesimpulan guru anda, bukanlah dalil yang harus saya ikuti, sebagaimana sebaliknya juga demikian, analisa saya bukan dalil yang harus anda amini, apalagi oleh guru anda.

Jadi ndak perlu sewot kalau saya ndak ngikuti anda atau guru anda, sebagaimana saya juga tidak boleh baper kalau anda tidak ngikuti saya, jadi santai aja lagi.
___

Oleh: Ust. Dr. Muhammad Arifin Badri, MA. حفظه الله تعالى
republish by admin from whatsapp group dakwah

Tidak ada komentar: