KEBERKAHAN BERSAMA ORANG TUA

Pertanyaan:
Apakah makna hadits Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam “…keberkahan bersama orang tua (KIBAAR) di antara kalian.” ??

Jawab:
Keberkahan ada bersama orang yg telah tua di antara kalian, serta kebaikan ada pada orang tua. Dan perkataan “ORANG TUA” ada dua macam:

Makna yang PERTAMA, yang dituakan dalam masalah ilmu.

Mereka dituakan dengan sebab ilmu mereka, yang berdasar pada Al Qur-an dan As Sunnah, walaupun mereka orang-orang yang berusia muda. Maka keberkahan ada bersama mereka. Jika dimana saja kalian bertemu orang yang ‘alim tentang Al Qur-an dan As Sunnah, dan orang tersebut mengajarkan Al Qur-an dan As Sunnah, serta mengajarkan Manhaj As Salaf As Shalih, ketahuilah bahwa mereka adalah ORANG TUA.

Keberkahan ada pada mereka yang lebih tua dikalangan mereka. Maka setiap yang menyeru kepada Al Qur-an dan As Sunnah dgn jujur dan tanda kejujurannya adalah Manhaj Salaf, maka mereka dikatakan Kibaar. Kemudian Para Kibaar ini bertingkat-tingkat sesuai dengan usia dan ilmu yg mereka miliki.

Makna yang KEDUA, yang tua dari sisi usia walaupun dia tidak memiliki ilmu, maka kebersamaan dengan mereka adalah suatu keberkahan dan kebaikan. Karena sekiranya mereka terluput dari ilmu syar’i, namun mereka tidak luput dari hikmah yang mereka pelajari dalam kehidupan di dunia.

Oleh sebab itu wahai saudaraku, sesungguhnya para pengekor hawa nafsu (Ahlul Hawa) menjauhi Para Ulama Kibaar dan Para Orang Tua. Karena Ahlul Hawa mengetahui bahwa Para Ulama Kibaar menghadang segala jalan-jalan syubuhat Ahlul Hawa. Dan Para Orang Tua dari sisi usia membimbing para pemuda kepada kebaikan dengan fitrah dan pengalaman mereka.

KEBERKAHAN BERSAMA ORANG TUA

Saat ini sebagian Para Orang Tua mengingkari apa yang terjadi berupa pemberontakan kepada penguasa dan pencelaan kepada penguasa bukan atas dasar ilmu syar’i, akan tetapi dari hikmah pengalaman hidup mereka.

Ketika pengekor hawa nafsu itu mengetahui bahwa penghalang yang menghalangi antara Ahlul Hawa dan para pemuda tidak lain adalah Para Orang Tua, maka Ahlul Hawa mulai mencela orang tua dan mencela Para Ulama. Mereka memberikan gelar, mensifati mereka dengan buruk dan menjauhi mereka.

Dan mereka menjauhkan para pemuda dengan Para Orang Tuanya. Mereka berkata: “Bapakmu memang sesepuh, namun dia buta! Tinggalkan saja dia! Mari bersama para pemuda lainnya.”

Hingga datang pada diri seorang pemuda saat mendatangi ayahnya tanpa ada penghormatan. Ayahnya berkata memanggilnya: “Wahai anakku,,, wahai anakku,,!!” Lalu anak itu merasa ayahnya miskin tidak mengerti apa-apa, lalu dia mengikuti para pengekor hawa nafsu.

Sampai ada sebagian pemuda bertemu keluarganya di rumah, seakan-akan dia seperti seekor singa. Jika dia mengucapkan salam kepada orang tuanya yang sedang duduk, dia ucapkan dengan penuh kedengkian. Kemudian dia langsung masuk kamarnya, lalu keluar lagi berkumpul bersama kawannya. Demi Allah, ini adalah perbuatan Ahlul Hawa.

Adapun Ahlus Sunnah memerintahkan agar senantiasa bersama Para Kibaar. Bersama Para Kibaar dari Para Ulama dan bersama Para Kibaar dari Para Orang Tua untuk mengambil faedah dari pengalaman-pengalaman mereka dan memuliakan mereka.

Demi Allah, hanyalah orang yang mulia yang memuliakan orang yang telah tua, dan tidak ada yang meremehkan mereka melainkan orang yang terhina.

Maka keberkahan ada bersama Para Kibaar. Baik dari sisi ilmu maupun dari sisi usia. Barangsiapa yang menginginkan keberkahan maka hendaklah dia berusaha untuk senantiasa bersama Para Ulama Kibaar dan juga bersama orang yg sudah berusia tua. Memuliakan dan menghormati mereka dan mengetahui kedudukan mereka.

Wallahu Ta’ala ‘Alam.

(Tanya-Jawab bersama Syaikh Prof. DR. Sulaiman Ar Ruhaily -hafizhahullah-)
Diterjemahkan oleh: Tim Penerjemah.

Sumber: Facebook Masjid Imam Ahmad bin Hanbal Bogor

Tidak ada komentar: