Wahai Anakku Bisakah Nanti kau Menyolati Jenazahku ?

Anakku yang ku sayang, apakah engkau telah mampu dan siap melaksanakan sholat jenazah?
Apakah kau telah siap saat aku harus meninggalkan dunia di depan kedua matamu?
Cukuplah bagimu menjadi seperti apa yang di sabdakan Rasulullah:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“jika seorang anak Adam mati maka semua aalnya terputus kecuali dari tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang berdoa untuknya”. HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad.

Maka jadilah engkau anak yang berbakti untuk orangtua mu. Karena saat-saat itu adalah saat yang keras dan sulit, tidak ada yang bisa kau kirimkan kepada orangtua mu pada saat yang sulit dan susah itu.

Tahukah kau wahai anakku?

Ketika napasku mulai tersengal dan terengah-engah, rohku telah mencapai tenggorokan, sedangkan aku berada di hadapanmu, kepalaku berada dalam pangkuanmu, usahlah kau gelisah dan bersedih karena ada tugas yang lebih berat yang harus kau laksanakan sedang menunggumu di depan.

Jangan sampai apa yang kau lihat berupa kesulitan, kesusahan, kekerasan dan kesempitan yang menimpa sang mayyit membuatmu sibuk dan lalai. Ingatlah bahwa sakaratul maut yang sangat keras telah menimpa manusia terbaik, Rasulullah, beliau bersabda:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى غَمَرَاتِ المَوْتِ أَوْ سَكَرَاتِ المَوْتِ
“Ya Allah bantulah aku saat-saat kerasnya maut dan sakaratul maut (datang)”. HR Tirmidzi.

Janganlah hal itu membuatmu lupa dari menuntunku (talqin) untuk bersyahadat, kau harus berusaha untuk mengingatkan aku kepada Rabbku saat aku berada dalam keadaan seperti itu. Sebagaiman Rasulullah bersabda: 

لقِّنوا مَوْتَاكُمْ: لاَ إلِهَ إلَّا اللهُ
“tuntunlah orang yang akan meninggal dari kalian mengucapkan laa ilaaha illa Allah”.

Ketika rohku telah keluar dari jasadku jangan sekali-kali kau gusar wahai anakku, yang harus kau lakukan adalah istirja’ sebagaimana yang di ajarkan oleh Nabi:

إذا أَصابَ أحدَكُم مُصيبةٌ فليَقُلْ إنَّا للَّهِ وإنَّا إليهِ راجِعونَ اللَّهمَّ عندَكَ احتَسبتُ مُصيبَتي فأْجُرْني فيها وأبدِلني مِنها خيرًا
“apabila salah seorang dari kalian tertimpa musibah hendaklah dia mengatakan: innaa lillahi wa inna ilaihi raaji’un, ya Allah aku memohon pahala yang ada di sisi-Mu untuk musibahku ini maka barikanlah aku pahala dan gantikanlah aku yang lebih baik darinya”. HR Tirmidzi.

Ingatlah hadiah yang Allah berikan kepada orang-orang yang sabar dan mengharap ganjaran dari musibah:

وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ ١٥٧ 
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun"
“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” 

QS: Al-Baqarah 155-157.

Dan ketahuilah wahai anakku sabar yang sebenarnya adalah ketika orang baru tertimpa musibah.

Kau harus membuat orang-orang yang meratap ketika mendengar kabar kematianku diam, karena Rasul kita bersabda:

إِنَّ الْمَيِّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
“seorang mayyit akan disiksa karena tangisan keluarganya atasnya” HR Bukhari dan Muslim.

مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ زاد مسلم: (يَوْمَ الْقِيَامَةِ).
“mayyit yang diratapi kematiannya ia akan disiksa selama ia diratapi” HR Bukhari dan Muslim.

Dan ingatlah sabda Nabi:

ليسَ منَّا مَن شقَّ الجيوبَ وضربَ الخدودَ ودعا بدَعوَى الجاهليَّةِ
“bukan termasuk dari kami orang yang merobek-robek pakaiannya, menampar pipinya, dan berteriak (menyeru) dengan teriakan jahiliyah”. HR Bukhari dan Muslim.

Segeralah pejamkan kedua mataku dan jangan ucapkan kecuali hal-hal yang baik. Dahulu Rasulullah masuk ke ruang jenazah Abu Salamah ketika pandangannya telah berat beliau memejamkan mata Abu salamah, saat itu seisi rumah berteriak, maka Rasulullah menenangkan mereka seraya bersabda:

دخل رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ على أبي سلمةَ وقد شقَّ بصرُه فأغمضَه. ثم قال " إنَّ الروحَ إذا قُبِض تبِعه البصر. فضجَّ ناسٌ من أهلِه. فقال "لاتَدْعوا على أنفسِكم إلا بخيرٍ، فإنَّ الملائكةَ يُؤمِّنون على ما تقولون ". ثم قال: " اللهمَّ اغفِرْ لأبي سلمةَ وارفَعْ درجتَه في المَهديِّينَ واخلُفْه في عَقِبِه في الغابرين. واغفرْ لنا وله يا ربَّ العالَمينَ
“sesungguhnya jiwa seseorang ketika keluar diikuti oleh pandangannya, dan sesungguhnya para malaikat juga hadir dan menyaksikan dan mengaminkan atas apa yang diucapkan ahlul bait” kemudian beliau berdoa: “ya Allah angkatlah derajat Abu Salamah bersama orang-orang yang kau beri petunjuk, dan gantikanlah posisinya sehingga dapat diteruskan oleh orang-orang yang ia tinggalkan, dan ampunilah untuk kami dan untuknya pada hari pembalasan”. HR Muslim.

Menyolati Jenazahku

Putraku yang ku sayang, tugasmu belum lagi selesai, maka janganlah kau tenggelam dalam kesedihan dan janganlah terbawa dalam tangis. Akan tetapi bersegeralah tanggalkan pakaianku selama anggota badan dan persendianku masih lunak, sehingga kau tidak harus merobeknya ketika tubuhku mulai mengeras.

Ketika telah kau tanggalkan, selimutilah aku dengan selembar kain yang menutupi seluruh tubuhku, wajah hingga kakiku.

Sembari menunggu saat kau mandikan jenazahku kemudian kau kafani.

Anakku yang ku sayang,
Anakku tahukah kau cara memandikan jenazahku?! Karena aku tidak rela orang lain melakukan tugas ini, meskipun aku tahu hal ini berat bagimu, akan tetapi siapa yang bisa menutupi aibku selain dirimu?! Siapa yang bisa menutupi auratku selain kau?! Maka kau harus berlatih dan bersiap untuk melaksanakan tugas ini.

Dengarkan ucapanku wahai anakku, yang pertama lemaskanlah persendianku yang sebelumnya telah mengeras agar kau mudah memandikannya.

Lalu angkatlah kepalaku sedikit hingga hampir pada posisi duduk lalu tekanlah perutku dengan perlahan agar bersih kotoran yang ada dan siramkanlah air yang banyak pada area aurat untuk menghilangkan benda-benda najis.

Dan harus kau ingat, pada semua proses itu kain penutup harus betul-betul menutupi auratku dari pandangan orang tak terkecuali dirimu.

Dan janganlah sekali-kali kau merasa jijik atau risih dari aroma tak sedap yang keluar dari tubuhku, demi Allah hal ini diluar kuasaku, dan aku tidak pernah seharipun berniat menyakitimu.

Kemudian wahai anakku, gunakanlah secarik kain pada tanganmu untuk membersihkan area aurat dari balik kain yang menutupinya. Dan ambillah kain yang tebal agar kau tak merasa jijik dari area tersebut.

Ketika kau telah selesai melakukan itu, berpindahlah kepada seluruh tubuh yang lain, mulailah dengan mewudhukan tubuhku bagian kanan. Karena Nabi mengatakan:

“mulailah dari bagian kanan dan anggota wudhunya” HR Bukhari dan Muslim.

Maka mulailah dengan mewudhukanku seperti wudhu dalam sholat tanpa memasukkan air kedalam mulutku dan hidungku. Cukup kau ambil kain untuk membersihkan lubang hidung dan gigiku.

Kemudian pindahlah kepada daerah yang lain dengan memulai dari bagian kanan, leher, badan bagian kanan dari dada, perut, paha, betis, hingga ke telapak kaki.

Kemudian berpindahlah kepada bagian kiri. Lakukan semua itu tiga kali dengan menambahkan kafur (wewangian) pada kali yang ketiga.

Anakku, jika kau telah selesai memandikanku, keringkanlah tubuhku sebelum kau kafani.

Tahukah kau cara mengkafaniku?

Balutlah tubuhku dengan tiga lembar kain berwarna putih, karena Rasulullah bersabda:

البَسوا مِن ثيابَكم البَياضَ، فإنَّها مِن خيرِ ثيابِكم، وكفِّنوا فيها موتاكُم
“pakailah pakaian warna putih, karena itu termasuk pakaian terbaik kalian, dan kafanilah jenazah kalian dengannya pula” HR Abu Dawud dan Tirmidzi.

Dahulu Nabi pun dikafani dengan tiga lembar kain katun berwarana putih.

Bentangkan tiga kain putih ini di bawah tubuhku, sehingga jasadku berada di tengahnya, kemudian lipatlah menutupi tubuhku dengan posisi tanganku berada di samping tubuhku. Lipatkanlah setiap lembar kain kafan itu dari kanan kemudian kiri dan begitulah seterusnya hingga selesai.

Kemudian kumpulkan kain yang lebih di atas kepalaku dan kakiku dan ikatlah dengan beberapa ikatan setalah kau selesai dan ikatkan juga ikatan setelah kepala, sebelum telapak kaki, dan di tengah badan agar kain itu tidak terlepas kembali.

Jika kau telah selesai melakukan itu wahai anakku, panggillah orang-orang untuk mengangkat jenazahku bersamamu menuju tempat untuk menyolatinya.

Dan harus kau tahu, jika ibumu, saudarimu, atau wanita lain yang datang menghibur ibumu ingin menyolatiku hendaklah mereka lakukan sebelum aku dibawa menuju tempat sholat. Sehingga mereka tidak perlu mengantar jenazahku, kemudian bawalah jenazahku ke tempat sholat itu.

Tahukah wahai anakku apa yang harus kau lakukan berikutnya?

Engkau harus kumpulkan kaum muslimin ahli tauhid yang memurnikan ibadah hanya kepada Allah, minimal 100 orang yang beraqidah lurus tidak berbuat syirik sedikitpun dan bersungguh-sungguhlah untuk mengumpulkan mereka. Karena Allah akan menjadikan mereka sebagai syafaat bagiku, sebagaimana Rasulullah bersabda:

ما من ميِّتٍ تُصلِّي عليه أمَّةٌ من المسلمين يبلغون مائةً كلُّهم يشفعون له إلَّا شُفِّعوا فيه
“tidaklah seorang mayyit disholati oleh sekelompok muslimin yang jumlah mereka mencapai seratus orang yang ingin menjadi syafaat baginya melainkan Allah akan berikan syafaat kepada mereka untuknya” HR Muslim.

Dan belajarlah wahai anakku dari Ibnu Abbas habrul ummah, ketika putra beliau meninggal di daerah Qadid atau Usfan, maka beliau berkata:

“wahai Kuraib lihatlah berapa jumlah manusia yang berkumpul” ia berkata: “maka aku keluar, dan ternyata telah ada sekelompok orang yang telah berkumpul, lalu aku mengabarinya” maka beliau bertanya: “menurutmu jumlah mereka ada empat puluh?” lalu Kuraib berkata: “ya”. Maka beliau berkata: “keluarkanlah jenazahnya, karena aku mendengar” Rasulullah bersabda: “tidaklah seorang muslim meninggal kemudian jenazahnya di sholati oleh 40 orang yang tidak menyekutukan Allah dengan apapun malainkan Allah akan menjadikan mereka syafaat baginya” HR Al-Bazzar.

Dan berusahalah agar kau membuat barisan di belakangku yang tidak kurang dari tiga barisan, karena Rasulullah pernah bersabda:

من صَلَّى عليه ثلاثةُ صفوفٍ، فقد أَوْجَبَ
“barangsiapa yang disholati oleh 3 shaf (barisan) maka telah wajib” yakni mendapat surga, HR Abu Dawud dan Tirmidzi.

Kemudian majulah kau menyolati jenazahku. Berdirilah sejajar dengan dadaku.
Mulailah bertakbir, dan takbirnya ada empat kali.

Setelah takbir pertama bacalah surat Al-Fatihah, kemudian setelah takbir kedua bersholawatlah dengan sholawat Ibrahimiyah, kemudian setelah takbir ketiga doakanlah mayyit dengan doa beikut dan doa yang lain, kemudian takbir ke-empat dan juga disyariatkan untuk berdoa untuk mayyit.

Kemudian bawalah aku kerumah pertama dari rumah-rumah akhirat yaitu kuburku. Dan bersegeralah ketika membawa jenazahku dan jangan kau lambat, karena Rasulullah bersabda:

أسْرِعُواْ بالجنازةِ، فإن تَكُ صالحةً فخيرٌ تُقَدِّمُونَهَا، وإن يَكُ سِوَى ذلكَ، فشَرٌّ تضعونَهُ عن رقابكم
“segeralah mengurus jenazah, jika dia baik maka kalian segerakan ia pada kebaikan, dan jika dia adalah orang yang buruk maka segeralah letakkan keburukan dari pundak kalian” HR Bukhari dan Muslim.

Dan ketika kalian telah sampai di kuburku....
Kau harus membuat lahat terlebih dahulu baru kemudian kau masukkan jenazahku dalam posisi miring ke kanan ke arah kiblat. Kemudian lepaskan seluruh ikatan yang ada dan letakkan pipiku di atas bantal berupa tanah. Semoga Allah mengasihiku.

Kemudian timbunlah kuburanku dan siramlah dengan tanah, sampai jika kau telah selesai berdirilah wahai anakku dan ajaklah orang-orang berdiri untuk memintakan ampun untukku agar Allah bebaskan aku dari siksa-Nya.

Wahai anakku janganlah sekali-kali kau sibukkan dirimu dengan ritual-ritual takziah yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah, cukuplah keselamatanku dengan tidak menyelisihi sunnah Rasulullah dan tidak mengikuti budaya-budaya yang rusak itu, cukuplah kalian mintakan ampunan untukku, mintakan rahmat Allah, dan agar Ia mengokohkan ku ketika munkar dan nakir menanyaiku.
Dahulu Rasulullah selalu mengajarkan setelah selesai memakamkan jenazah: 

كان النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم إذا فرَغ مِن دَفْنِ المَيِّتِ وقَف عليه فقال: استَغفِروا لأخيكم وسَلُوا له التَّثبيتَ؛ فإنَّه الآنَ يُسأَلُ
“mintakkan ampunan untuk saudara kalian dan mohonkan agar dia tegar karena dia sekarang sedang ditanya” HR Abu Dawud.

Dan momen ini adalah perjumpaan terakhir kita, silakan kau berdiri di sana sekehendak mu lalu pulanglah setelah kau kubur aku dalam tanah dan catatan hidupku telah usai.

Perhatikan selalu keluarga ini yang mana maut telah memisahkan aku dengan mereka, jaga ibu mu, jaga saudara saudarimu. Jadilah engkau bagaikan ayah bagi mereka.

Ketika kau telah menghadapi dunia nanti jangan kau lupa untuk terus meminta dan berdoa:

“Ya Rabb kasihilah mereka berdua sebagaimana keduanya mendidik aku saat aku kecil”
-----------------------------------

Diterjemahkan oleh: Achmad Handika, Depok
(diterjemahkan secara bebas dari makalah Syaikh Said As-Sawwaah, dari situs islamway.com)

Tidak ada komentar: