Pemahaman Tauhid yang salah awal penyimpangan terjadi

Sepulang dari Colorado, kemumetan Sayyid Qutb mencapai level maksimal. Ia menjadi takfiri sejati dan kelak menjadi inspirator bagi para jihadist mumet abad ini. Demikian pula halnya, orang2 seperti Ulil pulang dari Amerika membawa kemumetannya tersendiri. Qutb di sayap kiri, Ulil di sayap kanan. Yg menarik adalah ... apakah yg membuat keduanya melenceng keluar jalur?

Siapapun yg pernah merasakan hidup di negara barat, jika ia hanya melihat dari kacamata materialistik, maka ia akan menyimpulkan persis seperti yg dikondangkan si mbah waktu masih jadi presiden: “Tidak penting apa agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang. Orang tidak akan pernah tanya apa agamamu” ... Pemahaman seperti ini hanya mungkin ada pada orang2 yg tauhid-nya oleng. Para olengiyun ini, apalagi jika terbiasa hidup di lingkungan tradisional, pasti akan terjegagik takajuik melihat banyak kebaikan dan hal positif di barat yg sangat mungkin tak ditemui di negeri-nya. 

Pemahaman Tauhid yang salah awal penyimpangan terjadi

Pada titik inilah, orang tsb sangat mungkin berubah menjadi liberal atau bahkan mungkin atheis. Orang2 liberal atau pluralis seperti Ulil ini, tidak lagi melihat pentingnya aqidah, sehingga pada gilirannya mereka melihat syariat islam sebagai sesuatu yg merepotkan atau bahkan ancaman. 

Kenapa harus islam, kenapa mesti berhijab kalau tanpa itu bisa berbuat kebaikan, kalau tanpa itu bisa hidup damai sejahtera? Begitu coloteh mereka, kaum oleng.

Bagaimana dengan Sayyid Qutb? Qutb adalah seorang sufi-asy'ariyyah, yg tak diragukan lagi penyimpangan aqidahnya. Penyimpangan itu membawa Qutb tersesat dalam memahami pokok tauhid uluhiyah; ia membelokkan prinsip tauhid 'tidak ada ibadah kecuali kepada Allah' menjadi 'tidak ada ketaatan kecuali kepada Allah'. Dengan penafsirannya tsb, Qutb mengecilkan tauhid uluhiyah dan memfokuskan pada apa yg dikenal oleh para antas-nya sebagai tauhid hakimiyah. 

Karena Qutb hanya akan memberikan ketaatannya pada Allah, konsekuensinya ia merasa tak harus taat pada penguasa, dan juga bebas mengkafirkan siapapun yg dianggapnya berada dlm pengaruh jahiliyah pra-islam. Itulah sebabnya, ketika ia melihat banyak kemunkaran di Amerika, Qutb merasa berkewajiban menghancurkan siapapun yg bersentuhan dgn barat, terutama para penguasa yg menjadi simbol imperialisme barat. Dan dari sinilah para jihadist mumet, seperti Osama bin Laden mengambil legalitas untuk aksi2nya yg merusak.

Jadi, katakan pada pak habib, son ... yg berat itu bukan di barat atau di timur masalahnya, tapi kualitas #Tauhid lah yg berat masalahnya.

Tauhid dulu,
Tauhid lagi,
Tauhid terus dan wagaring-kan! ... waktunya tegak tanpa dimiring-miringkan!

fb ustadz Akhy Katon Kurniawan

Tidak ada komentar: